Semester kami baru saja berakhir, dan pesta ini untuk merayakan itu. Hampir semua mahasiswa Indonesia diundang ke pesta ini di rumah Ita. Ita memang anak orang kaya dan orang tuanya membelikan dia sebuah rumah ketika dia memutuskan untuk meneruskan sekolah di sini. Sedangkan aku, hidup pas-pasan saja, tinggal di sebuah apartemen mungil di dekat sekolah. Meskipun menurutku, apartemen itu lebih enak dan mudah diurus, toh yang datang biasanya hanyalah Ita, atau cowok-cowok ku. Ya, sejak aku kehilangan keperawananku tak lama setelah tiba di sini, aku jadi sering uring-uringan seperti ketagihan seks. Sebagai akibatnya, aku sering mengundang cowok-cowok, baik orang Indonesia, atau bule, untuk ke apartemenku berhubungan seks. Untuk menjaga reputasi dan nama baik-ku, aku hanya tidur dengan 3 cowok indonesia yang kupercaya bisa tutup mulut, dan aku malah lebih sering tidur dengan orang bule yang baru sekali bertemu.
Malam itu aku memutuskan untuk mengenakan baju yang seksi, karena Ita menyuruhku untuk menemani Tom. Tom adalah orang bule yang sering bergaul dengan orang-orang Indonesia, dia juga sekelas denganku di universitas. Orangnya ganteng, dan kudengar dia memang menaruh hati pada Ita, tetapi Ita sudah punya cowok, dan hubungan mereka sudah serius, jadi Ita memintaku untuk mengalihkan perhatian Tom darinya.
Setelah memilih-milih baju dari lemariku, aku mulai mengenakan celana dalam G-string yang berenda-renda, dengan rok mini hitam, tube top pink tanpa bra. Tak lupa pula aku mengenakan anting hadian ulang tahun dari orang tuaku, dan sebagai aksesori terakhir yang kubawa, beberapa kondom. Aku tidak tahu apakah Tom bebas dari penyakit menular atau tidak, dan aku pun tidak ingin mengambil resiko tertular.
Sesampainya aku di rumah Ita, aku langsung mencari Ita untuk lapor diri dan mengucapkan selamat ultah.
“Vanessa, Tom masih belum nyampe tuh, ntar kalo gua ngeliat dia gua panggil elu deh,” kata Ita.
“OK. gua mau nyari minuman dulu deh. Happy birthday, yah!” ujarku sambil ngeloyor pergi mencari minum.
Aku mulai berjalan ke arah wet bar yang ada di rumah Ita, ketika aku bertemu dengan Indra, tak sengaja aku menubruk dia ketika dia keluar dari WC.
“Ouch.. sori nih. Eh, Vanessa, udah lama engga ketemu,” kata Indra sambil matanya mengerling nakal. Indra termasuk salah satu cowok yang pernah one night stand denganku, dulu sebelum aku menyadari bahwa dia ternyata tidak bisa dipercaya untuk tutup mulut.
“Eh.. Indra.. gak apa-apa. Iya nih udah lama engga ketemu,” kataku sambil beringsut pergi. Aku selama ini berusaha menghindari ketemu Indra soalnya dia pasti akan minta jatah lagi. Tapi Indra dengan sigap bergerak dan mengapit tubuhku ke tembok, “Ness, gua udah lama kangen banget sama elo nih. Elo tau kan, gua sekarang udah putus sama si Cynthia. Adik gua ini udah sebulan belum dipuasin. Gua jadi inget terus waktu dulu tidur sama elo. Apa elo engga pengen merasakan kejantanan gua lagi?”
Aku mulai merasakan sesuatu yang keras mendesak perutku di bawah. “Dra, please jangan.. gua ada date nih malem ini. Kan engga enak sama date gua,” kataku sambil berusaha mendorong Indra, tetapi Indra tetap lebih kuat dariku, dan menekan tubuhku ke tembok,”ayo dong Ness, bentar aja.. gimana kalo elu oralin gua deh.”
“Dra, nanti deh.. kalo pesta udah beres, gua puasin elo. gimana?” aku sudah mulai putus asa, dan terpaksa menawarkan itu.
Indra tersenyum sesaat, lalu matanya turun ke arah buah dadaku yang tertutup tube top tipis. Puting susuku sudah mulai mengeras akibat kejantanan Indra yang menekan perutku dari tadi dan kemungkinan harus memuaskan dua cowok malam itu.
“oke.. nanti aku cari kamu, sayang,” sambil berbicara, Indra menyelipkan tangan-nya ke dalam rok mini-ku dari bawah, dan meremas pantatku. Lalu dia pergi.
Aku berdiri menyender ke tembok sesaat, tanpa kusadari napasku sudah terengah-engah dan jantungku berdebar-debar gara-gara adrenalin yang mengalir deras.
Kuteruskan berjalan ke wet bar dan mengambil minuman Bombay Sapphire. Sambil meminum sedikit-sedikit, aku berjalan ke balkon rumah Ita. Di perjalanan ke balkon itu aku melihat beberapa cowok yang pernah merasakan tubuhku. Jack(bule) adalah orang pertama yang meniduriku di LA, pada hari pertama sekolah semester pertama di sini. Anto suka sekali bersenggama di tempat-tempat tersembunyi di sekolah, beberapa kali kami melakukan-nya di WC perpustakaan dan di kelas-kelas kosong. Budi, dengan badan-nya yang berotot dan atletis, sering menusukkan kejantanan-nya dulu ke dalam tubuhku di kamar mandi fitness center sekolahku. Kami dulu memang suka pergi bersama ke sana untuk berolahraga. Tapi hari ini aku menghindari semua cowok-cowok itu, dan pergi menunggu datangnya Tom.
Tak lama kemudian, Tom muncul di balkon diganden Ita yang kelihatannya sudah ingin melepaskan tangan Tom. “Tom, ini dia.. dari dulu gua pengen ngenalin elu duaan, kayaknya cocok deh hehe.. Enjoy!” Ita pun pergi kembali ke dalam.
“Tom, nama gua Vanessa,” aku mengulurkan tangan untuk bersalam.
“Halo, gua kayanya sekelas dengan elu deh. EE411 ?”
Kami mulai mengobrol tentang sekolah, kelas, dan teman-teman kami. Tom mengobrol sambil sesekali mencuri pandang ke arah Ita. Ita memang kelihatan hot sekali malam itu dengan gaun potongan rendah di dada-nya. Chris, cowok Ita, berdiri di sampingnya, dan kelihatannya sudah tak sabar ingin menyeret Ita ke kamar tidur, tangannya dari tadi sudah menjelajahi punggung, pantat, dan kadang-kadang buah dada Ita.
Tom tampaknya mulai menyadari bahwa Ita sama sekali tak tertarik dengan dia.
Kami sudah mengobrol di balkon selama sekitar satu jam, dan Ita tidak sekalipun datang ikutan mengobrol, atau melihat ke arah kami. Kupikir, ini lah kesempatanku dengan Tom, kuambil tangan Tom, “Tom, I know you like Ita, but she’s already with someone else” kucium perlahan bibir Tom, dan aku melihat dalam-dalam ke matanya yang biru indah, hampir membuatku orgasme di situ juga. Tom membalas ciumanku, dan kami french-kiss di balkon sambil berpelukan hampir selama setengah jam. Aku memutuskan untuk mengajak Tom ke tempat yang lebih sepi.. Kutarik tangan Tom menuju pintu kedua di balkon itu, yang kelihatannya gelap.
Kubuka pintu kaca itu, dan ternyata itu menuju kamar tidur Ita. Kudorong Tom ke atas ranjang, dia menari aku ke atas tubuhnya, dan kami pun mulai berciuman dengan lebih panas. Tangan kanan Tom mulai turun ke arah pantatku, dan menarik rok-ku ke atas. Sementara itu tangan kirinya menurunkan tube-top ku dan mulutnya mulai menjilat-jilat puting susuku. Kutarik kepalanya ke dadaku yang telanjang sambil mendesah-desah. Enak sekali rasanya.
Tiba-tiba Tom mendorong tubuhku ke ranjang, dan dia naik ke atasku. “Ness, gua dari dulu udah pengen mencicipi tubuh elu, sejak gua ngeliat elu di kelas, elu selalu terlihat seksi. Sudah lama aku ingin melakukan ini denganmu,” Tangan-nya meraba-raba ke bawah perutku, dan menggosok-gosok kelentitku. Aku menggelinjang tidak karuan sambil tanganku meremas sprei. Dengan sekali sentakan, Tom merobek celana dalamku, dan menghujamkan penisnya ke dalam tubuhku. Napasku tersentak, orgasme pertamaku malam itu tiba-tiba melanda tubuhku, hampir saja aku menjerit kalau Tom tidak menutup mulutku dengan tangannya.
Sementara itu Tom terus bergoyang di atasku, kejantanannya yang kekar dan panjang bergerak keluar masuk lubang senggamaku. “Gua suka banget cewek asia, cantik-cantik, dan cepat sekali basahnya,” ujar Tom ditengah mengent*tiku. Tangan Tom mulai mencubit puting susuku, dan mulutnya sesekali menjilati buat dadaku, membuatku hampir menjerit-jerit lagi. Kali ini, Tom menciumi aku dalam-dalam sambil bergoyang-goyang. Aku pun menutup mata, dan menggoyangkan pinggulku menikmati persetubuhan ini.
Tom berganti posisi lagi dengan menarik tubuhku untuk duduk di pangkuan dia. Rok dan tube-top ku masih bergantung di pinggangku menyerap sedikit keringat yang mulai keluar, sementara Tom masih berpakaian lengkap, hanya penisnya saja yang keluar. Kami berdua bersenggama sambil menghadap ke pintu kaca yang menuju ke balkon. Ditengah desahan nafsuku, aku melihat Indra sedang merokok sambil mengobrol dengan Budi di balkon.
Tangan Tom yang kiri meremas-remas buah dadaku, dan tangan kanan-nya mengusap-usap kelentitku sambil penisnya menusukku dari bawah. “Toommm… aku sebentar lagi keluarr…”
“Ness, tunggu bentar… ahh.. aku juga udah mau keluarrrr”
Kami berdua pun berpacu menuju kenikmatan, dan akhirnya kurasakan tubuh Tom menegang, dan penisnya membesar. Cairan sperma kurasakan hangat di dalam vaginaku, membuatku juga orgasme. Tom menjilat-jilat payudaraku sambil menungguku “turun” lagi. Rasanya aku hilang tenaga sama sekali, dan akupun tiduran di dada Tom sambil bernapas terengah-engah.
“Vanessa, apa ini berarti kita sekarang pacaran? ” tanya Tom.
Aku tersenyum,”Engga Tom, ini berarti kita sudah pernah have sex bersama. Seriously, gua cuma mau have fun, engga ada apa-apa lagi kok.”
Tom menarik napas lega, dia bangkit dari ranjang, mencium keningku, sambil meremas buah dadaku sekali lagi, lalu dia memasukkan penisnya lagi, dan pergi keluar kamar tidur.
Sebelum keluar, dia mengambil celana dalamku yang robek, dan memasukkannya ke dalam kantung kemeja dia,”untuk kenang-kenangan” katanya sambil tersenyum nakal.
Aku pun bangun, dan membereskan pakaianku seperti semula minus celana dalamku.
Setelah berkaca, dan memastikan aku kelihatan rapi, aku mulai berjalan keluar sambil berhati-hati untuk menghindari Indra yang masih sedang di balkon rumah.
“Ness!” Ita memanggilku dari ruang keluarga. Akupun berjalan cepat-cepat ke arah Ita, sambil mengawasi balkon. “Ness, thanks banget yah tadi bicara sama Tom. Tadi dia dateng & bilang ke gua good luck dengan Chris, kayanya dia udah engga terobsesi sama gua lagi deh.” Huh.. kalo aja Ita tahu apa yang mesti gua lakukan untuk itu, pikirku,”Gak apa-apa Ita, Happy birthday! Gua mau pulang dulu deh, capek nih” ujarku. Ita memelukku sebelum aku pulang,”Vanessa, kok kamu keringetan sih ?” tanya Ita. Aku sedikit merasa bersalah tadi meniduri Tom di ranjang Ita,”ah.. enggak tadi dapur terlalu banyak orang.”
Ita perlahan-lahan menurunkan tatapannya ke arah kakinya. Aku mengikuti arah tatapannya penuh tanda tanya, dan setelah aku melihat segumpal cairan putih di jari kaki Ita, akupun menyadari apa yang terjadi. Ternyata cairan sperma Tom telah mengalir keluar vaginaku, dan karena aku tidak mengenakan celana dalam, menetes ke kaki Ita. Rumah ita memang penuh dengan dentuman house music, dan sebagai akibatnya, aku harus berdiri dekat Ita dan berbicara di kuping Ita.
Ita pun ternyata menyadari apa yang telah terjadi, dan tersenyum padaku,”I hope you had a good time tonight.. ayo deh pulang, capek kan ?” Aku tersenyum lemah, dan berjalan ke arah pintu rumah Ita.
Karena aku tiba di pesta terlambat, mobilku diparkir agak jauh dari rumah Ita.
Begitu aku sampai di mobilku, aku mulai mencari-cari kunci mobilku di dalam tas tanganku.
Tiba-tiba kudengar ada orang berjalan di belakangku. Sebelum aku sempat membalik, dia telah mendorong tubuhku keras-keras ke mobilku dan membekap mulutku. “Ness, elo suka ngent*tin orang bule ya? Tapi sama gue elo engga mau? Gua juga tau udah berbulan-bulan elo ngehindarin gua terus” Ternyata Indra! “Loe kira tadi gua engga bisa ngedenger ranjang di rumah Ita ngebentur tembok pas elu ngent*tin Tom ? Nih rasain tongkol gue bikinan dalam negeri!” Indra meraba-raba selangkananku untuk melepaskan celana dalamku, tapi tentu saja dia tidak bisa menemukannya karena disimpan oleh Tom. “Engga pake celana dalem Ness ? Tentu aja.. elu sebenernya dateng ke pesta Ita udah pengen ngent*t, yah ? sengaja mencari mangsa ? ”
Tanpa memberi kesempatan padaku untuk menjawab, Indra dengan kasar menyetubuhiku dari belakang sambil masih membekap mulutku. “Ohhh.. enak banget deh memiawlu, ness. Ahhhhh.. Si Cynthia engga ada apa-apanya dibanding badan elo.” Tangan Indra yang satunya lagi meraba-raba dan memilin puting susuku. Rok miniku sudah naik ke pinggangku, dan penis Indra keluar masuk dengan cepat dari liang senggamaku. Aku mulai merasakan nafsuku naik, dan orgasme mendekat. Terus terang aku terangsang sekali dengan omongan jorok Indra, dan perkosaan dengan kasar seperti ini. “Ness,.. elo emang cewek bispak.. Ngent*t dengan dua cowo satu malem. cewek gila seks yah elo..” Diomongi seperti itu terus, aku pun hilang kendali, dan orgasme sambil menggeliat di pelukan Indra. “Ohh.. gua bisa ngerasain memiaw elo meremas-remas tongkol gua. Suka yah di perkosa seperti ini ? huh?” Indra kembali menghinaku dengan omongannya. Tapi apa daya.. memang aku menikmatinya, dan malah orgasme diperkosa seperti ini.
Tak lama kemudian, Indra pun orgasme, dan menyemprotkan spermanya di dalam rahimku. Entah sudah berapa kali aku orgasme diperkosa olehnya. Tanpa bicara, Indra memasukkan kembali penisnya, dan menarik retsleting celananya. Sebelum dia berjalan kembali ke rumah Ita, aku sempat menggumamkan.. “Dra, kapan lagi maen?”. Indra hanya tersenyum, dan langsung berjalan.
Aku merasa lemas sekali, dan terduduk di samping mobilku sampai merasa cukup kuat untuk menyetir kembali ke apartement ku. Air mani Tom dan Indra bercampur dengan cairan birahiku mengalir keluar dari vaginaku. Akupun masuk ke mobil, dan mulai menyetir pulang, tak sabar untuk mandi dan tidur setelah melayani dua pria malam itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar