Kamis, 31 Juli 2014

Ngentot Dengan Guru Matematika

Pagi itu, sinar matahari belum mampu mengusir embun putih yang menyelimuti sebuah villa mewah di kawasan Puncak Pass. Beberapa gerombol embun masih terlihat melayang-layang tertiup angin. Pucuk-pucuk pinus masih berwarna putih tertutupi embun pagi.


Rumput di halaman villa masih basah.Di dalam bathtub yang berisi air hangat, Theo dan Debby duduk berendam sambil berpelukan mesra. Gadis itu duduk di atas paha Theo. Telapak tangannya mengusap-usap menyabuni punggung guru matematikanya itu,
dan ia pun merasakan tangan lelaki itu menyabuni punggungnya. Pelukan mereka sangat erat hingga dada mereka saling menekan satu sama lain. Sesekali Debby menahan nafas ketika menggeliatkan badannya.Dadanya yang menggeliat menyebabkan puting buah dadanya mengalirkan birahi ke sekujur tubuhnya. Puting itu semakin mengeras setelah beberapa kali bergesekan dengan dada Theo yang licin dipenuhi buih-buih sabun. Pangkal pahanya yang terendam air hangat terasa membakar birahi ketika batang kemaluan lelaki itu menyentuh vaginanya. Debby menggerak-gerakkan telapak tangannya dari punggung hingga ke leher Theo. Sambil menyabuni, ditariknya tengkuk lelaki itu.
"Debby sangat mencintai Theo," bisiknya.
Theo mengusap-usap bahu gadis itu dengan busa sabun yang berlimpah. Busa dan buih-buih berbentuk bola-bola kecil meleleh ke bagian atas dada dan punggung Debby. Lalu ditatapnya wajah yang cantik itu. Wajah yang terlihat semakin menarik karena buih-buih sabun memenuhi lehernya yang jenjang. Disibaknya rambut gadis itu ke belakang. Busa dan bola-bola kecil ikut menempel di rambut gadis itu, kemudian bola-bola itu meletus. Menawan. Sangat cantik dan mempesona, bisik hati Theo.Mungkinkah aku jatuh cinta untuk yang kedua kalinya?, tanya Theo dalam hati. Jatuh cinta terhadap seorang murid yang masih belia dan nakal? Mengapa? Mengapa..? Apakah karena sensasi dan kemanjaan yang diciptakannya? Ah.., gumam Theo sambil menarik nafas panjang. Lalu dikecupnya anak rambut di kening gadis itu.
Ia tak mampu memikirkan pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk di benaknya. Tingkah laku Debby yang lembut dan kadang-kadang liar telah melumpuhkan nalarnya. Ia tak mampu berpikir ketika luapan birahi membakar tubuhnya."Theo juga sangat mencintai Debby. Sebelumnya tak pernah Theo rasakan nikmatnya terbakar birahi seperti saat ini.." ujar Theo.Bola mata mereka saling menatap seolah ingin menjenguk isi hati masing-masing. Lalu Theo menarik tubuh gadis itu agar lebih erat menempel ke tubuhnya. Disabuninya punggung gadis itu dengan kedua telapak tangannya. Sambil mengusap-usapkan busa sabun, telapak tangannya terus menyusur hingga tenggelam ke dalam air. Diusap-usapnya bongkah pantat gadis itu.Sejenak, ia menahan nafas ketika meremas bongkah pantat yang masih kenyal itu. Karena gadis itu duduk di atas pahanya, bongkah pantat itu terasa lebih kenyal daripada biasanya. Batang kemaluan Theo semakin keras ketika bersentuhan dengan vagina gadis itu.
Ia dapat merasakan kelembutan bibir luar vagina gadis itu ketika bergesekan dengan bagian bawah batang kemaluannya. Dan dengan usapan lembut, telapak tangannya terus menyusuri lipatan bongkah pantat yang kenyal itu. Ia dapat merasakan lubang dubur Debby di jari tengahnya. Diusap-usapnya beberapa kali hingga ujung jarinya merasakan kehalusan lipatan daging antara dubur dan vagina."Theoo.., Theo nakal!" desah Debby sambil menggeliat mengangkat pinggulnya.Walau tengkuknya basah, Debby merasa bulu roma di tengkuknya meremang akibat nikmat dan geli yang mengalir dari vaginanya. Ia menggeliatkan pinggulnya. Geliat itu menyebabkan telapak tangan Theo semakin bebas mengusap-usap. Membelai. Ia mengecup leher Theo berulang kali ketika merasakan ujung jari Theo menyentuh bagian bawah bibir vaginanya.Tak lama kemudian, telapak tangan itu semakin jauh menyusur hingga akhirnya ia merasakan lipatan bibir luar vaginanya diusap-usap. Debby berulang kali mengecup leher Theo.
Kecupan panas dan liar sebagai ungkapan luapan birahi yang mendera tubuhnya. Sesekali lidahnya menjilat, sesekali menggigit dengan gemas. Ia dapat merasakan lendir birahi yang semakin banyak bermuara di vaginanya.Karena vaginanya terendam dalam air, usapan-usapan di dinding dan bibir dalam vaginanya terasa menjadi kesat. Setiap kali mengusap, lendir di vaginanya langsung larut ke dalam air. Ujung jari itu menjadi terasa lebih kasar daripada biasanya. Membakar birahi untuk mengalirkan kadar kenikmatan yang lebih tinggi daripada biasanya. Kenikmatannya hampir setara dengan liarnya lidah Theo yang menari-nari di antara lipatan bibir vaginanya ketika mencumbu vaginanya di balkon villa. Ia terpaksa menahan nafas untuk mengendalikan kenikmatan yang ia rasakan di sekujur tubuhnya."Aarrgghh.. Sstt.. Sstt.." rintihnya berulang kali.Lalu ia bangkit dari pangkuan lelaki itu. Ia tak ingin mencapai orgasme hanya karena usapan-usapan jari yang terasa kesat di lubang vaginanya.
Tapi ketika berdiri, kedua lututnya terasa goyah. Rasa nikmat di vaginanya telah membuat dirinya seolah sedang melayang-layang. Lututnya seolah kehilangan sendi.
Dengan cepat Theo pun bangkit berdiri. Tangannya segera membalikkan tubuh gadis itu. Ia tak ingin gadis belia yang dicintainya itu terjatuh. Disangganya punggung gadis itu dengan dadanya. Lalu dituangnya kembali cairan sabun ke telapak tangannya. Dan diusap-usapkannya cairan sabun itu di perut gadis belia itu. Ketika menggerakkan telapak tangannya ke arah atas, busa sabun terdorong dan menggumpal di antara jari jempol dan telunjuknya. Dan ketika buih-buih itu terbentur pada lekukan bawah buah dada gadis itu, ia meremasnya dengan lembut.Kedua buah dada yang kenyal itu terasa licin dan sangat halus. Telapak tangannya terus bergerak ke atas. Ia sengaja membuka jari jempol dan telunjuknya agar puting buah dada yang masih kecil itu terjepit di jarinya. Sejenak, puting yang terjepit itu diremas-remasnya dengan lembut. Puting kiri dan kanan diremasnya bersamaan. Dilepas. Diremas kembali. Lalu telapak tangannya mengusap semakin ke atas dan berhenti di leher jenjang gadis belia itu.
"Theo, aargh.., lama amat menyabuninya, aarrgghh.." rintih Debby sambil menggeliatkan pinggulnya.Ia merasakan batang kemaluan Theo semakin keras dan besar. Hal itu dapat ia rasakan karena batang kemaluan itu semakin dalam terselip di antara lipatan bongkah pantatnya. Lalu ia mendongakkan kepala sambil menoleh ke belakang. Diangkatnya tangan kanannya untuk menarik leher lelaki itu, lalu diciumnya dengan mesra. Lidahnya menjulur dan bergerak-gerak liar untuk memilin-milin lidah Theo. Tangannya kirinya meluncur ke bawah, lalu meremas biji kemaluan lelaki itu dengan gemas.Theo menggerakkan telapak kanannya ke arah pangkal paha Debby. Sesaat ia mengusap-usap bulu-bulu ikal di bagian atas vagina gadis itu. Menikmati bulu-bulu yang masih pendek dan halus itu di ujung jari-jarinya. Lalu telapak tangannya meluncur ke bawah. Diusapnya vagina mungil itu berulang kali. Vagina yang baru kira-kira 7 jam yang lalu selaput perawannya dipasrahkan untuk dilewati oleh cendawan batang kemaluannya.
Jari tengahnya terselip di antara kedua bibir luar vagina itu. Diusapnya berulang kali. Telapak tangannya yang dipenuhi buih-buih sabun membuat bibir vagina dan pangkal paha itu menjadi sangat licin. Klitoris itu seolah bergerak menggeliat-geliat ketika ia mengusapkan telapak tangannya. Klitoris yang semakin keras dan licin karena lendir dan buih-buih sabun."Aarrgghh..!" rintih Debby ketika merasakan batang kemaluan lelaki itu semakin kuat menekan lipatan bongkah pantatnya.Ia merasakan lendir birahinya membanjiri vaginanya. Lendir itu pasti bercampur dengan busa sabun, pikirnya. Lalu ia berjongkok agar vaginanya terendam ke dalam air. Dibersihkannya celah di antara bibir vaginanya dengan cara mengusap-usapkan dua buah jarinya.Ketika menengadah, ia melihat batang kemaluan Theo telah berada persis di hadapannya. Batang kemaluan itu telah membengkak dan terlihat mengangguk-angguk. Ada setetes lendir menghiasi ujung batang kemaluan itu.
Persis di bagian tengah cendawan yang berwarna kecokelat-cokelatan itu. Indah sekali, gumamnya. Lalu ditatapnya warna kemerah-merahan di lekukan antara cendawan dan batang kemaluan itu. Bola matanya berbinar-binar mengamati lekukan yang indah itu.Setelah puas mengamati, diremasnya batang kemaluan itu dengan lembut. Lalu diarahkan ke mulutnya. Dikecupnya bagian ujung cendawan itu. Terdengar bunyi 'cep' ketika ia melepaskan kecupannya. Setetes lendir yang menghiasi ujung cendawan itu berpindah ke bagian dalam celah kedua bibirnya. Sejenak, matanya terlihat setengah terpejam ketika ujung lidah dan kedua bibirnya mencicipi lendir itu.Tubuh Theo bergetar menahan nikmat ketika ia melihat lidah dan bibir Debby bergerak-gerak mencicipi lendirnya. Dicicipinya dengan penuh perasaan! Erotis sekali! Batang kemaluannya menjadi semakin keras. Berdiri tegak! Ia meraih bahu gadis itu karena tak sanggup lagi mengendalikan tekanan darah yang memenuhi urat-urat di batang kemaluannya.
Setelah berdiri, Debby merasakan telapak tangan Theo mengangkat paha kirinya. Sambil mencium bibirnya, telapak tangan itu tetap menahan bagian belakang pahanya hingga akhirnya ia terpaksa melilitkan kakinya di pinggang lelaki itu. Ia masih berusaha mengatur keseimbangan tubuhnya ketika Theo menyelipkan cendawan kemaluannya ke celah di antara bibir vaginanya. Karena tubuhnya masih belum seimbang, cendawan itu terlepas kembali. Theo agak menekuk kedua lututnya ketika berusaha menyelipkan kembali cendawan kemaluannya. Ia sudah sangat ingin merasakan kembali vagina yang sempit itu meremas batang kemaluannya. Nafasnya mendengus-dengus tak teratur. Dengan terburu-buru, ia mendorong pinggulnya."Argh, aarrgghh.., Theo!" rintih Debby."Masih sakit?" tanya Theo."Sakit dikit.." jawab Debby.Theo menarik batang kemaluannya perlahan-lahan, kemudian mendorongnya kembali perlahan-lahan pula. Sambil mendorong, ia menatap vagina gadis itu.
Pandangannya nanar seolah ada kabut yang menutupi bola matanya ketika ia melihat bibir luar vagina gadis itu ikut terdorong bersama batang kemaluannya. Ia masih menatap terpesona ketika perlahan-lahan menarik kembali batang kemaluannya. Bibir luar vagina itu merekah dan seolah sengaja memperlihatkan lipatan celah vagina yang berwarna pink!"Masih sakit, Sayang?""Hmm!""Sakit?""Enaak.., Theo!"Theo tersenyum. Dilumatnya bibir gadis itu sambil menghentakkan pinggulnya. Dengan cepat, batang kemaluannya menghunjam. Ia menghentikan hentakan pinggulnya dan berdiri kejang setelah merasakan mulut rahim gadis itu tersentuh oleh ujung cendawannya. Lalu ditatapnya raut wajah murid yang dicintainya itu sekaligus dikaguminya!Selain cantik dan dan seksi, muridnya itu pun tak pernah bertanya atau membantah ketika ia menghunjamkan kemaluannya sambil berdiri. Murid yang patuh sekaligus mempunyai ide-ide liar yang sensasional dalam bercinta.
Mungkin muridku ini memang dikaruniai bakat bercinta, kata Theo dalam hati. Bakat untuk menaklukkan lelaki! Alangkah beruntungnya aku menjadi gurunya! Perlahan-lahan Theo menarik batang kemaluannya. Sebelah tangannya meremas bongkah pantat gadis itu dan yang sebelah lagi meremas dada."Aarrgghh..!" rintih Debby ketika merasakan batang kemaluan Theo kembali menghunjam vaginanya.Ia terpaksa berjinjit karena batang kemaluan itu terasa seolah membelah vaginanya. Kedua tangannya dengan erat merangkul leher Theo. Ia ingin menggantung di leher lelaki itu. Lututnya terasa lemas menahan kenikmatan yang menjalari sekujur tubuhnya. Panasnya birahi membuat pori-pori di sekujur tubuhnya menjadi terbuka. Butir-butir keringat mulai merembes dari pori-porinya, bercampur dengan busa sabun yang masih tersisa di beberapa bagian tubuhnya.Semakin sering ujung cendawan kemaluan lelaki itu menyentuh mulut rahimnya, semakin banyak pula keringat merembes di sekujur tubuhnya.
Hingga akhirnya keringat itu terlihat mengkristal di kulitnya! Nafas Debby beberapa kali terhenti ketika Theo menarik dan menghunjamkan batang kemaluannya. Menarik dan menghunjam dengan cepat hingga terdengar 'cepak-cepak' yang merdu setiap kali pangkal pahanya berbenturan dengan pangkal paha Theo. Dan setiap kali mendengar suara 'cepak' itu, darahnya seolah terasa berdesir hingga ke ubun-ubun."Aarrgghh.., aarrgghh.., Theoo!""Theoo.., Debby pipiis..!"Rintihan itu membuat Theo semakin cepat menghentak-hentakkan pinggulnya. Keringat bercucuran dari dahinya. Ia berusaha menahan nafas untuk mengendalikan tekanan air mani yang ingin menyemprot dari lubang batang kemaluannya. Tapi orgasme gadis belia yang sangat dicintainya itu ternyata membuat ia tak mampu lagi menahan tekanan air mani yang mengalir dari biji kemaluannya. Vagina sempit itu berdenyut-denyut meremas batang kemaluannya. Menghisap air mani yang masih tertahan di batang kemaluannya.
Membuat ia tak berdaya untuk mengendalikan desakan air mani yang menyemprot dari lubang batang kemaluannya.
"Aarrgghh..! Aarrgghh..! Debby, aarrgghh..!" raung Theo sambil menghujamkan batang kemaluannya sedalam-dalamnya.
"Theoo.., sstt, sstt.." desis Debby berulangkali ketika merasakan air mani lelaki yang sangat dicintainya itu 'menembak' mulut rahimnya.'Tembakan' yang pertama terasa panas dan menggetarkan hingga membuat tubuhnya berdiri kejang dan punggungnya melengkung ke belakang. 'Tembakan' kedua dan ketiga membuat ia semakin berjinjit setengah bergantung di leher Theo."Aarrgghh.., Debby! Argh.., enaknya!" rintih Theo di telinga murid yang sangat disayanginya itu."Theoo.., sstt.., sstt..!" desis Debby pula berulangkali sesaat setelah lepas dari puncak orgasmenya!Kedua telapak tangan Theo memangku bongkah pantat Debby. Telapak tangannya masih dapat merasakan kedutan-kedutan di bongkah pantat itu ketika gadis itu mencapai puncak orgasmenya. Dan dengan tenaga yang masih tersisa di tubuhnya, di tarik bongkah pantat yang kenyal itu agar mereka tak terjatuh. Ia tak ingin gadis itu terjatuh karena ia masih ingin batang kemaluannya tetap terbenam dalam kelembutan vagina yang sempit itu.
Vagina yang sangat dikaguminya, muda, segar, dan masih berwarna pink!
"Puas, Sayang?" bisik Theo sambil mengusap-usap punggung Debby.
"Puas banget!"
"Theo sangat menyayangi Debby."
"Debby juga sangat sayang pada Theo," kata Debby sambil mencium bibir Theo.
Mereka masih terus berciuman dengan mesra hingga batang kemaluan Theo mengkerut dan terlepas dari vagina Debby.

Ngentot Di malam Pertama


Kisah ini terjadi delapan tahun dari sekarang, tepatnya tahun 2011.
Kisah ini menceritakan tentang sepasang kekasih yang menjalin cinta sejak di bangku kuliah.
Sang lelaki adalah seorang pengacara muda yang sangat haus akan hubungan sex,
sedangkan sang wanita adalah seorang yang rada ngeri dengan sex. Maklum, masih perawan.


Pada hari yang telah ditentukan, mereka melangsungkan akad nikah. Bezita (nama samaran sang lelaki) sudah merencanakan bahwa resepsi pernikahan ini hanya berlangsung satu hari dan hanya beberapa jam saja di gedung sewaan. Setelah itu keduanya langsung pergi ke hotel yang telah dipesan.

Malam itu, Bezita dan Burma (nama samaran sang perempuan) sangat lelah setelah ngobrol dengan orangtua dan sanak famili mereka. Mereka bersyukur para "tamu tak diundang" sudah pada pulang. Akhirnya tinggallah mereka berdua di hotel bintang lima itu. Terlebih dahulu Burma membersihkan make up yang menempel.
"Papa mandi duluan gih. Ntar Mama nyusul" kata Burma dengan lembut sambil mengelus kepala suaminya.
"Nggh, Papa duluan ya Ma," Bezita menggeliat bangun sambil mencium bibir istrinya dengan mesra.
"Hmm" Burma membalas ciuman itu dengan hangat.

Kemudian terdengar desir shower yang membasahi tubuh Bezita. Sementara Burma menunggu sambil membaca majalah wanita (padahal Bezita sengaja membeli majalah-majalah erotis supaya Burma terangsang). Burma adalah tipe wanita yang tidak ingin tahu soal hubungan sex, bahkan sejak di bangku kuliah. Paling-paling hal yang dilakukan sama Bezita dulu hanya sebatas ciuman saja.
Lima belas menit kemudian Bezita memanggil dari kamar mandi.
"Ma, mandi bareng yuk!" Burma kaget dan langsung menolak ajakan itu.
Tapi Bezita nekat, dengan tubuh yang telanjang bulat dan penis yang menegang, dia berjalan menyusuri kamar dan menggendong istrinya.
"Papa apa-apaan? Baju Mama jadi basah ni!" Burma meronta, tapi percuma. Bezita begitu kuat mencengkeram.
"Nggak apa-apa Ma!"

Bezita membanting pintu kamar mandi. Dengan masih berpakaian lengkap Bezita menggiring tubuh istrinya hingga kebasahan kena air shower. Burma teriak-teriak seperti orang yang akan diperkosa. Bezita mendempet tubuh istrinya sehingga Burma tidak dapat bergerak lagi.
"Papa jangan Pa! Jangan di sini!" tangisnya meledak.

Bezita hanya tersenyum saja. Dia dengan cepat melepas kaos istrinya hingga mencuatlah BH yang membungkus payudara berwarna coklat mulus. Burma tambah histeris.
"Aahh!! Paa jangan!" jeritnya mengiba ketika Bezita melepaskan kaitan BH Burma. Sekarang ia sudah telanjang dari pinggang ke atas.

Burma mencoba menahan kepala Bezita yang memainkan lidahnya di kedua buah dadanya sambil manahan juga rangsangan yang hebat dari Bezita yang kini menghisap kedua puting susunya kanan-kiri. Kedua puting itu mengeras dan membesar.
"Aauuhh! Paa udah dong jangan di sini!"

Tangan Bezita lebih kasar lagi, sekarang dia menyusup ke balik celana panjang Burma dan berusaha melepaskan celana itu. Tangan Burma mencegah tangan suaminya melepaskan celana panjangnya. Percuma, celana panjang terlepas sudah. Sekarang yang tersisa hanyalah celana dalam. Burma mati-matian mempertahankan "benteng terakhirnya" itu.

Suara Burma yang menangis itu ternyata membangkitkan rangsangan Bezita. Dia langsung menyusup ke balik CD istrinya dan kemudian mengelus vagina yang ternyata udah basah dari tadi. Entah apakah basah karena air shower atau emang udah basah karena cairan vagina itu sendiri.
Jari telunjuk Bezita mengelus-elus permukaan vagina yang licin itu sampai Burma mendesah-desah, " Aahh, aahh.. uddah Paah!"

Muka Burma memerah seperti udang rebus. Tanpa sadar Burma merenggangkan kakinya sehingga Bezita dengan mudah melepaskan CD. Sekarang mereka berdua telah tenajang bulat. Bezita menggencet tubuh istrinya di tembok dan kemudian penis yang sudah menempel di perut Burma dia goyang-goyang seperti gerakan bersetubuh. Burma berteriak mengelinjang sementara bibir dan lidah Bezita sibuk mengecup dan menjilat leher dan tengkuk istrinya. Tak lupa pula bibir Burma ia kulum seperti permen. payudaranya juga tidak luput dari remasan tangan yang sudah terbakar nafsu birahi.

Pantat Bezita terus menggenjot penis yang menekan perut Burma.
"Aaahh, Papa janggan Paahh berentii doonng" Burma sudah kepayahan digencet terus di tembok. Sebenarnya Burma merasakan rangsangan yang hebat, tetapi dia tidak mau mengakui kalau dia terangsang hebat. Seandainya saja dia mau mengakui tentu dia akan menikmati permainan ini.
Bezita semakin keras menggoyangkan pantatnya dan akhirnya terjadilah semburan yang dahsyat yang membanjiri perut Burma!
"Aahhkk!" Bezita Vaginaik tertahan.
"Uuuhh!!" Burma ternyata mengalami orgasme juga.
Vaginanya basah sekali oleh lendir dari liang kewanitaannya.

Burma yang kelelahan terduduk di lantai kamar mandi. Penis Bezita yang masih setengah bangun dituntun masuk ke mulut Burma. Burma yang merasa jijik kontan saja melepehkan penis itu. Melihat reaksi seperti itu langsung saja Bezita mencengkeram kepala Burma. Penis itu lalu dihisap sampai menegang lagi dan Bezita mengoral Burma. Goyangan semakin liar dan Burma pun tampaknya menikmati oral sex ini, walau masih malu-malu.

Bezita yang semakin terangsang menjambak rambut Burma dan menggerakkan kepala istrinya maju-mundur sambil menggoyangkan pantatnya. Sepuluh menit kemudian Bezita merasa akan mencapai klimaks lagi. Dia tahan kepala istrinya supaya nggak memuntahkan spermanya.
Croot! Croot! Sperma tertumpah di dalam mulut Burma.
"Hhhkk!" Burma mau muntah tapi ditahan suaminya.
"Tahan sayang! Telan! Ini obat awet muda!" seru Bezita sambil keenakan. Akhirnya dengan susah payah Burma menelan semua sperma suaminya.

Sambil menyeka sisa sperma yang menetes, Burma bangkit dan berkata, "Pa, permainanmu dahsyat banget. Sebenarnya Mama pengen dari dulu begini sama Papa"
Bezita tersenyum mendengar penuturan istrinya.
Mereka mandi bersama sambil berpelukan selama hampir dua jam.

Setelah puas bermandi-mandi, mereka nonton DVD berdua. Bezita menyuruh Burma mengenakan tank top untuk olahraga yang memperlihatkan bagian perut yang masih rata dipadu dengan celana dalam yang serasi warnanya, sementara Bezita sendiri mengenakan celana dalam saja.

Bezita sengaja mengajak istrinya nonton film biru agar Burma makin terangsang. Mereka duduk di lantai yang berkarpet mewah, bukan di tempat tidur. Burma nampak kedinginan karena AC-nya menyala terus. Bezita memeluk tubuh istrinya dari belakang sambil menempelkan kemaluannya di punggung istrinya. Tangannya iseng meremas payudaranya.
"Mama kedinginan ya?" tanya Bezita sambil terus meremas.
Mata Burma tak lepas dari film jorok itu.

"Pa,"
"Hmm?"
"Mama mau deh sekarang kita melakukan kayak gitu" kata Burma sambil menunjuk pria bule yang sedang menyetubuhi perempuan Asia.
Setelah berkata begitu, Burma memandang lekat-lekat suaminya dengan penuh cinta. Mereka bangkit lalu berbaring di kasur. Sementara DVD terus menyala.

Mereka berbaring sambil bercengkrama. Ternyata Burma hanya berpura-pura menolak waktu di kamar mandi. Sebenarnya dia hanya nggak mau keperawanannya hilang di kamar mandi. Mendengar hal itu Bezita mencium bibir istrinya dengan penuh kasih sayang. Burma membalas ciuman itu dengan birahi membara. Ditindihnya Bezita hingga kehabisan nafas. Bezita nggak tinggal diam. Dicopotnya tank top Burma dan kembali mencumbui daerah dada wanita itu.

Tak lama kemudian keduanya telah telanjang bulat. Penis Bezita memanjang kembali. Burma memeluk suaminya dengan erat. Bezita berguling sehingga badannya kini berada di atas Burma.
"Setubuhi Mama, Pa! Renggutlah keperawanan Mama sekarang!"

Bezita sudah tidak bisa menahan nafsunya. Kini mereka berdua sudah benar-benar dalam posisi siap untuk melakukan. Burma di bawah, dan Bezita di atas. Hanya saja Bezita masih memainkan ujung penisnya di klitoris istrinya yang vaginanya sudah banjir memerah mekar menunggu dijebol!
"Papa masukin ya Ma." Bezita memasukkan penisnya perlahan.
"Aaaoouuhh.." desah Burma keenakan.
Matanya terpejam. Dadanya menempel pada dada Bezita.

Sampai suatu saat Bezita merasakan ada yang menghalangi jalan masuk penisnya. Batang penis yang mempunyai panjang 13 cm itu sulit untuk masuk. Dengan sedikit iseng Bezita menyodok-nyodokkan pelan ke selaput dara istrinya.
Burma langsung merintih.
"Uuuhhkk.. enak Pa."
Bezita dengan sedikit tenaga menghujamkan penisnya melewati selaput itu. Selaput dara istrinya langsung robek.
"Aduuhh sakit Paa..!" Burma tiba-tiba menjerit kesakitan.
Bezita langsung mencium istrinya. Penisnya tidak digerakkan dulu menunggu sampai vagina istrinya terbiasa dengan penis yang masuk.

Burma terisak-isak, tidak menyangka akan segini sakit padahal vaginanya sudah banjir dari tadi. Dengan cueknya Bezita menggenjot penisnya. Darah menetes dari vagina Burma yang masih kesakitan. Terdengar nafas Bezita yang memburu seperti sedang maraton. Setelah semakin lancar maju-mundur, terlihat di wajah Burma mulai menunjukkan tanda-tanda kenikmatan.
Peluh mulai membasahi keduanya.
"Gimana sayang, masih sakit?" tanya Burma yang terlihat keenakan.
"Ngga lagi Pa, ayo terus Pa! Enak, tusuk terus Pa!" Burma menjawab sambil komat-kamit nggak jelas.
Bezita makin mempercepat goyangannya. Lima menit kemudian terasa tubuh Burma bergetar dan dia melenguh panjang.
"Uuuhh!!"

Merasa istrinya sudah orgasme, Bezita mempercepat tusukannya, semakin cepat dan, "Oookkhh!"
Cairan mani menyembur hangat di dalam liang vagina Burma. Cairan itu menetes keluar vagina saking banyaknya. Burma tertelentang pasrah sambil menarik napas terengah-engah, sedangkan Bezita tertelungkup tak berdaya di atas tubuh istrinya. Penisnya masih tertancap, walaupun sudah lemas.

Bezita lalu berguling ke samping dan bertanya, "Gimana Ma? Enak ngga?"
Burma nggak bisa berkata apa-apa lagi. Raut wajahnya kelihatan puas. Dia hanya mengangguk lemas.
Tapi tak lama kemudian Burma berhasil membangkitkan kembali birahi suaminya dan membuat mereka melakukan kembali. Kali ini Bezita terlentang di bawah sedangkan Burma duduk di atas penis suaminya sambil memunggungi Bezita. Burma ternyata wanita yang sangat tangguh. Sepuluh menit tidak ada tanda-tanda ingin orgasme.

Tak berapa lama Bezita merasakan genjotan istrinya semakin cepat dan penisnya serasa dijepit oleh jepitan yang sangat kuat. Burma orgasme lagi. Bezita belum mau keluar. Dia suruh Burma nungging di atas tempat tidur. Dari belakang kemudian dia menusukkan penisnya seperti anjing yang sedang kawin. Bezita lalu menempelkan dadanya ke punggung Burma. Tak lupa tangannya menggerayangi payudara yang seperti bola itu.

Burma merasa cengkeraman tangan Bezita di payudaranya makin mengencang dan goyangan suaminya semakin cepet.
"Uuukhh, croot croot"
Cairan mani yang hangat kembali membasahi vagina Burma. Mungkin karena pengaruh mani suaminya Burma mengalami orgasme lagi. Dia sudah tidak memperdulikan rasa sakit akibat kehilangan keperawanan.

Ketika suaminya mencabut penisnya dan berbaring kembali, Burma berbisik, "Vaginaku robek besar. Kaurenggut keperawananku. Tapi aku sadar, semua bagian tubuhku adalah milikmu. Aku cinta kamu, Pa"
Burma lalu mencium kening suaminya yang tertidur. Sejak saat itu Burma selalu meminta hubungan sex di manapun dan kapanpun ada kesempatan. Dia jadi lebih maniak sex dibanding Bezita.

Sabtu, 19 Juli 2014

Cerita Seks Atun Si Pembantu Yang Ganjen

Cerita Seks Atun Si Pembantu Yang Ganjen - pada kesempatan ini kami ingin mencoba memberikan kepada anda sebuah cerita seks terbaru, mungkin saja ada diantara anda yang suka membaca mengenai cerita yang berbau porno. Untuk itu kami ingin memberikan sedikit cerita ini, langsung saja kalau begitu anda lihat Cerita Seks Pacarku Seorang Pelacur yang akan kami berikan dibawah ini.
Cerita Seks Pacarku Seorang Pelacur
Sepeninggal Lastri, kami mendapat seorang pembantu baru dari sebuah yayasan penyalur tenaga kerja yaitu seorang wanita berumur 23 tahun bernama Atun. Atun berambut lurus sebahu, berperawakan sedang , berkulit sawo matang dengan wajah yang manis, tinggi sekitar 160 cm , badan ramping dengan berat badan sekitar 50 kg, dengan tetek yang besarnya sedang saja. Yang agak istimewa dari penampilan Atun adalah matanya yang bagus dengan lirikan-lirikan yang kelihatannya sedikit nakal.

Hari pertama kedatangannya , saat memperkenalkan diri , ia tampak tidak banyak bicara, hanya saya melihat bahwa matanya sering melirik dan memperhatikan celana saya terutama pada bagian kemaluan. Saya berpikir, ” akh, nakal juga nih… “. Ternyata Atun ini baru menikah dua bulan lalu dan karena desakan kebutuhan ekonomi saat ini sedang terpisah dari sang suami yang bekerja menjadi TKI di Timur Tengah.

Setelah beberapa hari bekerja pada kami, ternyata Atun cukup rajin dan dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat. Memasuki minggu kedua, saya mendapat gilirin kerja shift dari kantor, yaitu shift ke 2, sehingga saya harus mulai bekerja mulai dari jam 15:00 sampai dengan jam 23:00. Jadi bila pulang telah larut malam, biasanya isteri saya sudah tidur dan bila ia tidur, ia mempunyai kebiasaan tidur yang sangat lelap dan sangat susah sekali untuk dibangunkan ; dan bila saya terbangun pada pagi hari, isteri sudah berangkat kerja, sehingga biasanya kami hanya berhubungan melalui telephone saja atau ia menuliskan pesan dan menempelkannya di kulkas.

Suatu malam sepulang kerja, Atun seperti biasa membuka pintu dan setelah itu ia biasanya menyiapkan air panas untuk saya mandi. Sedang saya asyik mandi dan menggosok-gosok tubuh saya, saya mendengar suatu bunyi halus dibalik pintu kamar mandi, sambil berpura-pura tidak tahu saya tiba-tiba menunduk dan mencoba melihat dari celah yang ada dibawah pintu tersebut.

” hah….” , saya kaget juga, karena disitu terlihat sepasang kaki yang dalam posisi sedang men-jinjit menempel dipintu kamar mandi. Wah, ternyata saya sedang diintip , oleh siapa lagi kalau bukan Atun. Saya tetap pura-pura tidak tahu saja dan mulai memasang aksi ; saya mulai menggosok-gosokan sabun kebagian ****** saya, meremas-remas sehingga ****** saya pun mulai bangun dan menjadi keras, sambil terus meng-kocok-kocok ****** saya, saya juga berusaha untuk berkonsentrasi mendengar suara dibelakang pintu itu. Dari situ terdengar desahan halus yang sedikit lebih keras dari tarikan nafas.
“Naah…lo….rasain ” , kata saya dalam hati. Selesai mandi, saya langsung saja keluar dengan memakai handuk yang dililitkan kebadan bagian bawah saya, ****** saya masih dalam posisi menegang keras, jadi terlihat menonjol dari balik handuk. Saya tetap berpura-pura tidak tahu apa-apa dan berjalan kearah belakang untuk menaruh pakaian kotor.
“pep…..pak….. bapak mau emm.. makan”, sapa Atun ,
“oh… enggak Tun, sudah makan… tolong bikinkan kopi saja”, jawab saya sambil saya perhatikan wajahnya. Ternyata wajah Atun terlihat pucat dengan tangan yang agak gemetaran.
“eeh…kamu kenapa Tun,…..sakit yaa ?”, tanya saya
“ah , tidak pak….. saya cuma sedikit pusing aja”, jawab Atun
“Iyaa…Tun….saya juga sedikit pusing… apa kamu bisa mijitin kepala saya”
“beb…bis…bisa pak”, jawab Atun tergagap, sembari matanya terus menerus melirik kearah ****** saya yang menyembul. Sayapun masuk kekamar dan mengganti handuk dengan sarung tanpa memakai celana dalam lagi, dan tidak lupa memeriksa isteri saya; setelah saya perhatikan ternyata isteri saya tetap tertidur dengan pulas sekali. Sayapun duduk disofa didepan televisi sambil menunggu Atun membawa kopi, yang kemudian ditaruhnya dimeja didepan saya.
“Tun….tolong nyalakan tv-nya”
Atun berjalan kearah televisi untuk menyalakan , saat televisi telah menyala saya bisa melihat bayangan tubuh Atun dari balik dasternya. “wah….boleh juga”, terasa denyutan di ****** saya, nafsu saya mulai memuncak.
“Tun…. tolong kecilkan sedikit suaranya”, kata saya, Saat ia mengecilkan suara televisi itu, Atun sedikit membungkuk untuk menjangkau tombol tv tersebut, langsung tubuhnya terbayang dengan jelas sekali , Atun ternyata tidak memakai BH dan puting teteknya terbayang menonjol bagaikan tombol yang minta diputar.
“lagi sedikit Tun….” kata saya mencari alasan untuk dapat melihat lebih jelas. Aduh , denyutan di ****** saya pun makin keras saja.
“Ayo ..Tun..pijitin kepala saya” kata saya sambil bersandar pada sofa. Dengan agak ragu, Atun mulai memegang kepala saya dan mulai memijat-mijat kepala saya dengan lembut.
“nah..gitu….baru enak, kata saya lagi, “tapi film-nya kok jelek banget yaa…”
“iya..pak…film-nya film tua..” katanya.
“kamu mau lihat film baru”, kata saya sambil langsung berdiri dan menuju kearah lemari televisi untuk mengambil sebuah laser disk dan langsung saja memasangnya, film itu dibintangi oleh Kay Parker, sebuah film jenis hardcore yang sungguh hot. Atun kembali memijat kepala saya sambil menanti adegan film tersebut.

Saat adegan pertama dimana Kay Parker mulai melakukan french kiss dan meraba ****** lawan mainnya , tangan Atun mengejang dikepala saya, terdengar ia menarik nafas panjang dan pijatan tangannya bertambah keras. Saya mengangkat kepala dan melihat keatas kearah Atun; terlihat matanya terpaku pada adegan di layar, biji matanya kelihatan seperti tertutup kabut tipis, ia benar-benar berkonsentrasi melihat adegan demi adegan yang diperankan oleh Kay Parker. Sekitar seperempat jam kemudian, terasa pijatan dikepala saya berkurang, karena hanya satu tangannya saja yang dipakai untuk memijat sedangkan setelah saya tengok kebelakang ternyata tangannya yang satu lagi terjepit diantara selangkangannya dengan gerakan menggosok-gosok. Desahan nafasnya menjadi keras buru memburu. Atun terlihat bagai orang sedang mengalami trance dan tidak sadar akan perbuatannya.

Saya langsung saja berdiri dan menuju kebelakangnya; sarung saya jatuhkan kelantai dan dalam keadaan telanjang saya tekan ****** saya ke arah belahan pantatnya sedangkan mulut saya mulai menjalar ke leher Atun, menjilat-jilat sambil menggigit pelahan-lahan. Kedua tangan saya bergerak kearah teteknya yang menantang dan meremas-remas sambil sesekali memuntir-muntir putingnya yang cukup panjang. Atun tetap seperti orang yang tidak sadar, matanya hanya terpaku kelayar kaca melihat bagaimana Kay Parker menjepit pinggang lawan mainnya sambil mengayunkan pinggulnya ke kanan kekiri. Dengan cepat saya membuka dasternya sampai terlepas; Atun diam saja juga saat saya memelorotkan celana dalamnya. Sambil tetap memeluknya dari belakang, saya menggeser kakinya agar selangkangannya lebih terbuka sehingga saya bisa mengarahkan ****** saya ke lubang memeknya. Saat kepala ****** saya mulai memasuki memeknya yang sudah basah, Atun sedikit tersentak, tapi saya terus menyodok kedalam sehingga ****** saya terbenam seluruhnya.

“aaaaaaaakh…..pak” , desah Atun lirih, “ennnaaaak….paaaaak”
Saya tetap menekan dan kemudian mulai menarik ****** saya. Waah…. memek Atun bagaikan menjepit ****** saya dan seperti tidak mau melepaskan ****** saya. Memek Atun ternyata sempit sekali dan ****** saya terasa bagaikan dihisap-hisap dan diremas-remas dengan denyutan-denyutan yang sungguh nikmat sekali. Saya menarik dan menekan dengan kuat secara berulang-ulang sehingga biji saya terdengar beradu dengan pantat Atun yang mulus, plak….plak….plak….. saya tetap memeluknya dari belakang dengan tangan kiri yang tetap berada di tetek sedangkan jari tangan kanan saya berada di dalam mulut Atun.

Mulut Atun menghisap-hisap jari saya bagaikan anak bayi yang telah kelaparan mendapatkan susu ibunya , matanya terpejam bagai orang sedang bermimpi. Badannya separuh , dari pinggang keatas condong kedepan, membungkuk pada sandaran sofa, sedangkan pinggangnya berusaha untuk mengimbangi gerakan maju mundur yang saya lakukan. Bila saya menekan ****** saya untuk membenamkannya lebih dalam kelubang memeknya, Atun segera mendorong pantatnya kebelakang untuk menyambut gerakan saya dan kemudian secara cepat mengayunkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan bergantian. Aah ….. Atun, ternyata luar biasa enaknya memek kamu. Saya benar-benar menikmati tubuh dan memek Atun. Kami melakukan gerakan-gerakan seperti ini selama beberapa waktu, sampai suatu saat badan Atun mengejang , kedua kaki nya juga mengejang serta terangkat kebelakang . Memeknya meremas dan menghisap-hisap ****** saya dengan keras dan berusaha untuk menelan ****** saya seluruhnya.

“aaaaaaaaaaaaahhhhh …..” desah Atun panjang Akhirnya saya juga tidak tahan lagi, saya peluk badannya dan saya tekan ****** saya kuat-kuat kedalam memek Atun. Saya pun melepaskan cairan mani saya kedalam lubang memek Atun yang begitu hangat dan menghisap.
“hhhhheeeeeeeeeh” creeet…….creettt…..creet tttt Kami berdua langsung lunglai dan tertekuk kearah sandaran sofa dengan posisi ****** saya masih ada di dalam jepitan memek Atun. Setelah kami recover, saya buru-buru memungut sarung, mematikan televisi dan berdua berjalan kearah belakang ; Atun langsung berbelok kekamarnya, tapi sebelumnya ia berkata halus, ” terima kasih yaa… pak” dan sambil tersenyum nakal ia meremas ****** saya. Saya langsung mandi lagi untuk membersihkan keringat yang mengalir begitu banyak, setelah itu ke kekamar berbaring sambil memeluk isteri saya dan tertidur lelap dengan puas. Dipagi hari saya tersentak bangun karena merasakan sepasang tangan yang mengelus-elus ****** saya, secara refleks saya melihat jam dinding dan melihat jam sudah menunjukan pukul sembilan pagi.
” looo ..” , pikir saya ” kok isteri saya tidak bekerja hari ini”
Langsung saya mengangkat kepala melihat kebawah; lho…. ternyata bukan isteri saya yang sedang mengelus-elus ****** saya tetapi Atun yang sedang menunduk untuk mencium ****** saya, yang sudah keras dan tegang.
“Tun….. ayo naik kesini”, kata saya kepadanya, sambil bangun terduduk saya menarik badannya dan mulai membuka dasternya, ternyata Atun sudah tidak memakai apa-apa dibalik dasternya. Langsung saya balikkan badannya dan mulai mencium memeknya yang wangi, sedangkan Atun langsung juga mengulum ****** saya dimulutnya yang kecil; waah Atun langsung cepat belajar dari tontonan film tadi malam rupanya.

Saya mulai menjilat-jilat memeknya dan sesekali mengulum serta mempermainkan klentitnya dengan lidah saya, Atun tergelinjang dengan keras dan terdengar desahannya, “hheeeh….heeeehhh” Dari lubang memeknya mengalir cairan hangat dan langsung saja saya jilat ….. mmmh…enaknya… Setelah itu saya tarik Atun untuk jongkok di atas badan saya, sedangkan saya tetap terlentang dan Atun mulai menurunkan badannya dengan lubang memeknya yang sempit itu tepat kearah batang ****** saya yang sudah sangat tegang sekali.

“hhhheeehhhh”….cleeeep, batang ****** saya masuk langsung kedalam lubang memeknya dan terbenam sampai keujung biji saya, “oooohh enak bener Tun….memek kamu” kata saya, Atun sudah tidak menjawab lagi, dia menaikkan pantatnya dan kemudian dengan cepat menurunkannya dan memutar-mutar pinggulnya dengan cepat sekali berkali-kali, sambil terpejam dia mendesah-desah panjang terus menerus karena keenakkan….. Batang ****** saya terasa mau putus karena enaknya memek Atun, benar-benar nikmat sekali permainan dipagi hari ini; Sesekali saya duduk untuk memeluknya dan terus meremas-remas teteknya yang keras. “ooooh …. Atun….ennaaaak” Atun kemudian berhenti sebentar dan memutarkan badannya sehingga pantatnya menghadap wajah saya, sambil terus menaik-turunkan pantatnya, memeknya tetap menjepit batang ****** saya dengan jepitan yang keras dan berdenyut-denyut…..Akh , akhirnya saya tidak tahan lagi, sambil memeluk pinggangnya saya berusaha menekan batang ****** saya sedalam-dalamnya dilubang memek Atun , badan Atun pun mengejang dan bersama-sama kita mencapai orgasme. Pagi hari itu saya dan Atun bermain sampai jam 13:00 siang, berkali-kali dan berbagai-bagai gaya dengan tidak bosan-bosannya.

Sejak pagi itu, saya selalu dibangunkan oleh isapan lembut dari mulut mungil Atun, kecuali bila hari libur dimana isteri saya berada di rumah.

Kami rasa hanya itu saja Cerita Seks Atun Si Pembantu Yang Ganjen yang dapat kami berikan kepada anda, semoga anda menyukai cerita yang baru kami berikan pada kesempatan hari ini.