Namaku Koke.
Aku sebenarnya kuliah di Universitas Tarumanegara, Jakarta.
Kehidupanku amatlah nikmat dan glamour. Uang, mobil mewah, handphone semuanya disediakan.
Aku juga kos di tempat yang megah dengan kamar ber-AC. Tapi kehidupan Jakarta yang penuh godaan membuatku terjerumus. Semua hal yang buruk pernah kujalani di Jakarta. Dan yang paling parah aku sering berjudi. Karena hobi berjudi itulah, aku kena batunya. Waktu itu pertandingannya Chelsea vs Tromso, aku pasang pertama 10juta, setengah permainan aku pasang lagi 10 juta. Seperti yang kalian tahu Chelsea membantai Tromso 7-1 dan aku kalah sekitar 30 jutaan. Dengan perasaan takut aku segera telepon orang tuaku. Seketika itu juga mereka mengirimkan uang dan segera menarikku dengan paksa dari Jakarta kembali ke Solo.
Di Solo aku menjadi pengangguran. Tiap hari dimarahi oleh orang tuaku. Dalam hatiku, aku ingin sekali berubah dan melanjutkan studiku kembali. Kusampaikan keinginanku dan kedua orang tuaku menerimanya. Mereka mengusulkan agar aku kuliah saja di UKSW Salatiga karena dekat dengan Solo. Akhirnya aku kuliah di Salatiga, kota kecil yang sepi. Kehidupan Jakarta yang ramai dan ceria berubah menjadi suram dan sepi. Tapi apa mau dikata, aku harus mengembalikan kepercayaan orang tuaku. Aku mengambil jurusan Pariwisata atau setara dengan D2. Aku disana mempunyai pacar sebut saja namanya Mila, anak Semarang.
Kadang-kadang rasa sepi menghantui diriku. Kehidupan kota metropolitan yang serba nikmat membuatku ketagihan. Kadang aku ke diskotik di kota Solo, Legend atau Nirwana dan tripping di sana. Mila tentu saja tidak mengetahuinya karena aku selalu pergi setelah kosnya tutup. Pada hari Selasa, aku pergi ke Solo setelah kos Mila tutup. Sudah lama aku tidak trip. Kulihat banyak juga anak Salatiga yang juga tripping di sana. Aku juga " neken", obatnya waktu itu Pink Love kalau tidak salah. Memang benar-benar nikmat obat itu. Nah, pada saat aku asyik trip, ada seorang cewek di sebelahku yang juga triping. Usianya sekitar 23- an, tubuhnya seksi luar biasa. Kaos yang dipakainya tidak dapat menyembunyikan kebesaran buah dadanya ditambah lagi pantat yang seksi, yang terus bergoyang sensual mengikuti irama house music. Aku cuek saja, mencoba menikmati obatku. Tiba-tiba saja dia terhuyung-huyung dan hampir menjatuhi aku. Aku segera menangkapnya dan langsung BT. Sialan! Kulihat raut wajahnya pucat pasi dan nafasnya memburu. Nih, cewek pasti over dosis! Kulihat di mejanya ada dua gelas Long Island. Kulihat keadaannya agak gawat. Kupapah dia keluar diskotik dan kumasukkan ke mobilku. Aku segera melarikan mobilku ke Rumah Sakit. "Eh... jangan ke Rumah Sakit... jangan!" begitu rintihnya ketika dia mengetahui bahwa aku menuju ke RS. "Terus ke mana, kamu kan OD! Minum berapa sih?" "Pertamanya cuma 2 tapi disodok lagi 1 sama temenku terus ditambahin Long Island." Aku berpikir nih cewek pasti OD sekaligus mabuk. Setelah kubelikan susu, kami akhirnya malah jalan-jalan keliling Solo. Kami berkenalan, dia bernama Sandra. "Kamu sering trip, San?" terus dia jawab "Baru tiga kali." Aku heran banget baru tiga kali dosisnya sudah segitu banyak. "Kamu kuliah di Salatiga kan?" tanyanya. Aku jawab, " Dari mana kamu tahu?" Dia jawab, "Siapa sih mahasiswa UKSW yang bawa..." katanya sambil menyebut merek mobilku. Aku hanya tersenyum, memang di Salatiga cuma aku yang bawa jeep berkelas di kota sekecil ini. Rada kampungan!
Dia sebenarnya datang bersama teman- temannya tapi entah kenapa teman- temannya malah pergi ke Balekambang. Dia mengajakku langsung ke Salatiga sekalian pulang. Tak lama kemudian aku sampai ke Salatiga. Dia hendak kuantar ke kosnya di Jalan Diponegoro. Tapi dia menolak dengan alasan dia "on" lagi. Memang kurasakan tangannya kembali dingin dan tubuhnya bergetar. Aduh... payah, nih! Dengan terpaksa aku ke kosku. Kasihan kalau dia masih "on". Waktu itu masih jam 02.30. Begitu masuk ke kontrakanku, giginya sudah gemeretak tanda sudah tinggi. Segera saja kuputarkan house music di kamarku. Dia menggerakkan kembali tubuhnya dengan gerakan yang sensual dan merangsang birahi. Tapi aku cuek saja. Mau ereksi saja susah! Aku juga merasa "on" lagi. Sambil bersandar di sofa, aku mulai menggelengkan kepala.
Hentakan house music semakin meninggi, dia semakin gencar menggerakkan tubuhnya. Buah dadanya yang menggunung bergoyang seperti kesetanan. Kaos ketatnya sudah basah oleh keringat. Tiba-tiba saja Sandra menjatuhkan tubuhnya serta merangkul tubuhku dan kurasakan buah dadanya yang montok itu menggencet dadaku. Aduh... empuknya! lalu kubiarkankan saja, sama-sama nikmat sih! Dan seketika juga kurasakan nafas Sandra memburu dan mempererat rangkulannya. Bagian bawah tubuhnya digeser- geserkan dengan nafsu. Sekali lagi aduh... enaknya!
Tak disangka-sangka dia mencium bibirku dengan nafsu, aku sempat gelagapan. Tapi segera kubalas dengan penuh nafsu pula. Entah kenapa, padahal aku sedang tidak mood! Tangannya mulai meraba kemaluanku dan mulai diremas-remasnya. Aku pun mulai membalas meremas- remas buah dadanya yang besar itu. Aku benar-benar merasakan kenikmatan surga dunia. Tapi anehnya kemaluanku tetap saja tidak bereaksi. Sandra melepaskan rangkulannya dan berlutut sambil tangannya membuka paksa celana pendekku. Dikocoknya kemaluanku dengan bernafsu. Aku merasa geli sebab kemaluanku tidak berdiri. Aku bukan pertama kali ini senggama tapi baru kali ini kurasakan hal yang aneh seperti ini.
Dengan penuh nafsu, dihisapnya kemaluanku dari batang kepala sampai batangnya. Aku merasa terkejut dan merasakan kenikmatan yang luar biasa. Tiba-tiba saja aku merasa detak jantungku semakin menggebu, entah kenapa. Kulihat saja kepala Sandra maju mundur menghisap kemaluanku sambil kubelai-belai rambutnya yang disemir pirang. Usahanya mulai menampakkan sedikit hasil. Kemaluanku mulai bangkit secara perlahan. Dia melepaskan kaosnya dan tampaklah buah dadanya yang terbungkus BH putih. Kemudian dia melepas BH-nya dan mataku langsung berbinar melihat pemandangan seindah itu. Buah dada yang montok menggunung dengan bentuk yang bagus dan puting susu yang kecil berwarna kemerah- merahan.
Kepala kemaluanku diusap-usapkan ke putingnya sambil terus dikocok-kocok batangnya. Aduh... aku mulai merasakan kemaluanku betul- betul tegang. Aku merasakan detak jantungku semakin menggila, mungkin darah dari jantungku terpompa ke kemaluanku. Dadaku rasanya kosong dan deg-degan. Sandra tersenyum kegirangan karena usahanya berhasil.
Dia bangkit dan melepas celana panjangnya. Aku menghempaskan tubuhku di kasur dan kulihat kemaluanku mulai lemas lagi. Sandra melepas juga celana dalam putihnya dan kulihat bulu kemaluannya yang menghiasi lubang vaginanya tidak begitu banyak dan jarang-jarang. Pantatnya yang putih dan seksi serta berisi terlihat jelas. Tubuhnya putih bersih dan seksi bahkan kubilang terlalu seksi karena pantat dan buah dadanya besar sementara pinggangnya kecil. Karena melihat pemandangan seperti itu, kemaluanku bangkit kembali. Sambil tetap duduk di sofa, digenggamnya kemaluanku dan digesek-gesekkan di pintu masuk lubangnya. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Kemudian dimasukkannya kepala kemaluanku secara perlahan kevaginanya. Aku hanya merem melek keenakan. Sandra terus menaik- turunkan tubuhnya sementara house music terus mengalun. Buah dadanya bergoyang mengikuti gerakan naik-turun tubuhnya. Kutarik punggungnya hingga buah dadanya tepat berada di depan mulutku dan langsung kulumat- lumat dan kuhisap-hisap. Sandra mendesah- desah keenakan. Dia terus menduduki kemaluanku dan menggoyang-goyangkannya.
Setelah sekian lama dengan posisi naik kuda seperti itu, aku merubah posisiku di atas dan dia di bawah. Langsung kugojlok kemaluanku sambil kupeluk dia erat- erat. Kuciumi sekujur wajahnya, telinganya, hidungnya. Dadanya tergencet bulat dan hangat di dadaku. Kupacu terus pantatku sampai aku merasa pegal semua. Keringatku terus mengucur dari seluruh pori-poriku tapi aku tak peduli. Sandra hanya meringis-ringis keenakan. Kami sudah tidak mempedulikan keadaan sekitar. Suara dengusan dan rintihan bercampur menjadi satu.
Aku terus berjuang agar aku bisa mencapai puncak. Sudah tidak terhitung berapa kali batang kemaluanku mengobel lubang vaginanya. Aku terus mengocok vaginanya sambil memegang kedua belah kakinya. Aku harus tetap berkonsentrasi dengan memandang wajahnya sebab bila aku menutup mataku sebentar saja maka segera kurasakan batang kemaluanku mengecil. Kadang-kadang dengan posisi seperti itu, aku memegangi sepasang buah dadanya yang berayun. Sandra memintaku untuk menusuknya dari belakang, aku pun oke-oke saja. Keinginanku untuk mencapai kenikmatan sudah menggebu-gebu. Langsung kumasukkan saja kemaluanku dari belakang dan kumaju-mundurkan dengan agak kasar. Terus kukeluar- masukkan sambil kupegangi pinggulnya. Dia hanya merintih dan mendesah saja sambil memegangi kedua buah dadanya. Aku tanya kenapa dan dia jawab "Biar nggak kendor..." Aku gemas mendengar jawabannya itu. Dari belakang kupegangi buah dadanya yang bergoyang mengikuti gerakan pantatku. Saat itu tidak lagi kurasakan kenikmatan bersenggama tapi yang ada adalah keinginan untuk mencapai klimaks.
Setelah beberapa saat, kami berganti posisi lagi. Kami bersenggama dengan posisi miring. Agak susah memang karena ukuran kemaluanku tidak sepanjang milik orang-orang bule. Satu kaki kuangkat dan begitu celah kewanitaannya merekah langsung kusumbat dengan kejantananku. Aku mencium bibirnya dengan nafsu sambil terus kugoyangkan pantatku. Sampai suatu saat aku benar-benar kelelahan dan kuhentikan gerakanku. Sandra yang menyadari hal itu dan merasakan kemaluanku mulai mengecil langsung mencabutnya dan dikocoknya. "Jangan lemas dulu... dong! Aduh...!" Dia membimbingku duduk dan dia memaksa kemaluanku untuk masuk ke vaginanya. Sambil duduk, dia yang menaik-turunkan pantatnya. Dia memeluk tubuhku erat-erat sehingga wajahku tergencet buah dadanya. Aku merasa kemaluanku bangkit kembali bahkan lebih perkasa. Kukonsentrasikan perhatianku.
Terpaksa cerita ini kusingkat sebab kami bertempur seperti kesetanan dan kalau diceritakan akan panjang sekali. Fight to the death, man! Suatu saat aku merasakan bendunganku hampir jebol, "San... San... aku mau keluar nih.. San... Sandra...!" Begitu dia mendengar begitu, dia langsung menggoyang-goyangkan pinggulnya " Ya... ya... keluarin saja... aku juga sudah capek!" Dan jruooot... jrooot... Aku bergetar hebat ketika air maniku keluar. Sukmaku melayang ke langit yang paling tinggi. Nyawaku seakan-akan dicabut dari tempatnya. Benar-benar dapat dikatakan banjir karena banyak sekali. Mungkin ada 30 sendok makan. Air maniku seperti ceret yang dituang ke cangkir, gluk... gluk... dan seperti berebutan keluar. Semua bagian tubuhku lemas dan seperti mati rasa. Benar-benar nikmat, Sandra hanya memejamkan mata ketika air maniku membanjiri vaginanya. Kami berdua segera berbaring kelelahan.
Benar-benar suatu pengalaman yang menyakitkan. Kulihat jamku sudah menunjukkan 5.30! Berarti kami bersetubuh hampir 3 jam. Setelah pengaruh ecstasy mulai terasa habis, aku merasa kemaluanku perih dan sakit semua. Kulihat batang dan kepalanya lecet- lecet dan luka. Dan kulihat juga vagina Sandra memerah dan seperti terbakar. Ternyata kami berdua terpengaruh ecstasy jenis yang sama, yang memang mencegah ereksi tapi begitu sekali ereksi wah bisa tahan berjam- jam. Apalagi kata teman- teman, Pink Love memang pada akhirnya menjurus ke arah seks. Sandra ketika kutanya bahkan mengaku orgasme sampai 34 kali dan itu bisa diaturnya. Ejekulasi kalau lagi "on" amat berbeda rasanya. Enak dan nikmat dan lain sebagainya. Malam itu benar- benar pengalaman yang tak terlupakan. Aku hampir seminggu sekali pasti trip dengan Sandra dan setelah pulang langsung bermain seks sampai pagi.
Dan semua itu berakibat fatal karena pada saat kami pertama kali bersetubuh spermaku telanjur masuk sehingga pada akhirnya Sandra hamil dan aku akhirnya mengawininya. Kuliahku berhenti di tengah jalan padahal hanya kurang 1 semester. Papa dan mamaku sebenarnya tidak setuju kalau aku mengawini Sandra tapi apa mau dikata. Mereka mengatakan kalau Sandra wanita murahan, pelacur, perek dan lain sebagainya. Tapi aku yakin dia tidak seperti itu. Dia memang pernah melakukan hubungan seks sebelumnya dengan pacar lamanya. Tapi yang paling penting dia mengandung bayiku! Semua ini gara-gara ecstasy, pil kecil seharga Rp 35.000, yang nikmat. Pil kecil itu pula yang membuyarkan semua cita-citaku dan memutuskan hubunganku dengan Mila.
Sungguh hancur hati Mila ketika mendengar aku menghamili Sandra. Sampai sekarang Mila tidak mau bicara atau bertemu denganku. Aku merasa sedih sekali kalau mengingat masa lalu yang indah dengannya. Saat kami berdua jalan-jalan di sepanjang jalan Diponegoro atau surfing Internet bersama-sama. Ah... nggak mungkin hal tersebut terulang lagi. Biarlah! Semuanya telah terjadi, sekarang kami hidup dengan tenang di Solo dan aku meneruskan usaha ayahku di bidang angkutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar