Kamis, 17 Februari 2011

Oper persneling - 2

"Auh.. Auh.. Auhh.. Ah.. Ahh", tangannya mulai menjambak rambutku dan kadang ditekan-tekannya kepalaku agar teteknya mendapat kenikmatan paripurna. Sesek napas juga sih kalau kelamaan. Kucek selangkangannya. Woow, tambah basah. Kupegang tangan satunya lalu kuarahkan untuk mulai mengusapi dan memencet rudalku. Menurut dia."Kulum, Dear" Dengan menjatuhkan berat badanku sementara kakinya sudah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar