Berawal sejak sekitar enam bulan yang lalu, saat secara tidak sengaja Helena, saat ini 30 tahun, berkenalan dengan Dewi, wanita berusia sekitar 45 tahunan di satu Mall di Jakarta Utara. Sejak itu Helena sering diajak berkumpul dengan teman-teman Dewi di satu apartemen di Jakarta Utara pula entah untuk arisan, senam, atau untuk sekedar mengobrol.
Helena mengira bahwa group tersebut adalah perkumpulan biasa dari para ibu kelas atas yang dilakukan sekedar untuk mengisi waktu. Mereka berjumlah sekitar 7 orang, rata-rata berumur 45 sampai 50 tahunan. Sampai pada suatu hari..
"Eh, Helena.. Nanti siang kita akan kedatangan tamu istimewa", kata Dewi.
"Tamu istimewa apa? Siapa?", kata Helena polos.
"Kamu lihat saja nanti, kamu pasti suka..", kata Ratna, orang yang dianggap ketua dari group tersebut.
"Apalagi kamu selalu berpakaian seksi begitu..", kata Dewi sambil menatap penampilanku dari atas sampai bawah.
Saat itu, sesuai dengan tingkat kehidupan Helena yang dari kalangan atas, penampilan Helena selalu seksi dan glamour. Dengan memakai baju terusan katun sebatas paha, 20 cm di atas lutut hingga membuat Helena tampak seksi menggairahkan.
"Nah itu dia datang!", teriak Ratna ketika mendengar bel di pintu berbunyi. Ratna segera bergegas membuka pintu apartemen dan mempersilakan tamunya masuk.
"Hallo semua.. Saya datang tepat waktu kan? Tepat jam 11.00..", kata Ronny, lelaki itu, sambil melihat arlojinya.
"Tenang saja, Pak Ronny.. Anda datang kapan pun, kita selalu welcome..", kata Dewi sambil tertawa dan melirik Helena.
"O iya, Pak.. Kenalkan ini Helena..", kata Dewi memperkenalkan Helena.
"O ini Helena..?", kata Ronny sepertinya sudah tidak asing mendengar nama Helena.
"Ya, saya Helena", kata Helena sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman.
"Saya Ronny. Anda sangat cantik sekali..", kata Ronny sambil menyambut tangan Helena.
"Terima kasih..", kata Helena sambil tersenyum lalu segera melepaskan tangannya dari genggaman Ronny yang sangat erat.
"Hei! Jangan pada berdiri. Mari sini Pak, sudah saya sediakan semua..", kata Ratna sambil tersenyum kepada Ronny, pria dandy yang berusia sekitar 50 tahun itu.
Mereka segera berpindah ke ruangan lain dimana Helena bisa melihat bahwa di meja sudah tersedia beberapa botol minuman keras serta beberapa bungkus kecil benda berbentuk bubuk putih beserta alat hisap serta sebuah jarum suntik.
"Naahh! Ini baru asyik!", kata Ronny senang.
"Ayo kita have fun!", ajak Ronny.
"Ayo!", kata Ratna.
Akhirnya Ronny, Dewi dan Ratna duduk bersama dan segera menikmati semua yang telah tersedia. Sementara Helena karena merasa tidak terbiasa, segera pamit ke ruangan lain dan menonton televisi. Terdengar oleh Helena sesekali mereka menyebut-nyebut namanya, entah membicarakan apa karena tidak jelas.
"Helena sayang, bisa minta tolong ambilin kue di kulkas nggak?", terdengar suara Dewi meminta bantuan.
"Iya, sebentar aku ambilkan!", teriak Helena sambil bangkit lalu pergi menuju dapur. Helena segera membuka kulkas lalu mengeluarkan kue untuk dipotong-potong. Helena tak mengetahui kalau Ronny sudah berada di belakangnya.
"Tubuh anda mulus sekali..", bisik Ronny sambil meraba punggung Helena yang terbuka.
"Ya Tuhan! Anda bikin kaget saya saja..", teriak Helena. Ngapain sih ini orang? Kurang ajar amat!, umpat Helena dalam hati.
"Tak sangka anda begitu montok dan menggairahkan walau sudah punya anak..", kata Ronny lagi sambil meremas pantat Helena. Bahkan tangannya berani menelusuri lekukan belahan pantat Helena.
"Hei! Anda jangan kurang ajar begini! Saya tidak suka!", bentak Helena lalu pergi meninggalkan Ronny. Ronny hanya tersenyum..
"Kurang ajar tuh orang!!", teriak Helena sambil cemberut.
"Kenapa sih, Helena?", kata Dewi sambil tersenyum.
"Gila tuh orang! Pegang-pegang tubuh, remas-remas pantat otang seenaknya?", kata Helena.
"Yee, harusnya kamu bangga dong.. Artinya kamu sangat menarik loh..", kata Dewi lagi sambil menuang minuman ke gelas.
"Nih, minum dulu biar agak enakan..", kata Dewi sambil menyodorkan gelas itu ke Helena.
"Sebel aku dengan orang itu..", kata Helena sambil meneguk minuman tersebut.
"Sudahlah, sayang.. Biarkan saja dia..", kata Dewi sambil menambahkan minuman ke gelas Helena.
Helena kembali meneguk minumannya sampai habis, lalu bangkit dan segera menuju kamar dengan maksud memisahkan diri dari mereka. Tapi setibanya di kamar, Helena merasakan tubuhnya dingin dan penglihatannya kabur. Badannya limbung. Helena heran karena tidak mungkin dia mabuk dengan minum beralkohol sejumlah yang dia minum tadi. Helena segera keluar dan menuju ruang tamu dengan niat akan berpamitan pulang karena merasa tidak enak badan.
"Aku mau pulang, Wi..", kata Helena dengan tubuh berdiri limbung.
"Mau kemana, sayang.. Di sini aja dulu..", kata Ratna sambil menarik tangan Helena hingga terduduk diapit tubuh Ratna dan Ronny.
"Lagian barusan Pak Ronny mengajukan tawaran bisnis yang banyak menguntungkan buat kita..", kata Ratna lalu dengan panjang lebar menceritakan tawaran bisnis yang menggoda iman Helena.
"Gimana sayang? Kamu mau ikut?", tanya Ratna.
"Kalau begitu sih aku ikut..", kata Helena dengan mata sayu.
"Well done.. Kalau begitu kita rayakan deal bisnis kita..", kata Ronny sambil merangkul dan menyodorkan gelas minuman kecil kepada Helena.
Helena mengambil dan meneguknya sebagai rasa penghormatan. Rasanya manis sedikit asam.
"Aduh, kenapa aku jadi tidak enak badan begini?", kata Helena tak lama berselang.
"Aku ke dapur dulu..", kata Helena lalu bangkit dan berjalan sempoyongan menuju dapur untuk minum air putih.
"Hei!!", jerit Helena ketika dia merasakan ada tangan yang mendekapnya dari belakang.
"Lepaskan aku..", suara Helena lemah.
"Tenang saja sayang.. Nikmati yang ada..", terdengar suara Ronny sambil menciumi pundak dan tengkuk Helena, sementara tangannya meremas buah dada Helena. Terasa oleh Helena celana bagian depan Ronny sudah menggembung keras mendesak-desak pantatnya.
"Ohh.. Lepass.. kann..", jerit Helena lirih sembari agak berontak untuk melepaskan remasan tangan Ronny pada buah dada dan pantatnya. Akibat pemberontakan tersebut tak sengaja tangan Ronny menyentuh dan menarik tali baju Helena hingga terlepas merosot ke lantai.
"Sudahlah sayang.. Nikmati saja surga dunia ini..", terdengar suara Dewi, kemudian tertawa ketika melihat kondisi Helena. Ratna juga ikut mentertawakan sambil memegang kamera digital, sesekali Ratna mengambil gambar Helena dan Ronny.
"Aku mau pull.. pullangg..", jerit Helena sambil berusaha lari ke kamar dalam keadaan setengah telanjang sempoyongan.
Tapi di tengah ruangan tubuhnya ambruk ke lantai. Ronny dan Dewi segera memapah tubuh Helena ke kamar dan dibaringkannya di ranjang. Dewi dan Ratna segera menjauh dari ranjang, sedangkan Ronny dengan bernafsu melepas semua pakaian dalam Helena, lalu kemudian melepas semua pakaiannya sendiri.
"Ohh.. Jangaann..", jerit lirih Helena ketika mulut dan lidah Ronny menciumi dan menjilati buah dada seta puting susunya. Sementara tangan Ronny turun meraba dan menggosok-gosok ***** Helena.
"Ohh.. Le.. Le.. Lepasskann..", desah Helena ingin berontak di sela-sela kenikmatan yang mulai dirasakannya.
"Ooww.. Ohh..", desah Helena keras ketika mulut Ronny turun ke perut lalu dengan liar lidahnya menjilati belahan ***** Helena. Entah karena pengaruh minuman yang diminum, entah karena libido Helena yang terbilang tinggi, perasaan ingin berontak yang tadi ada lama-lama hilang diganti dengan kenikmatan atas perlakuan Ronny atas dirinya.
"Ohh.. Ohh.. Oohh!", tubuh Helena berguncang keras ketika terasa ada cairan hangat yang menyembur di dalam *****nya disertai rasa nikmat yang luar biasa seiring jilatan lidah Ronny pada kelentitnya yang liar.
"Nikmat sayang?", tanya Ronny sambil bangkit berdiri lalu menindih tubuh Helena.
Helena sudah tidak mampu menjawab pertanyaan Ronny karena pikiran dan perasaannya telah penuh dipengaruhi alkohol yang diminumnya. Yang dirasakan Helena adalah rasa melayang dan gairah yang menggebu untuk bersetubuh. Sekilas mata Helena melihat Dewi dan Ratna berdiri tak jauh dari ranjang sambil tertawa dan memotret dirinya serta Ronny.
"Oww.. Enak sekali sayang..", desah Helena antara sadar dan tidak ketika terasa ****** Ronny yang tegang dan tegak telah keluar masuk *****nya.
"Kamu sudah punya anak tapi jepitan *****mu enak sekali..", kata Ronny dengan nada berat seiring pompaan ******nya di ***** Helena.
Entah sudah berapa lama kali Helena berganti posisi dan entah sudah berapa kali pula Helena mendapatkan orgasme. Helena sudah tidak ingat sama sekali. Yang terasa olehnya hanya rasa nikmat disetubuhi Ronny.
"Ohh..! Mmhh..!", hanya desahan demi desahan yang keluar dari mulut Helena beserta geliat tubuhnya ketika menikmati rasa yang teramat nikmat seiring keluar masuknya ****** Ronny di *****nya.
"Ohh! **** you girl! **** you!", kata Ronny sembari mempercepat pompaan ******nya ketika sudah terasa sesuatu yang mendesak akan keluar dari ******nya.
"Ohh..!!", suara Ronny terdengar berat.
Setelah mempercepat gerakan ******nya, dengan cepat pula Ronny mencabut ******nya dari ***** Helena lalu dikangkanginya wajah Helena. Crott! Croott! Croott! Air mani Ronny tumpah menyembur banyak di wajah Helena yang terpejam antara sadar dan tidak.
"Mm..", hanya suara itu yang keluar dari mulut Helena, lalu tertidur kelelahan.
Malamnya sekitar jam 19.00 Helena terbangun dalam kondisi tubuh telanjang. Tercium aroma khas sperma di ruangan itu. Di lantai terlihat satu kondom bekas pakai yang telah penuh dengan air mani. Juga terdapat bekas pembungkus Viagra di dekatnya.
"Ya Tuhan.. Apa yang terjadi padaku?", batin Helena sambil meraba wajahnya yang banyak ditumpahi air mani yang hampir kering, juga di perut dan di sekitar *****nya banyak terdapat bekas cipratan air mani yang telah mengering..
"Sudah bangun kamu?", terdengar suara Dewi mengagetkan Helena.
"Apa yang terjadi padaku, Wi..?", tanya Helena lemah sambil bangkit dan duduk di pinggir ranjang.
"Kamu ternyata hypersex juga, sayang..", kata Dewi sambil duduk di samping tubuh telanjang Helena.
"Kamu kuat melayani Ronny sampai beberapa ronde, beberapa jam non stop..", kata Dewi lagi.
"Udah bangun, Helena?", tanya Ratna yang baru masuk kamar.
"Welcome to the club, honey..", kata Ratna sambil tersenyum penuh arti kepada Helena.
"Apa?", tanya Helena.
"Ini tadi uang yang diberikan Ronny buat kamu..", kata Ratna sambil melemparkan segepok uang ke pangkuan Helena yang masih telanjang.
"Itu empat juta setengah.. Buat kamu..", kata Ratna.
"Aku.. Aku tidak mau.. Aku bukan pelacur!", kata Helena sambil menatap Ratna.
"Terima saja sayang.. Dan mulai sekarang kamu harus menuruti perintah kami untuk melayani laki-laki yang kami tunjuk..", kata Ratna tegas.
"Kenapa?!", tanya Helena dengan hati berdebar.
"Karena semua sudah aku rekam..", kata Ratna sambil memperlihatkan kamera digital.
"Kalau kamu menolak, maka foto-fotomu akan sampai ke tangan suamimu..", kata Ratna tegas.
"Ya Tuhan..", Helena langsung menutupi wajahnya dengan kedua tangan.
"Sudahlah sayang.. Lagian nanti kamu juga akan mendapat komisi kok..", kata Dewi sambil mengusap rambut Helena.
"Ratna, aku minta berikan chip foto-fotoku itu.. Please..", kata Helena memelas.
"Tidak! Ini adalah hidupmu. Aku telah memegang hidupmu..", kata Ratna tegas.
"Aku bayar berapa pun kamu mau, asal kemarikan chip itu..", kata Helena sambil bangkit mau merebut kamera di tangan Ratna. Tapi Ratna cepat menghindar.
Helena kemudian menangis sejadi-jadinya. Sejak saat itu Helena menjadi sapi perahan group tersebut dalam menjalankan bisnis mereka. Dengan terpaksa Helena harus menjadi escort lady, walau tentu saja Helena juga mendapatkan imbalan atas jasa kenikmatan yang di berikannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar