Waktu itu Senin sore tanggal 26 Januari 2004 sekitar pukul 15.30 waktu Malaysia setelah mengunjungi Putrajaya tempat PM Malaysia berkantor di negara bagian Selangor, rombongan kami check in di PNB Darby Park yang terletak di jalan Binjau No.10 Kuala Lumpur dan lokasinya berdekatan dengan Tabung Haji Malaysia dan Menara Kembar (Twin Tower) Petronas yang cukup terkenal di dunia. Dari hotel tempat aku meningap itu, bila hendak ke menara kembar itu dengan jalan kaki bisa ditempuh dalam waktu 10 menit.
Aku mendapat kunci kamar dengan nomor 2805, yang berarti berada di lantai 28 dan masih menempati kamar executive suite yang memiliki dua kamar tidur, satu ruang tamu dan satu dapur. Sehingga, tiap kami pasti ada satu kamar yang kosong dan tak terisi. Aku berfikir, kenapa pihak penyelenggara Mega FAM Malaysia ini tidak menempatkan kami berdua dalam satu kamar sehingga tidak ada kamar yang kosong.
Sekitar pukul 16.15, bell di kamarku berdering. Ternyata dari pemandu kami yang orang Pakistan untuk mengingatkan agar 15 menit lagi berkumpul di lobby hotel untuk bersiap-siap pergi pesiar ke KLCC yang terletak di bawah menara kembar Petronas, ke Menara Kuala Lumpur dan terakhir ke Genting Highland, dimana di lokasi dengan ketinggian sekitar 5.350 kaki itu juga terdapat kasino nomor dua terbesar di Asia.
Namun aku menyampaikan kepada pemandu itu dan juga kepada pimpinan rombongan, bahwa aku ingin istirahat saja di kamar, sekaligus menyatakan bahwa aku juga hendak ke China Town setelah magrib untuk membeli ole-ole buat teman-teman di kantor sepulang dari Malaysia nantinya. Akhirnya mereka mengerti dan meninggalkan aku sendiri di kamar.
Sepeninggalan teman-teman yang telah pergi shopping ke KLCC, untuk menghilangkan jenuh aku lalu menghidupkan VCD player yang ada di ruang tamu dengan memutar kepingan VCD "Tourism Malaysia" yang diberikan pihak penyelenggara seminar di The Puteri Pan Pasific Hotel di Johor Baru, beberapa hari lalu, sambil tidur-tiduran di atas sofa yang cukup lebar dan empuk. Mungkin karena capek setelah seharian mutar-mutar di Putrajaya, tak terasa aku tertidur dan baru terbangun ketika bell di kamarku berbunyi. Aku melihat jam, ternyata sudah pukul 18.45. Siapa pula yang datang? Teman-teman kembali nanti paling juga subuh karena memang ada diantara mereka yang ingin berjudi di Genting.
Dengan bermalas-malasan dan setelah merapikan baju kaos yang aku pakai, aku buka juga pintu kamarku. Sesaat aku terkaget dan seperti tidak percaya melihat orang yang berdiri di hadapanku.
"Iza..?" hanya itu yang bisa aku ucapkan sambil mengucek-ucek kelopak mataku.
"Kamu jahat. Kenapa kamu tidak memberitahuku jika kamu datang ke Malaysia? Bahkan ketika kamu sudah berada di Kuala Lumpur pun, kamu masih tetap tidak meneleponku," cewek itu berceloteh terus sambil mendorong tubuhku ke dalam dengan tangan memukul dadaku.
"Aku bukannya sengaja untuk tidak meneleponmu. Tapi sungguh, nomor telepon kamu hilang ketika aku mengganti kartu halloku dengan navigator 64kb yang dikeluarkan Telkomsel. Aku ganti kartu, karena aku ingin mengaktifkan mobile banking, sementara memori untuk menyimpang nomor telepon di kartu baru itu tidak cukup untuk 250 nama seperti pada kartu lama. Aku baru tahu nomor kamu tidak ada di kartuku, setelah mau menelpon kamu ketika hendak berangkat ke Malaysia seminggu lalu," ujarku menerangkan, sambil membelai rambutnya yang direbonding.
Oh ya, Iza adalah pacarku orang Malaysia dan kini berusia sekitar 23 tahun yang bekerja di salah satu perusahaan swasta cukup besar di negara jiran itu, yang ku kenal ketika dalam perjalanan dengan pesawat Silk Air menuju kota "P" dari Singapore tahun 2000 lalu. Dan selama di kota "P" aku selalu menemaninya kemana pergi, dan bahkan sempat beberapa kali tidur bersama. Iza yang bertubuh seksi dan sintal dengan tinggi sekitar 168 cm berkulit putih dan mirip artis Eddies Adellia. Pinggangnya ramping, pinggul padat berisi dan payudara yang montok serta padat dengan ukuran bra 36B. Dan setiap aku ke Malaysia atau dia ke kotaku, pastilah tidak pernah terlewatkan bagi kami berdua untuk bercinta.
Ketika aku tanyakan dari mana dia tahu kalau aku sedang di Kuala Lumpur dan menginap di PNB Darby Park, ia menyatakan tahu dari teman-temanku. Waktu dia sedang duduk-duduk di salah satu kafe di KLCC sepulang dari kerja, dan kebetulan melihat teman-temanku yang pakai kokarde "Mega FAM" bertuliskan dari kota "P", dan menguping teman-temanku bercerita, dan ia mendengar namaku ikut disebut-sebut. Waktu itu, feelingnya langsung mengatakan bahwa nama Sandy yang disebut-sebut itu pastilah aku, sehingga ia memberanikan diri bertanya pada salah seorang temanku, dimana aku berada, setelah sebelumnya ia menyatakan bahwa ia mengenal aku. Akhirnya teman-temanku mengatakan bahwa aku sedang istirahat di hotel, dan ketika ia datang ke hotel tempat aku menginap, ia tanyakan namaku dan receptions hotel lalu memberi nomor kamarku.
"Syukurlah kamu bisa menemukan aku. Kamu tahu kenapa aku tidak mau gabung dengan teman-teman ke Genting? Itu karena aku punya rencana untuk datang ke rumahmu malam ini," ujarku menjelaskan.
"Iya ke..," rajuknya dalam logat Malaysia.
"Sure..!" jawabku pasti, sambil merengkuh pundaknya sehingga ia berada dalam pelukanku.
"Aku sungguh merindukanmu, Iza," rayuku.
"Aku juga, makanya aku datang ke tempatmu," balasnya.
"Kamu mau menemaniku disini malam ini kan?" tanyaku.
Iza menganggukkan kepalanya. Namun ia menyatakan bahwa ia harus menelepon temannya satu apartemen bersebelahan kamar untuk memberitahu, untuk memberitahu jika ia tidak pulang malam ini.
Karena tidak tahan lagi menahan rasa rindu yang memuncak serta keinginan untuk mereguk kenikmatan tubuhnya yang sensual dan sudah hampir satu tahun tidak aku cicipi itu. Kulihat Iza yang baru saja menelepon temannya itu sedang asyik menikmati siaran TV3 sambil menyandarkan tubuhnya dengan santai di sofa yang berukuran cukup panjang dan lebar itu. Aku mendekat dan langsung mengecup keningnya. Ia menengadah, dan ciumanku terus merambat turun ke bibirnya yang sensual.
"Ah..," desahnya tertahan.
Ciumanku terus menjalar ke belakang telinganya dan terus ke lehernya yang jenjang. Sementara tanganku mulai menjalar mencari dua bukit kenyal yang montok dan selalu menantang itu. Kulihat ia mulai menggelinjang-gelinjang sambil merasakan nikmat permainan yang aku berikan.
Perlahan-lahan tapi pasti, aku mulai membuka baju kaos yang dipakainya, dan melanjutkan dengan membuka celana jeans ketat yang melekat di tubuhnya. Sehingga terlihat ia hanya menggunakan bra warna hitam yang serasi dengan celana dalamnya yang juga berwarna hitam. Sementara bibirku, tetap bermain di bibirnya yang ranum. Kemudian tangan kananku mulai mencari pengait bra yang dipakainya dan melepasnya.
Bibirku langsung beraksi mengulum puting susunya yang sudah mulai mengeras. Sekali-sekali aku gigit puting susunya yang berwarna coklat itu, sehingga ia terdengar mengerang. Sementara tangan kananku, terus merambat turun dan mulai memelorotkan celana dalamnya. Sesaat tanganku berhenti di gundukan daging di sela pangkal pahanya yang ditumbuhi bulu-bulu hitam lebat dan tertata rapi.
"Honey, please..!" rengeknya sambil berusaha membuka kaos singlet yang kupakai.
Kemudian dengan rakusnya iapun mulai menjilati dan menghisap puting susuku yang ditumbuhi bulu-bulu. Aku tergelinjang, dan seketika nafsuku semakin memuncak. Ia semakin bergelora dan terus menjilati tubuhku hingga ke bawah. Karena terhalang celana pendek yang kupakai, iapun lalu memelorotkannya, sehingga aku menjadi telanjang bulat seperti dirinya. Penisku terlihat mengacung dengan gagahnya ke atas.
"Oh..," desahnya sambil menjilati seluruh batang penisku.
Tak cukup sampai disitu, ia lalu berusaha mengulum seluruh batang penisku. Namun karena tersekat di kerongkongannya, hanya sebagian saja yang bisa dikulum dan diisapnya, sehingga membuat aku kegelian dan semakin terangsang. Kemudian aku coba mengambil alih inisiatif dengan menarik tubuhnya ke atas serta menyandarkannya di sofa, dan kemudian aku mulai lagi menjilati dan menghisap puting payudaranya. Hisapanku lalu pindah ke bibir, ke telinga dan leher, sehingga membuatnya makin terangsang dengan hebat.
Ciuman lalu aku teruskan ke bawah, dan bermain-main sebentar di sekitar pusarnya. Kemudian bibirku terus merambat ke bawah, dan mendapatkan vaginanya yang berbulu lebat itu sudah mulai dibasahi cairan kental. Setelah kakinya aku angka dan bulu-bulu yang menutupi lubang vaginanya aku sibakkan, aku mulai menjilat clitorisnya dengan lidahku. Iza semakin menggelinjang menahan nikmat, sehingga setelah hampir lima menit lidahku bermain di lubang vaginanya, akhirnya aku lihat Iza berkelenjotan dan mengangkat tinggi pinggulnya dan terdengar teriakan tertahan.
"Oh, honey. Aku tak tahan lagi. Aku.. mau.. keluar..!' teriaknya.
Tak lama kemudian aku melihat cukup banyak cairan kental menyembur dari lubang vaginanya. Sementara aku lalu menghentikan jilatan untuk memberikannya kesempatan menikmati orgasmenya yang pertama itu. Kemudian, dengan rakus aku jilati semua cairan yang keluar dari vaginanya itu.
"Ah, honey. Apa yang aku impikan selama satu tahun ini untuk bercinta kembali denganmu, akhirnya menjadi kenyataan," katanya.
"Aku juga sayang, si kecil ini sudah lama berontak untuk bisa bersemayam di goa milikmu yang hangat itu," balasku sambil mencium mesra bibirnya.
Ciumanku itu dibalas Iza dengan hangat. Kembali permainan lidah yang luar biasa terjadi. Sementara tangan kananku sibuk meremas dengan lembut dua bukit kembarnya yang sangat menantang itu. Lalu perlahan dan tanpa melepaskan ciuman bibir, aku bopong Iza ke dalam kamar dengan tetap membiarkan kaca jendela tidak ditutup gorden, sehingga menambah nuansa tersendiri dalam permainan seks kami.
Baru saja Iza aku rebahkan di ranjang, tiba-tiba ia bangkit dan mendorongku hingga tertelentang. Ia terlihat ingin mengambil inisiatif menyerang dengan menciumi seluruh bagian tubuhku dengan ganasnya. Akibatnya, penis aku yang sejak tadi sudah mengeras itu, sudah tidak sabaran lagi untuk bisa menyeruak ke dalam lubang kenikmatan Iza. Pada saat Iza asyik melumat bibirku, secara diam-diam "si kecil" aku arahkan tepat di lubang vaginanya.
"Ah, terus sayang..," desahnya.
Sementara aku mengangkat pinggul agar penisku bisa masuk, Iza juga ikut membantu dengan menekan pinggulnya. Secara perlahan-lahan, penisku mulai dapat memasuki liang vagina Iza yang masih terasa sempit karena selalu dirawat dengan baik. Bless..! Semua batang penisku amblas masuk hingga dapat kurasakan menyentuh dasar vaginanya.
"Oh, terus honey. Enaakk..!" desahnya.
Karena aku merasakan goyangnya mulai mengendur karena lelah berada di atas, akhirnya aku mengambil inisiatif membalikkan tubuhnya hingga telentang, dengan penisku tetap berada di dalam vaginanya. Secara perlahan, aku mulai menggoyang pinggul untuk memaju mundurkan penisku di vaginanya, sementara lidahku tetap saling kait mengait dengan lidahnya. Kemudian lidahku merambat turun ke dadanya dan menghisap puting susunya yang mengeras, sementara aku tetap mempertahankan intensitas goyangan di pinggulku. Akibatnya, Iza terlihat sudah tidak bisa menahan seranganku, karena aku rasakan pinggulnya mulai diangkat dan kakinya mengejang.
"Oh, honey. Aku tak tahan lagi dan mau.. ke.. luar..'" erangnya.
"Tahan dulu sayang, kita keluarkan sama-sama," ujarku tertahan.
Aku akhirnya aku tidak bisa menahan desakan di pangkal penisku yang terasa menghentak-hentak hendak menghantam vagina Iza. Dan dalam hitungan detik, akhirnya aku muntahkan seluruh sperma yang ada di penisku, sementara Iza juga kurasakan mengeluarkan lendir di vaginanya yang terasa hangat oleh batang penisku.
"Oh, aku benar-benar puas Sandy. Aku ingin kamu masih di KL agak beberapa hari lagi," ujarnya sambil mengecup bibirku mesra.
"Bagaimana ya, tiketku tak bisa diundur karena sudah diprogram oleh penyelenggara Mega FAM. Aku harus pulang ke Indonesia pagi besok," jawabku hati-hati.
"Pokoknya serahkan saja tiket itu padaku, aku yang akan mengaturnya. Kalaupun tiket pesawatmu tidak bisa di undur, biarkan saja, nanti aku ganti dengan tiket baru untuk kembali ke Indonesia hari Kamis tanggal 29 Januari," katanya sambil mengelus dadaku yang sedikit berbulu. Aku menyatakan setuju, sehingga kulihat ia tersenyum karena merasa senang.
Dan menjelang pagi, kami sempat melakukan "pertarungan" sengit itu hingga empat kali, sehingga aku lihat Iza benar-benar terpuaskan oleh permainanku yang katanya sangat dahsyat itu. Ia juga berjanji untuk minta izin kepada atasannya selama 3 hari untuk menemaniku selama berada di Kuala Lumpur, sekaligus untuk melampiaskan nafsu syahwatnya yang juga sangat dahsyat itu.
Iza kembali ke apartemennya sekitar jam 04.30 untuk bersiap-siap pergi kerja, dan sekitar pukul 05.30 aku dibangunkan teman-teman untuk bersiap-siap menuju KLIA untuk seterusnya kembali ke kotaku. Namun kepada teman-teman aku sampaikan, bahwa aku masih akan tinggal di Kuala Lumpur hingga tanggal 29 Januari, karena ada sedikit urusan. Tentang tiket pesawatku yang tidak bisa diundur keberangkatannya, aku katakan sudah ada yang mengaturnya, sehingga teman-temanku dapat memahaminya.
Jumat, 27 Juni 2014
Kamis, 26 Juni 2014
Ngentot Dengan Amoy
Peristiwa ini bermula sejak aku berenang di kolam renang Pasar Atom Surabaya. Pada saat itu aku beserta teman-teman telah sepakat untuk mengadakan renang bersama setelah kami selesai menempuh ulangan umum cawu 3 tahun ajaran 2001-2002 yang diadakan oleh SMU kami. Hal itu kami lakukan sebagai rasa bersyukur kami karena kami telah berhasil menjalani ulangan umum yang paling menentukan dengan hasil yang memuaskan. Walaupun nilainya belum keluar tapi kami optimis kalau kami akan mendapatkan nilai yang bagus di raport kelak dan hal itu memang benar-benar terjadi saat penerimaan raport berlangsung.
Saat itu kami berangkat menuju ke lokasi beramai ramai menaiki sepeda motor. Kami ingin meluapkan kegembiraan di saat itu dengan naik motor memenuhi jalan. Padahal pada saat itu jumlah kami tak terlalu banyak. Hanya 12 orang dengan 6 motor. Awalnya aku tak mau ikut serta. Tapi karena ada temanku yang tidak punya partner untuk berangkat, so aku mau aja. Itung itung bantu teman. Selain itu temanku yang tidak kebagian kendaraan itu cewek yang lumayan cakep, so aku ho-oh aja deh.
Sepanjang perjalanan kami bersendau gurau bersama. Aku pun tak mau ketinggalan untuk usil dengan cewek yang aku bonceng. Sebetulnya aku kasihan juga sih untuk ngerjain dia. Tapi aku ingin merasakan dadanya. Segera saja kutekan penuh kopling dan kulepas secara cepat dengan gas yang buka secara besar pula sehingga motorku langsung lompat dan otomatis dadanya tertekan kepunggungku dan ohh.. benar-benar empuk hangat dan kenyal sekali dadanya. Apalagi dia saat itu hanya memakai baju ketat putih yang tipis. Sehingga BHnya terlihat dengan jelas. benar-benar pemandangan yang indah.
"Maaf, ya," kataku basa basi.
"Nggak apa kok. Hati hati ya.." katanya sambil memelukku dengan erat.
So kontan aja penisku langsung bangkit. Barang siapa sih yang nggak senang kalau ditempeli payudara yang kenyal kaya gitu. Dia memelukku erat sekali. Entah kenapa. Mungkin dia takut jatuh. Selama diperjalanan aku happy banget. Karena dada temanku itu ditempelkan terus kepunggungku.
Setelah lama diperjalanan, akhirnya kami sampai juga. Teman-teman kami langsung masuk ke dalam areal pasar Atom seperti pernah mengunjungi tempat tersebut. Tetapi ternyata dugaanku salah. Mereka malah mencari satpam dan bertanya tentang keberadaan kolam renang tersebut. Karuan saja aku jadi tertawa terbahak bahak, walau dalam hati. Setelah bertanya kami segera menuju kolam renang tersebut.
Setibanya di sana aku sangat senang sekali. Karena pengunjungnya adalah gadis gadis ABG yang cakep cakep dan sexy sexy. Mereka rata rata memiliki tubuh yang proposional. Karena sudah nggak bisa menahan kegembiraanku, segera saja aku bersuit suit dengan keras sekali sampai sampai diantara mereka ada yang tersenyum ada juga yang acuh tak acuh. Dan hebatnya lagi pengunjung pada siang hari itu pengunjungnya nggak ada yang cowok. Semuanya cewek cewek ABG yang berkulit putih mulus dan berbodi menggairahkan. Sebetulnya ada sih cowoknya. Tapi usia mereka masih dibilang terlalu kecil. Menurutku umur mereka berkisar antara 7-10 tahun. So, mereka pasti nggak tahu apa apa kalau kakak-kakak mereka yang cakep cakep aku 'kerjai' apalagi di situ tidak ada penjaga kolam renangnya. Whaaoo, the greatest chance.
Aku pun segera ganti baju renang di kamar mandi pria. Setelah berganti baju aku melakukan pemanasan ala Ninjitsu, beladiri Ninja Jepang. So, kontan saja aku langsung jadi pusat perhatian para cewek cewek yang berenang di situ. Mereka yang semula sibuk berenang kian kemari ataupun yang sedang bermain main dengan air ditepi kolam menjadi terpukau akan gerakan pemanasan yang aku lakukan. Karena gerakan yang aku lakukan ini memang tergolong sulit dan sangat ekstrem serta bisa berakibat fatal jika tidak dilakukan dengan benar.
Pertama tama, aku berlari lari kecil mengelilingi kolam sebanyak lima kali, setelah itu aku mulai melemaskan kakiku dan mulai melakukan salto, roll, dan aneka macam gerakan berbahaya lainnya termasuk lompat harimau. Itulah hebatnya Ninjitsu, semua tehnik beladiri yang membahayakan bisa dilakukan tanpa matras. Jadi jangan heran bila para TNI bisa melakukan gerakan roll depan dan roll belakang dengan cepat tanpa beralaskan matras sedikitpun karena mereka telah dilatih dengan beladiri Ninjutsu terutama pasukan elit Kopassus.
Setelah puas melakukan pemanasan, aku segera berenang ke sana kemari sambil melihat cewek cewek cakep disekitarku. "Andai bisa 'kucoba' vagina mereka semua," ujarku dalam hati sambil memandang pantat mereka serta payudara mereka yang benar-benar sexy. Tanpa kusengaja aku menabrak temanku yang aku usilin tadi. Aku pun minta maaf dan diapun oke aja. Tapi setelah minta maaf, aku tidak bisa pergi begitu aja. Karena pakaian renang yang digunakan oleh temanku itu tidak sampai menutupi seluruh payudaranya. Kira kira seperempat bagian dari payudaranya itu bisa terlihat dibalik baju renangnya yang cukup ketat. Aku pun tanpa sengaja berdecak kagum sambil memandang payudara temanku itu. Baru kali ini aku lihat payudara cewek beneran. Di depanku lagi.
Aku benar-benar nggak nyangka kalau dia memiliki payudara yang indah dan cukup besar serta menggairahkan. Payudaranya berwarna kuning langsat. Sama seperti warna kulitnya yang mulus itu.
"Whoo, indah sekali," kataku tanpa sengaja terucap begitu saja dari mulutku.
"Apanya?" kata dia sambil pura pura tidak mengerti.
"Payudara kamu Sar. It's so big and wonderful," kataku sambil berdecak kagum.
"Ahh, bisa aja," kata Sari sambil tersipu malu dan menyibakkan air kemukaku lalu pergi berenang menjauhiku.
"Hhmm.. Aku jadi ingin nyoba punyanya dia nih.." kataku sambil menatap kagum kepada Sari yang sudah berenang menjauh dariku.
Pasti dia masih perawan pantatnya sexy banget sich.. Setelah itu aku mulai berenang sambil melihat para cewek cewek di sekitarku. Sementara itu, teman temanku lagi asyik asyiknya mengadakan adu cepat dalam hal berenang dengan jarak yang lumayan jauh. Kira kira 300 m. Bagiku permainan itu kurang seru. Mending ngegodain cewek cewek. Siapa tahu bisa dapat dan bisa diajak ber 'ohh-yess' ria, istilah para siswa siswi SMU kami untuk mengatakan hubungan seks.
Setelah selesai berkeliling kolam renang, kulihat ada seorang cewek yang duduk sendirian di pinggiran kolam sambil memainkan air dengan kakinya yang indah. Dari tatapan matanya ke kolam renang bisa dipastikan bahwa dia sedang memikirkan sesuatu.
"Hai.. Cewek.. Kenalan dong.." kataku memulai perkenalan.
"Hai.." katanya ramah sambil memandangku dengan lembut.
"Hai namaku Laksono. Panggil aku Sony," kataku sambil mengulurkan tangan.
"Melly Apriana. Panggil aja Melly," jawabnya sambil membalas uluran tanganku.
Waktu kami berjabat tangan, tangan doi tidak langsung aku lepas. Karena tangannya halus banget serta putih mulus sama seperti bodynya yang menggairahkan. Mungkin karena risih, dia segera menarik tangannya dariku sambil memalingkan mukanya yang memerah.
"Kamu nggak berenang?" tanyaku basa basi sambil beranjak naik dari kolam renang untuk duduk disebelahnya.
"Nggak. Lagi BeTe nih," kata doi sambil memainkan air kolam dengan kakinya yang indah.
"Kenapa sih? Cakep cakep kok BeTe. What's the problem? Mungkin aku bisa bantu mecahin masalahnya," kataku untuk berusaha memperakrab hubungan kami.
"Itu tuh, pelajaran kimiaku selalu dapat angka merah. Aku sudah ikut les ke LBB Ganesha Operation tapi aku tetep nggak paham walaupun sudah tanya ke tentornya berkali kali." jawab doi sambil menyibakkan rambutnya yang diterpa angin.
"Wah, cakep banget dia kalau lagi begitu. Ketiaknya putih mulus. Jadi nafsu nih," pikirku sambil menelan ludah.
Bayangkan saja, siapa yang nggak nafsu kalau sudah ada cewek cakep, putih mulus, sintal, padat berisi, dan tinggi semampai duduk bersebelahan dengan kita dan hanya dipisahkan oleh jarak yang kurang dari 30 cm..
"Kamu kelas berapa?" tanyaku sambil memandang wajahnya yang begitu ayu mempesona.
"Kelas satu, sekarang naik ke kelas dua," jawabnya sambil tersenyum ke aku.
"Kamu les di Ganesha yach? Sama dong.." kataku sambil ikutan mainin air.
"Benar?? Kamu beneran? Kamu kelas berapa?" tanyanya seakan tak percaya sambil menatapku langsung.
Wah benar-benar ayu parasnya. Jadi nafsu nich..
"Sama kayak kamu," kataku sambil memandang wajahnya.
"Kamu gelombang berapa? Kok kita nggak pernah ketemu?" tanya doi penasaran.
"Gelombang dua," jawabku singkat.
"Sama donk. Kok nggak ketemu yach. Kamu di GO mana?" tanya doi sambil menatap wajahku terus menerus.
Wah jadi geer nich. Aku ingin cepet cepet ngerasakan vagina miliknya. Tapi aku tahu, untuk mendapatkan itu memerlukan proses yang panjang dan melelahkan.
"Sidosermo Indah," jawabku sambil menatapnya balik.
"Oo, pantes nggak ketemu, aku khan di GO Jimerto. Oh ya, kamu sekolah dimana?" tanya doi yang mulai penasaran sama aku.
"SMU Negeri 10. Kamu?"
"SMU Santa Maria."
Oo, pantes dianya cakep banget. Anak sekolah sana, ceweknya kan terkenal cakep cakep dan sexy sexy.
"Rumah kamu dimana?" tanyaku agar tidak kehilangan jejaknya.
"Jimerto. Kamu?"
"Jemur Sari"
"Jimerto mana sich aku punya teman yang rumahnya di sana juga lho," pancingku untuk mendapatkan alamat rumahnya.
"Ohh ya. Aku di Jimerto VII/5," kata doi sambi tersenyum ramah.
Wah cewek ini sudah cakep, ramah, dan juga enak diajak bicara. Dia benar-benar cewek tipeku. Hanya saja suku bangsa kami berbeda. Dia keturunan Cina sedangkan aku Jawa. Tapi biarpun begitu dia itu benar-benar cakep dan sexy lagi.
"Kamu sudah punya pacar belum?" tanyaku ingin tahu.
"Belum, kenapa sih?" tanya doi sambil memandangku.
Wih nggak kebayang, deg degan juga waktu itu. Bayangin aja, cewek secakep kayak dia belum punya cowok. Apa sih kekurangannya. Sebetulnya dia itu lebih dari cukup. Bahkan bisa dikatakan cukup menarik. Pantat oke, payudara oke, tinggi boleh, penampilan oke, rambut oke, wajah oke, mau apalagi?
"Lagi kosong dong," kataku menggodanya.
"Iya nih.. Kamu gimana?" tanya doi sambil memandangku.
"Sama," jawabku singkat.
Doi hanya membalasnya dengan senyuman simpul yang cukup indah.
"Ehh, tunngu bentar ya aku mau ke toilet dulu. Kamu tunngu aja di sini nanti kita ngobrol lagi, oke?" kata doi sambil memandangku mesra.
"Oke."jawabku sambil memandangnya sampai dia menghilang ke toilet wanita.
Wao, caranya berjalan benar-benar ingin membuatku mencobanya. Pantatnya yang sexy dan padat bergoyang kiri kanan, kiri kanan, kiri kanan. Dan kakinya yang indah itu menjulang ramping. benar-benar sexy anak itu, kataku dalam hati.
Karena sudah nafsu segera saja aku masuk ke toilet untuk mencarinya. Apalagi di situ tidak ada penjaganya.
"Melly.. Mel.. Kamu dimana Mel?" kupanggil namanya dengan perasaan was was juga.
Sebab dimana mana cowok khan tidak boleh masuk ke toilet cewek, begitupun sebaliknya. Tiba tiba aku melihat ada satu pintu diruang ganti yang tertutup. Sementara yang lain terbuka termasuk toiletnya. Aku yakin pasti itu Melly. Segera saja aku mendekat.
Walaupun diselimuti oleh rasa takut yang berdebar debar, aku tetap akan melanjutkan niatku. Karena aku sudah sangat nafsu sama dia. Semakin dekat semakin terdengar suara Melly yang sedang mendesah desah, persis seperti suara cewek yang mendesah desah karena kenikmatan.
"Ohh.. Ah.. Ach.. Oh.. Ohh.. Yes.. Oh.. Ah.. Yess.. Oh.."
Karena sudah sangat penasaran segera saja aku menerobos pintu itu dengan cara merangkak lewat bawah. Kebetulan pintu ruang gantinya hanya sebatas dada sampai kaki. Jadi kepala dan kaki bisa terlihat dari luar. Dan aku menerobos masuk lewat lubang dibawahnya.
Ahh, aku benar-benar tak percaya akan penglihatanku sendiri. Dia sedang duduk dimeja kecil tempat meletakkan pakaian dengan keadaan telanjang bulat sambil menggosok gosok vaginanya dengan jarinya secara cepat sambil memejamkam mata dan mendesah desah kenikmatan. Tampaknya dia sedang asyik bermasturbasi ria. Sampai sampai waktu aku panggil berkali kali dia tak menyahut. Mungkin karena dia sedang keasyikan menikmati masturbasinya.
"Mmff.. Achh.. Ohh.. Mmff.." suara itu keluar dari mulutnya begitu saja dan tubuh Melly mengejang ngejang kenikmatan dan keluarlah cairan yang merembet dari dalam vaginanya menuju ke luar. Tampaknya dia baru saja mengalami orgasme. Setelah dia mengalami orgasme yang hebat, barulah dia sadar kalau aku sudah di depannya dan daritadi aku sudah memperhatikannya bagaimana dia bermasturbasi dan mengalami orgasme yang dahsyat.
"Lhoo.. Kok kamu bisa ke sini sih. Ini khan toilet cewek. Kamu kok masuk seenaknya aja sich. Ayo keluar!," teriak doi terkejut sambil menutupi kedua payudaranya dan vaginanya dengan tangannya.
"Hei tunggu dulu Mel. Oh ya, ngomong ngomong orgasme kamu tadi gimana enak nggak? Kelihatannya kamu mengalami suatu orgasme yang hebat tuh," kataku sambil memandang keindahan tubuhnya yang tidak ditutupi oleh sehelai benang pun.
"Ayolah Mel. Jujur aja. Kamu kok masturbasi sich?" tanyaku sambil memandang wajahnya yang mulai memerah.
"Itu bukan urusanmu. Sekarang keluar dari sini!," hardik doi.
"Kamu nggak perlu berkata begitu. Ayolah, mengaku sajalah," kataku sambil mulai mendekap tubuhnya dan menciuminya.
"Ok, aku tadi bayangin kamu lagi bersetubuh sama aku waktu masturbasi. Habis kamu cakep sich," kata doi sambil mulai membalas ciuman ciuman mautku.
"Oh ya. Kenapa kamu nggak bilang terus terang," kataku terkejut sambil menghentikan ciumanku ke seluruh wajahnya.
"Karena aku malu. Aku malu mengatakannya kalau aku suka kamu. Apalagi setelah aku mendengar kalau kamu belum punya pacar," kata doi sambil menundukkan kepala dengan muka yang mulai memerah.
"Hei kamu nggak perlu berbuat seperti itu. Kamu bisa ngomong langsung ke aku. Aku nggak apa apa kok," rayuku sambil meremas remas payudaranya yang menggairahkan.
"Mel, aku sebetulnya juga suka kamu, tapi aku malu ngomong ke kamu. Kamu cakep banget Mel. Kamu cewek yang sexy dan sensual. Maukah kau jadi pacarku?" kataku sambil memandangnya serius.
"Tentu Say," jawabnya sambil mencium bibirku.
Oh god, akhirnya kudapatkan juga cewek ini. Cewek cakep impianku.
"Mulai sekarang kamu nggak perlu melakukan masturbasi dan ngebayangin sedang bersetubuh denganku, Mel. Mulai sekarang kita akan bersetubuh sungguhan."kataku sambil mulai merenggangkan kedua pahanya.
Tetapi dengan cepat doi merapatkan pahanya kembali dan menggelengkan kepalanya.
"Kenapa Mel? Ayo kita lakukan. Ini sebagai perwujudan cinta kita Mel." rayuku sambil meremas remas payudaranya.
"Bukannya aku nggak mau Son, tapi aku masih perawan. Aku belum pernah berhubungan seks. Aku takut sakit," kata doi sambil memelukku dan memberi aku ciuman di pipi.
"Tenang Mel, sakitnya cuma sebentar dan sekali ini aja kok. Untuk selanjutnya sudah nggak sakit lagi. Aku akan melakukannya dengan hati hati," kataku dengan penuh kasih sayang.
"Kamu janji ya?" kata doi sambil memandangku serius.
"Tentu Mel. I love you honey," kataku sambil meregangkan pahanya.
Tampaknya vaginanya Melly masih utuh. Berarti dia masih perawan. Oh god, apa yang harus kulakukan. Haruskah kuperawani dia. Aku sebetulnya nggak tega, tapi karena sudah nggak kuat nahan nafsu, segera saja kugosok gosok vaginanya dengan jariku.
"Ahh.. Ohh, achh.. Sonn.. Ahh.. Ohh.. Yes.. Kamu.. Na.. Kkal.. Ahh.. Ohh.. Yes.. Oh.. Yes.. A.. Yo.. Mas.. Suk.. Kin.. Dong" kata doi sambil mengeliat geliat karena nikmat bercampur geli.
Jujur aja, aku melakukan itu untuk mengetahui dimana lubang vaginanya. Karena baru kali ini aku bersetubuh. Aku nggak tahu harus dimasukkan kemana. Tanpa kusengaja jari tengah tanganku masuk secara tak sengaja kesebuah lubang didaerah vaginanya. Mungkin inilah lubangnya. Karena waktu jariku masuk ke sini, Melly makin keenakan dan ngomong.
"A.. Yo.. Yach.. Situ.. Si. Tu.. Masukin kesitu.." kata Melly sambil memejamkan mata erat sekali.
"Ok, lets do it," pikirku.
Segera kulepas celanaku dan penisku pun langsung menyembul keluar. Tampaknya penisku sudah terlalu lama 'on' nya. Jadi ukurannya sekarang sudah benar-benar gede. Segera saja kuregangkan kakinya dan Mellypun hanya memejamkan mata menunggu kenikmatan yang akan menimpanya. Lalu kumasukkan penisku ke vaginanya yang sudah berlendir karena dia tadi melakukan masturbasi. Dari dalam vaginanya tercium bau harum yang khas. Tampaknya harapanku untuk memasukkan penisku ke dalam vaginanya tidak berhasil dan doi pun menjerit keras banget.
"Arrgghh, sakit.. sakit.. Hati hati.." teriak doi.
Akupun jadi bingung. Aku takut semua cewek yang di luar masuk kemari dan menemukanku sedang bersetubuh dengan Melly, bisa gawat nih. Maka itu segera kuhentikan mendorong penisku ke dalam vaginanya Melly dan mulai mencium bibirnya sambil mempermainkan lidahnya dengan lidahku. Diapun tampaknya sangat senang dengan permainan lidahku. Secara perlahan lahan dia ikut merespon permainan lidahku. Setelah dia mulai tenang. Segera kusambar pakaian renangnya dan meyuruhnya untuk menggigitnya untuk menahan sakit.
"Mel, kamu kalau sakit, gigit ini yach," kataku sambil memasukkan bagian tali dari pakaian renangnya ke mulutnya.
Segera saja kudorong pelan pelan. Dan Mellypun semakin keras menggigit pakaiannya sambil menggeleng gelengkan kepalanya dengan lemah. Aku tahu dia merasakan sakit yang amat sangat karena vaginanya memang benar-benar sempit dan nikmat. Aku sampai memejamkan mata untuk lebih menikmati kerapatan dan kehangatan vaginanya. Setelah ? bagian penisku masuk aku merasakan suatu lapisan yang agak sulit ditembus. Tapi aku nggak mau sulit sulit mikirin cara untuk nembusnya. Khan Melly sudah nggak akan teriak lagi.
Aku pun segera memundurkan penisku sedikit dan menghunjamkannya ke dalam vaginanya. Akhirnya berhasil juga kurobek selaput daranya dan ohh.. Vaginanya nikmat sekali. Benar-benar vagian perawan. Benar-benar mencengkeram dan sempit serta lembut. Segera saja kumaju mundurkan penisku di dalam vaginanya dan baju yang digigit oleh Melly kulepaskan. Dan sejak baju yang digigitnya aku lepaskan, dia sudah nggak menjerit jerit lagi. Dia justru mendesah desah kenikmatan sambil memejamkan matanya.
"Ohh.. Ahh.. Ah.. Ah.. Ahh.. Ahh.. Ah.. Ahh.. Ohh.. Yess.. Ahh.. Ach.. Achh.. Ahh," doi mendesah desah dengan tubuh yang sudah mulai memanas dan berkeringat.
Sementara aku pun tak mau menyia nyiakan kesempatan ini. Karena baru sekarang aku melakukan seks dan rasanya, benar-benar ueenak sekali. Lebih enak daripada kita onani sendiri. Aku pun mulai menciuminya sambil meremas remas kedua payudaranya yang berukuran lumayan. Sementara itu penisku tetap saja keluar masuk menjelajahi vagina Melly yang masih sempit. Aku pun mulai memeluknya dengan erat sambil kuelus elus punngungnya yang mulus itu. Setelah beberapa menit, tiba tiba kurasakan aku sudah nggak sanggup menahan muatan penisku lagi.
Langsung aja kupercepat genjotanku di dalam vagina Melly dan Mellypun mulai mendesah desah nikmat sambil mengelus ngelus pungungku dan menciumi leherku sambil bilang I love you berkali kali. Aku sudah nggak ngerti berapa kali dia ngomong begitu. Yang jelas suaranya sangat menggairahkan.. Dengan suara suara itu aku jadi bersemangat dalam menggenjotnya. Tapi tak lama kemudian tubuh Melly tiba tiba saja mengejang. Tubuh yang indah dan menggairahkan itu mengejang ngejang. Dan Melly mulai memelukku erat sambil memejamkan mata yang sangat erat. Tampaknya dia sedang mengalami orgasme.
"Mmff.. Mmff.. Acchh.. Achh.. Mmff," kata kata itu keluar dari mulutnya dengan suara yang nyaris tak terdengar.
benar-benar menggairahkan suaranya pada saat itu. Dalam vaginanya kurasakan keluar cairan yang hangat. Cairan itu benar-benar membuat vaginanya menjadi semakin becek. Akupun jadi semangat untuk memompanya. Setelah beberapa menit, aku segera memeluk tubuhnya dengan erat dan kusemprotkan spermaku kedasar vaginanya. Aku merasa puas banget saat itu. Bayangkan sudah dapat anaknya dapat pula perawannya. Benra benar beruntung aku.
Setelah aku menyemprotkan seluruh spermaku ke dalam vaginanya Melly. Segera kukecup bibirnya dan kumainkan lidahku didalamnya dan Mellynya meresponnya dengan tenaga yang sangat lemah sekali. Tampaknya dia benar-benar sudah kecapaian. Energinya terkuras setelah bersetubuh denganku tadi. Lima menit kemudian ketika dia sudah sadar, segera kuremas remas payudaranya dan kugigit gigit kecil puting payudaranya yang berwarna merah muda. Sementara itu dia hanya mendesah desah saja dipelukanku.
Akupun mengajaknya berenang dan kukenalkan dia kepada teman temanku. Mereka semua terperangah melihat kecantikan Melly. Setelah itu kamipun pulang ke rumah kami masing masing dan sejak itu aku jadi sering kerumahnya Melly untuk melakukan seks dengannya dan untuk selalu dapat bertemu dengan dia, tempat lesku aku alihkan ke GO Jimerto. Tentunya setelah dapat surat keterangan dari GO Sidosermo.
Saat itu kami berangkat menuju ke lokasi beramai ramai menaiki sepeda motor. Kami ingin meluapkan kegembiraan di saat itu dengan naik motor memenuhi jalan. Padahal pada saat itu jumlah kami tak terlalu banyak. Hanya 12 orang dengan 6 motor. Awalnya aku tak mau ikut serta. Tapi karena ada temanku yang tidak punya partner untuk berangkat, so aku mau aja. Itung itung bantu teman. Selain itu temanku yang tidak kebagian kendaraan itu cewek yang lumayan cakep, so aku ho-oh aja deh.
Sepanjang perjalanan kami bersendau gurau bersama. Aku pun tak mau ketinggalan untuk usil dengan cewek yang aku bonceng. Sebetulnya aku kasihan juga sih untuk ngerjain dia. Tapi aku ingin merasakan dadanya. Segera saja kutekan penuh kopling dan kulepas secara cepat dengan gas yang buka secara besar pula sehingga motorku langsung lompat dan otomatis dadanya tertekan kepunggungku dan ohh.. benar-benar empuk hangat dan kenyal sekali dadanya. Apalagi dia saat itu hanya memakai baju ketat putih yang tipis. Sehingga BHnya terlihat dengan jelas. benar-benar pemandangan yang indah.
"Maaf, ya," kataku basa basi.
"Nggak apa kok. Hati hati ya.." katanya sambil memelukku dengan erat.
So kontan aja penisku langsung bangkit. Barang siapa sih yang nggak senang kalau ditempeli payudara yang kenyal kaya gitu. Dia memelukku erat sekali. Entah kenapa. Mungkin dia takut jatuh. Selama diperjalanan aku happy banget. Karena dada temanku itu ditempelkan terus kepunggungku.
Setelah lama diperjalanan, akhirnya kami sampai juga. Teman-teman kami langsung masuk ke dalam areal pasar Atom seperti pernah mengunjungi tempat tersebut. Tetapi ternyata dugaanku salah. Mereka malah mencari satpam dan bertanya tentang keberadaan kolam renang tersebut. Karuan saja aku jadi tertawa terbahak bahak, walau dalam hati. Setelah bertanya kami segera menuju kolam renang tersebut.
Setibanya di sana aku sangat senang sekali. Karena pengunjungnya adalah gadis gadis ABG yang cakep cakep dan sexy sexy. Mereka rata rata memiliki tubuh yang proposional. Karena sudah nggak bisa menahan kegembiraanku, segera saja aku bersuit suit dengan keras sekali sampai sampai diantara mereka ada yang tersenyum ada juga yang acuh tak acuh. Dan hebatnya lagi pengunjung pada siang hari itu pengunjungnya nggak ada yang cowok. Semuanya cewek cewek ABG yang berkulit putih mulus dan berbodi menggairahkan. Sebetulnya ada sih cowoknya. Tapi usia mereka masih dibilang terlalu kecil. Menurutku umur mereka berkisar antara 7-10 tahun. So, mereka pasti nggak tahu apa apa kalau kakak-kakak mereka yang cakep cakep aku 'kerjai' apalagi di situ tidak ada penjaga kolam renangnya. Whaaoo, the greatest chance.
Aku pun segera ganti baju renang di kamar mandi pria. Setelah berganti baju aku melakukan pemanasan ala Ninjitsu, beladiri Ninja Jepang. So, kontan saja aku langsung jadi pusat perhatian para cewek cewek yang berenang di situ. Mereka yang semula sibuk berenang kian kemari ataupun yang sedang bermain main dengan air ditepi kolam menjadi terpukau akan gerakan pemanasan yang aku lakukan. Karena gerakan yang aku lakukan ini memang tergolong sulit dan sangat ekstrem serta bisa berakibat fatal jika tidak dilakukan dengan benar.
Pertama tama, aku berlari lari kecil mengelilingi kolam sebanyak lima kali, setelah itu aku mulai melemaskan kakiku dan mulai melakukan salto, roll, dan aneka macam gerakan berbahaya lainnya termasuk lompat harimau. Itulah hebatnya Ninjitsu, semua tehnik beladiri yang membahayakan bisa dilakukan tanpa matras. Jadi jangan heran bila para TNI bisa melakukan gerakan roll depan dan roll belakang dengan cepat tanpa beralaskan matras sedikitpun karena mereka telah dilatih dengan beladiri Ninjutsu terutama pasukan elit Kopassus.
Setelah puas melakukan pemanasan, aku segera berenang ke sana kemari sambil melihat cewek cewek cakep disekitarku. "Andai bisa 'kucoba' vagina mereka semua," ujarku dalam hati sambil memandang pantat mereka serta payudara mereka yang benar-benar sexy. Tanpa kusengaja aku menabrak temanku yang aku usilin tadi. Aku pun minta maaf dan diapun oke aja. Tapi setelah minta maaf, aku tidak bisa pergi begitu aja. Karena pakaian renang yang digunakan oleh temanku itu tidak sampai menutupi seluruh payudaranya. Kira kira seperempat bagian dari payudaranya itu bisa terlihat dibalik baju renangnya yang cukup ketat. Aku pun tanpa sengaja berdecak kagum sambil memandang payudara temanku itu. Baru kali ini aku lihat payudara cewek beneran. Di depanku lagi.
Aku benar-benar nggak nyangka kalau dia memiliki payudara yang indah dan cukup besar serta menggairahkan. Payudaranya berwarna kuning langsat. Sama seperti warna kulitnya yang mulus itu.
"Whoo, indah sekali," kataku tanpa sengaja terucap begitu saja dari mulutku.
"Apanya?" kata dia sambil pura pura tidak mengerti.
"Payudara kamu Sar. It's so big and wonderful," kataku sambil berdecak kagum.
"Ahh, bisa aja," kata Sari sambil tersipu malu dan menyibakkan air kemukaku lalu pergi berenang menjauhiku.
"Hhmm.. Aku jadi ingin nyoba punyanya dia nih.." kataku sambil menatap kagum kepada Sari yang sudah berenang menjauh dariku.
Pasti dia masih perawan pantatnya sexy banget sich.. Setelah itu aku mulai berenang sambil melihat para cewek cewek di sekitarku. Sementara itu, teman temanku lagi asyik asyiknya mengadakan adu cepat dalam hal berenang dengan jarak yang lumayan jauh. Kira kira 300 m. Bagiku permainan itu kurang seru. Mending ngegodain cewek cewek. Siapa tahu bisa dapat dan bisa diajak ber 'ohh-yess' ria, istilah para siswa siswi SMU kami untuk mengatakan hubungan seks.
Setelah selesai berkeliling kolam renang, kulihat ada seorang cewek yang duduk sendirian di pinggiran kolam sambil memainkan air dengan kakinya yang indah. Dari tatapan matanya ke kolam renang bisa dipastikan bahwa dia sedang memikirkan sesuatu.
"Hai.. Cewek.. Kenalan dong.." kataku memulai perkenalan.
"Hai.." katanya ramah sambil memandangku dengan lembut.
"Hai namaku Laksono. Panggil aku Sony," kataku sambil mengulurkan tangan.
"Melly Apriana. Panggil aja Melly," jawabnya sambil membalas uluran tanganku.
Waktu kami berjabat tangan, tangan doi tidak langsung aku lepas. Karena tangannya halus banget serta putih mulus sama seperti bodynya yang menggairahkan. Mungkin karena risih, dia segera menarik tangannya dariku sambil memalingkan mukanya yang memerah.
"Kamu nggak berenang?" tanyaku basa basi sambil beranjak naik dari kolam renang untuk duduk disebelahnya.
"Nggak. Lagi BeTe nih," kata doi sambil memainkan air kolam dengan kakinya yang indah.
"Kenapa sih? Cakep cakep kok BeTe. What's the problem? Mungkin aku bisa bantu mecahin masalahnya," kataku untuk berusaha memperakrab hubungan kami.
"Itu tuh, pelajaran kimiaku selalu dapat angka merah. Aku sudah ikut les ke LBB Ganesha Operation tapi aku tetep nggak paham walaupun sudah tanya ke tentornya berkali kali." jawab doi sambil menyibakkan rambutnya yang diterpa angin.
"Wah, cakep banget dia kalau lagi begitu. Ketiaknya putih mulus. Jadi nafsu nih," pikirku sambil menelan ludah.
Bayangkan saja, siapa yang nggak nafsu kalau sudah ada cewek cakep, putih mulus, sintal, padat berisi, dan tinggi semampai duduk bersebelahan dengan kita dan hanya dipisahkan oleh jarak yang kurang dari 30 cm..
"Kamu kelas berapa?" tanyaku sambil memandang wajahnya yang begitu ayu mempesona.
"Kelas satu, sekarang naik ke kelas dua," jawabnya sambil tersenyum ke aku.
"Kamu les di Ganesha yach? Sama dong.." kataku sambil ikutan mainin air.
"Benar?? Kamu beneran? Kamu kelas berapa?" tanyanya seakan tak percaya sambil menatapku langsung.
Wah benar-benar ayu parasnya. Jadi nafsu nich..
"Sama kayak kamu," kataku sambil memandang wajahnya.
"Kamu gelombang berapa? Kok kita nggak pernah ketemu?" tanya doi penasaran.
"Gelombang dua," jawabku singkat.
"Sama donk. Kok nggak ketemu yach. Kamu di GO mana?" tanya doi sambil menatap wajahku terus menerus.
Wah jadi geer nich. Aku ingin cepet cepet ngerasakan vagina miliknya. Tapi aku tahu, untuk mendapatkan itu memerlukan proses yang panjang dan melelahkan.
"Sidosermo Indah," jawabku sambil menatapnya balik.
"Oo, pantes nggak ketemu, aku khan di GO Jimerto. Oh ya, kamu sekolah dimana?" tanya doi yang mulai penasaran sama aku.
"SMU Negeri 10. Kamu?"
"SMU Santa Maria."
Oo, pantes dianya cakep banget. Anak sekolah sana, ceweknya kan terkenal cakep cakep dan sexy sexy.
"Rumah kamu dimana?" tanyaku agar tidak kehilangan jejaknya.
"Jimerto. Kamu?"
"Jemur Sari"
"Jimerto mana sich aku punya teman yang rumahnya di sana juga lho," pancingku untuk mendapatkan alamat rumahnya.
"Ohh ya. Aku di Jimerto VII/5," kata doi sambi tersenyum ramah.
Wah cewek ini sudah cakep, ramah, dan juga enak diajak bicara. Dia benar-benar cewek tipeku. Hanya saja suku bangsa kami berbeda. Dia keturunan Cina sedangkan aku Jawa. Tapi biarpun begitu dia itu benar-benar cakep dan sexy lagi.
"Kamu sudah punya pacar belum?" tanyaku ingin tahu.
"Belum, kenapa sih?" tanya doi sambil memandangku.
Wih nggak kebayang, deg degan juga waktu itu. Bayangin aja, cewek secakep kayak dia belum punya cowok. Apa sih kekurangannya. Sebetulnya dia itu lebih dari cukup. Bahkan bisa dikatakan cukup menarik. Pantat oke, payudara oke, tinggi boleh, penampilan oke, rambut oke, wajah oke, mau apalagi?
"Lagi kosong dong," kataku menggodanya.
"Iya nih.. Kamu gimana?" tanya doi sambil memandangku.
"Sama," jawabku singkat.
Doi hanya membalasnya dengan senyuman simpul yang cukup indah.
"Ehh, tunngu bentar ya aku mau ke toilet dulu. Kamu tunngu aja di sini nanti kita ngobrol lagi, oke?" kata doi sambil memandangku mesra.
"Oke."jawabku sambil memandangnya sampai dia menghilang ke toilet wanita.
Wao, caranya berjalan benar-benar ingin membuatku mencobanya. Pantatnya yang sexy dan padat bergoyang kiri kanan, kiri kanan, kiri kanan. Dan kakinya yang indah itu menjulang ramping. benar-benar sexy anak itu, kataku dalam hati.
Karena sudah nafsu segera saja aku masuk ke toilet untuk mencarinya. Apalagi di situ tidak ada penjaganya.
"Melly.. Mel.. Kamu dimana Mel?" kupanggil namanya dengan perasaan was was juga.
Sebab dimana mana cowok khan tidak boleh masuk ke toilet cewek, begitupun sebaliknya. Tiba tiba aku melihat ada satu pintu diruang ganti yang tertutup. Sementara yang lain terbuka termasuk toiletnya. Aku yakin pasti itu Melly. Segera saja aku mendekat.
Walaupun diselimuti oleh rasa takut yang berdebar debar, aku tetap akan melanjutkan niatku. Karena aku sudah sangat nafsu sama dia. Semakin dekat semakin terdengar suara Melly yang sedang mendesah desah, persis seperti suara cewek yang mendesah desah karena kenikmatan.
"Ohh.. Ah.. Ach.. Oh.. Ohh.. Yes.. Oh.. Ah.. Yess.. Oh.."
Karena sudah sangat penasaran segera saja aku menerobos pintu itu dengan cara merangkak lewat bawah. Kebetulan pintu ruang gantinya hanya sebatas dada sampai kaki. Jadi kepala dan kaki bisa terlihat dari luar. Dan aku menerobos masuk lewat lubang dibawahnya.
Ahh, aku benar-benar tak percaya akan penglihatanku sendiri. Dia sedang duduk dimeja kecil tempat meletakkan pakaian dengan keadaan telanjang bulat sambil menggosok gosok vaginanya dengan jarinya secara cepat sambil memejamkam mata dan mendesah desah kenikmatan. Tampaknya dia sedang asyik bermasturbasi ria. Sampai sampai waktu aku panggil berkali kali dia tak menyahut. Mungkin karena dia sedang keasyikan menikmati masturbasinya.
"Mmff.. Achh.. Ohh.. Mmff.." suara itu keluar dari mulutnya begitu saja dan tubuh Melly mengejang ngejang kenikmatan dan keluarlah cairan yang merembet dari dalam vaginanya menuju ke luar. Tampaknya dia baru saja mengalami orgasme. Setelah dia mengalami orgasme yang hebat, barulah dia sadar kalau aku sudah di depannya dan daritadi aku sudah memperhatikannya bagaimana dia bermasturbasi dan mengalami orgasme yang dahsyat.
"Lhoo.. Kok kamu bisa ke sini sih. Ini khan toilet cewek. Kamu kok masuk seenaknya aja sich. Ayo keluar!," teriak doi terkejut sambil menutupi kedua payudaranya dan vaginanya dengan tangannya.
"Hei tunggu dulu Mel. Oh ya, ngomong ngomong orgasme kamu tadi gimana enak nggak? Kelihatannya kamu mengalami suatu orgasme yang hebat tuh," kataku sambil memandang keindahan tubuhnya yang tidak ditutupi oleh sehelai benang pun.
"Ayolah Mel. Jujur aja. Kamu kok masturbasi sich?" tanyaku sambil memandang wajahnya yang mulai memerah.
"Itu bukan urusanmu. Sekarang keluar dari sini!," hardik doi.
"Kamu nggak perlu berkata begitu. Ayolah, mengaku sajalah," kataku sambil mulai mendekap tubuhnya dan menciuminya.
"Ok, aku tadi bayangin kamu lagi bersetubuh sama aku waktu masturbasi. Habis kamu cakep sich," kata doi sambil mulai membalas ciuman ciuman mautku.
"Oh ya. Kenapa kamu nggak bilang terus terang," kataku terkejut sambil menghentikan ciumanku ke seluruh wajahnya.
"Karena aku malu. Aku malu mengatakannya kalau aku suka kamu. Apalagi setelah aku mendengar kalau kamu belum punya pacar," kata doi sambil menundukkan kepala dengan muka yang mulai memerah.
"Hei kamu nggak perlu berbuat seperti itu. Kamu bisa ngomong langsung ke aku. Aku nggak apa apa kok," rayuku sambil meremas remas payudaranya yang menggairahkan.
"Mel, aku sebetulnya juga suka kamu, tapi aku malu ngomong ke kamu. Kamu cakep banget Mel. Kamu cewek yang sexy dan sensual. Maukah kau jadi pacarku?" kataku sambil memandangnya serius.
"Tentu Say," jawabnya sambil mencium bibirku.
Oh god, akhirnya kudapatkan juga cewek ini. Cewek cakep impianku.
"Mulai sekarang kamu nggak perlu melakukan masturbasi dan ngebayangin sedang bersetubuh denganku, Mel. Mulai sekarang kita akan bersetubuh sungguhan."kataku sambil mulai merenggangkan kedua pahanya.
Tetapi dengan cepat doi merapatkan pahanya kembali dan menggelengkan kepalanya.
"Kenapa Mel? Ayo kita lakukan. Ini sebagai perwujudan cinta kita Mel." rayuku sambil meremas remas payudaranya.
"Bukannya aku nggak mau Son, tapi aku masih perawan. Aku belum pernah berhubungan seks. Aku takut sakit," kata doi sambil memelukku dan memberi aku ciuman di pipi.
"Tenang Mel, sakitnya cuma sebentar dan sekali ini aja kok. Untuk selanjutnya sudah nggak sakit lagi. Aku akan melakukannya dengan hati hati," kataku dengan penuh kasih sayang.
"Kamu janji ya?" kata doi sambil memandangku serius.
"Tentu Mel. I love you honey," kataku sambil meregangkan pahanya.
Tampaknya vaginanya Melly masih utuh. Berarti dia masih perawan. Oh god, apa yang harus kulakukan. Haruskah kuperawani dia. Aku sebetulnya nggak tega, tapi karena sudah nggak kuat nahan nafsu, segera saja kugosok gosok vaginanya dengan jariku.
"Ahh.. Ohh, achh.. Sonn.. Ahh.. Ohh.. Yes.. Kamu.. Na.. Kkal.. Ahh.. Ohh.. Yes.. Oh.. Yes.. A.. Yo.. Mas.. Suk.. Kin.. Dong" kata doi sambil mengeliat geliat karena nikmat bercampur geli.
Jujur aja, aku melakukan itu untuk mengetahui dimana lubang vaginanya. Karena baru kali ini aku bersetubuh. Aku nggak tahu harus dimasukkan kemana. Tanpa kusengaja jari tengah tanganku masuk secara tak sengaja kesebuah lubang didaerah vaginanya. Mungkin inilah lubangnya. Karena waktu jariku masuk ke sini, Melly makin keenakan dan ngomong.
"A.. Yo.. Yach.. Situ.. Si. Tu.. Masukin kesitu.." kata Melly sambil memejamkan mata erat sekali.
"Ok, lets do it," pikirku.
Segera kulepas celanaku dan penisku pun langsung menyembul keluar. Tampaknya penisku sudah terlalu lama 'on' nya. Jadi ukurannya sekarang sudah benar-benar gede. Segera saja kuregangkan kakinya dan Mellypun hanya memejamkan mata menunggu kenikmatan yang akan menimpanya. Lalu kumasukkan penisku ke vaginanya yang sudah berlendir karena dia tadi melakukan masturbasi. Dari dalam vaginanya tercium bau harum yang khas. Tampaknya harapanku untuk memasukkan penisku ke dalam vaginanya tidak berhasil dan doi pun menjerit keras banget.
"Arrgghh, sakit.. sakit.. Hati hati.." teriak doi.
Akupun jadi bingung. Aku takut semua cewek yang di luar masuk kemari dan menemukanku sedang bersetubuh dengan Melly, bisa gawat nih. Maka itu segera kuhentikan mendorong penisku ke dalam vaginanya Melly dan mulai mencium bibirnya sambil mempermainkan lidahnya dengan lidahku. Diapun tampaknya sangat senang dengan permainan lidahku. Secara perlahan lahan dia ikut merespon permainan lidahku. Setelah dia mulai tenang. Segera kusambar pakaian renangnya dan meyuruhnya untuk menggigitnya untuk menahan sakit.
"Mel, kamu kalau sakit, gigit ini yach," kataku sambil memasukkan bagian tali dari pakaian renangnya ke mulutnya.
Segera saja kudorong pelan pelan. Dan Mellypun semakin keras menggigit pakaiannya sambil menggeleng gelengkan kepalanya dengan lemah. Aku tahu dia merasakan sakit yang amat sangat karena vaginanya memang benar-benar sempit dan nikmat. Aku sampai memejamkan mata untuk lebih menikmati kerapatan dan kehangatan vaginanya. Setelah ? bagian penisku masuk aku merasakan suatu lapisan yang agak sulit ditembus. Tapi aku nggak mau sulit sulit mikirin cara untuk nembusnya. Khan Melly sudah nggak akan teriak lagi.
Aku pun segera memundurkan penisku sedikit dan menghunjamkannya ke dalam vaginanya. Akhirnya berhasil juga kurobek selaput daranya dan ohh.. Vaginanya nikmat sekali. Benar-benar vagian perawan. Benar-benar mencengkeram dan sempit serta lembut. Segera saja kumaju mundurkan penisku di dalam vaginanya dan baju yang digigit oleh Melly kulepaskan. Dan sejak baju yang digigitnya aku lepaskan, dia sudah nggak menjerit jerit lagi. Dia justru mendesah desah kenikmatan sambil memejamkan matanya.
"Ohh.. Ahh.. Ah.. Ah.. Ahh.. Ahh.. Ah.. Ahh.. Ohh.. Yess.. Ahh.. Ach.. Achh.. Ahh," doi mendesah desah dengan tubuh yang sudah mulai memanas dan berkeringat.
Sementara aku pun tak mau menyia nyiakan kesempatan ini. Karena baru sekarang aku melakukan seks dan rasanya, benar-benar ueenak sekali. Lebih enak daripada kita onani sendiri. Aku pun mulai menciuminya sambil meremas remas kedua payudaranya yang berukuran lumayan. Sementara itu penisku tetap saja keluar masuk menjelajahi vagina Melly yang masih sempit. Aku pun mulai memeluknya dengan erat sambil kuelus elus punngungnya yang mulus itu. Setelah beberapa menit, tiba tiba kurasakan aku sudah nggak sanggup menahan muatan penisku lagi.
Langsung aja kupercepat genjotanku di dalam vagina Melly dan Mellypun mulai mendesah desah nikmat sambil mengelus ngelus pungungku dan menciumi leherku sambil bilang I love you berkali kali. Aku sudah nggak ngerti berapa kali dia ngomong begitu. Yang jelas suaranya sangat menggairahkan.. Dengan suara suara itu aku jadi bersemangat dalam menggenjotnya. Tapi tak lama kemudian tubuh Melly tiba tiba saja mengejang. Tubuh yang indah dan menggairahkan itu mengejang ngejang. Dan Melly mulai memelukku erat sambil memejamkan mata yang sangat erat. Tampaknya dia sedang mengalami orgasme.
"Mmff.. Mmff.. Acchh.. Achh.. Mmff," kata kata itu keluar dari mulutnya dengan suara yang nyaris tak terdengar.
benar-benar menggairahkan suaranya pada saat itu. Dalam vaginanya kurasakan keluar cairan yang hangat. Cairan itu benar-benar membuat vaginanya menjadi semakin becek. Akupun jadi semangat untuk memompanya. Setelah beberapa menit, aku segera memeluk tubuhnya dengan erat dan kusemprotkan spermaku kedasar vaginanya. Aku merasa puas banget saat itu. Bayangkan sudah dapat anaknya dapat pula perawannya. Benra benar beruntung aku.
Setelah aku menyemprotkan seluruh spermaku ke dalam vaginanya Melly. Segera kukecup bibirnya dan kumainkan lidahku didalamnya dan Mellynya meresponnya dengan tenaga yang sangat lemah sekali. Tampaknya dia benar-benar sudah kecapaian. Energinya terkuras setelah bersetubuh denganku tadi. Lima menit kemudian ketika dia sudah sadar, segera kuremas remas payudaranya dan kugigit gigit kecil puting payudaranya yang berwarna merah muda. Sementara itu dia hanya mendesah desah saja dipelukanku.
Akupun mengajaknya berenang dan kukenalkan dia kepada teman temanku. Mereka semua terperangah melihat kecantikan Melly. Setelah itu kamipun pulang ke rumah kami masing masing dan sejak itu aku jadi sering kerumahnya Melly untuk melakukan seks dengannya dan untuk selalu dapat bertemu dengan dia, tempat lesku aku alihkan ke GO Jimerto. Tentunya setelah dapat surat keterangan dari GO Sidosermo.
Cerita Eva Spg ngentot
selasa siang di bulan maret aku terpaksa berteduh di sebuah dealer motor kecil di cibubur.
hanya ada seorang gadis spg-nya.
namanya eva umur 24 thn, gadis sunda yg manis.
yang aku
suka dari dia adalah bibirnya yang agak besar, seksi dan manis.
hampir sejam ngobrol akhirnya hujan berhenti dan aku pulang sambil meminta kartu namanya.
singkat cerita kami sering berhubungan lewat telpon. aku terus terang ttg statusku yg sdh
beristri tapi tampaknya tidak masalah buat dia, katanya banyak berteman banyak berkahnya.
tapi aku memintanya utk menghubungiku hanya siang dng alasan takut istriku salah sangka.
hubungan kami terus makin akrab walau hanya lewat telpon.
ada perasaan romantis setiap kali berbicara ditelpon dng eva. eva enak diajak ngobrol apapun
pasti nyambung. eva pun tampaknya menikmati perhatianku. walau tinggalnya tidak terlalu
jauh, aku biasa mengiriminya kartu pos yang isnya seringkali memuji suaranya, bibirnya atau
alisnya yang tebal atau yang isinya berupa ucapan terimakasih atas persahabatan unik kami.
melihat tanggapan eva yg hangat, aku yg mulanya iseng mulai berpikir kenapa aku tidak
jadikan dia selingkuhanku. tiga bln setelah pertemuan pertama, aku mengajaknya ketemuan.
kami janji bertemu di mall cijantung.
rabu sore aku duduk di mcD menunggu eva, jam 17.45 gadis itu muncul. blue jeans ketat
membentuk pinggul, pantat dan pahanya. dan t-shirt ketat bertulis merk motor jepang
membungkus tubuhnya. buahdadanya terlihat sedang. padahal yang paling aku kagumi dari
wanita adalah buah dada yang besar menantang seperti rizki pritasari. tapi it?s oke mumpung
eva menyukaiku.
kami ngobrol dan seperti pertemuan pertama gadis ini mmg memikat saat sedang ?ribut?.
sepanjang pertemuan itu eva tidak menolak sewaktu kupegang tangannya, menyentuh kakinya.
dia bahkan melap mulutku yang katanya belepotan saos.
mendapat angin aku makin yakin kalau ia mmg menyukaiku.
aku mengantarnya pulang kekontrakannya di cibubur juga (ortunya tinggal di cengkareng). eva
memintaku singgah sebentar.kuterima ajakannya.
rumahnya kecil ruangnya ada tiga seperti umumya kontrakan di jkt.
suasana romantis yang sdh tercipta sejak di mall cijantung tadi membuat udara di ruang tamu
menyesakkan dadaku. situasi rumah memancing kelakianku.
aku harus mengakhiri pertemuan ini dng kesan yang dalam.
mata eva menatapku berharap aku memulai sesuatu.
aku pura-pura mau kekamar kecil. eva mengantarku kedalam. ia berjalan didepanku.
sampai diruang tengah yg adalah kamar tidurnya, kutarik tangannya, tubuh kami berhadapan.
?kenapa mas??
aku tak menjawab pertanyaannya, kutarik tubuhnya, tdk ada perlawanan.
kucium bibirnya , kukulum lembut, terasa aroma burger dimulutnya.
bibirnya yang seksi terasa manis.
eva mulai membalas kulumanku, lidahku menusuk menjelajahi mulutnya. tubuhku terangsang
pengakuan eva, ia belum pernah bercinta, jadinya aku merasa tertantang utk membimbing dan
memberinya kepuasan yg tak akan terlupa.
lama kami berpagut, eva menikmati pagutan panas kami. aku merasakan tubuhnya memanas.
kulepas t-shirtnya, eva menurut.
bh eva berwarna pink, seperti yg kubayangkan susunya sedang. agak menyembul karena bh-nya
yang agak ketat. kujilati lehernya eva menggelinjang kegelian. ?EHHHH?GELI MAS?? pelukan
eva mengencang. ia mendesah-desah lembut, ?AAAHH?.. AAAHHHH?..tubuhnya bergerak-gerak
erotis dlm pelukanku membuat nafsuku terus bergerak naik.
kulepas jeans-nya, eva pasrah dia bahkan membantuku melepas celananya. cd berwarna hitam,
?hhhmmm? warna kusuka, seksi??
kubimbing tubuhnya ke kasur yg terletak diujung ruangan, (eva tdk punya ranjang)
kurebahkan tubuhnya. aku tersenyum menatapnya. eva membelai rambutku.
?aku mencintaimu eva??rayuku menciumi wajahnya
?eva juga mas? ?
aku mulai bergerilya diatas tubuhnya kujilati lagi lehernya, bagian tubuh wanita yg paling
gampang membuat membuat mereka kegelian. kutelusuri dadanya menuju belahan susunya. tanganku
masuk kebalik bh-nya. kucubit nakal putingnya, eva meringis, mencubit pundakku.
kulepas bh-nya. sekarang semua terpampang indah dihadapanku. kunikmati susu itu, eva
mengelinjang keenakan. darahku mendidih
aku turun menjilati, menciumi perutnya, kami terbawa suasan panas. yg aku heran kok eva
membiarkan pintu rumahnya terbuka dan tdk takut ketahuan org lain. yang aku perhatikan ada
beberapa rumah lain dekat sini
aku sampai di atas selangkangannya. kutarik turun pelan cd-nya tangan eva berhenti
mremas-remas rambutku. dia seperti menunggu sesuatu.
pelan tapi pasti kulorotkan sampai cd-nya terlepas. kusergap selangkangannya dng wajahku.
vaginanya kuoral.
sedikit terpekik eva menjambak rambutku. jambakan eva membuatku bergairah.
kuisap, jilat bibir vagina dan klitorisnya. lidahku menelusup masuk keliangnya.
eva menggelinjang, mengejang. dan bergetar bergantian desahannya berubah menjadi erangan
cepat.
?EEENNNGGGHHHHH???RRRRRR RGGGGGGHHHHHHHHH ?. .. MASSSS??.. OGGHHH?.?
nafasku memburu, vagina eva terasa gurih. tubuhku ikut bergetar. nikmatnya vagina ini
rasanya lebih nikmat dari vagina istriku yg mulai longgar setelah melahirkan.
dng sigap kubuka semua pakaianku, sekarang akupun telanjang bulat.
kaki eva menjepit-jepit kepalaku. gadis ini terangsang hebat. tapi rasanya tidak adil kalau
ia terbang sendiri.
kuputar tubuhku menjadi gaya 69. ******ku yg tegang mengacung di wajahnya. eva shock
sewaktu melihat ******ku, ia terdiam, mungkin tdk tahu harus melakukan apa.
?pegang terus diremas sayang? ajarku.
agak lama baru eva mau meremas-remas penisku. enak ada sensasi nikmat menyerangku. rasanya
lebih nikmat dr pada kuremas sendiri atau istriku yg meremasnya.
pantatku bergoyang mengikuti gerak jari-jari eva. lama-kelamaan remasan eva makin pintar dan
lincah. ******ku menegang terus dan terasa panas.
kuteruskan oralku di vaginanya, eva makin semangat memaini batang kejantananku. vaginanya
basah oleh liur dan lendir.
aku sendiri tidak tahan lagi, ?isap sayang?? pintaku dng nada memelas. mungkin dlm keadaan
fly, eva menurut saja, dilahapnya ******ku.
pertama agak pelan ragu, tapi kemudian eva jadi buas.
aku sulit menggambarkan rasa apa yg sedang menyerang tubuhku. luarbiasa. kami berpacu saling
memuaskan. gadis itu tdk perlu diajar banyak utk menikmati anugerah seks ini.
******ku terasa penuh terasa maniku mulai mengaliriku batangku. sesaat gerakan eva menggila
dan tangannya berhenti meremas ******ku. dia akan orgasme.
kuhentikan permainan binal kami. kuputar tubuhku ke posisi tradisional, eva tampaknya
keberatan.
wajahnya kelu nikmat. ?jangan berhenti mas?.? suaranya berat. nafasnya tersenggal.
?kenapa sayang??? enak ya..?? godaku
eva mengangguk malu sambil menggigit dadaku.
aku tersentak, ?jangan sayang nanti dilihat istriku?,
tapi terlambat bekas merah halus tergambar didadaku.
?kubalas kau..? kuisap belahan susunya, keras.. cupang merah kini menghiasi susunya.
?kita harus bercinta sebelum cupangmu hilang? ?kalo tidak ada bencana yg bakal menimpa kita?
kataku.
?Ngarang..?
sambil agak menindih tubuhnya, kubelai rambutnya.
?bolehkah perawanmu untukku sayang??
?mmgnya eva masih perawan skrg mas?? wajahnya agak heran.
?vaginamu dioral tdk berarti keperawananmu hilang? ?tdk ada darah, yg ada hanya lendirmu?
eva memelukku, ?aku suka pada mas sejak pertemuan pertama dan tiga bulan ini telah jatuh
cinta padamu mas?.
?sekarang aku telanjang dihadapanmu, semua milikmu mas?
?aku sdh beristri? kataku
?aku tidak cemburu padanya? jawabnya polos.
inilah wanita, mereka memberi seks agar mendapatkan cinta. sedang pria memberi cinta utk
mendapatkan seks.
kuciumi wajahnya, eva membalas. birahi kami kembali bangkit. kulit kami bergesekan membawa
sensasi nokmat.
susunya hangat lembut dan kenyal menggosok dadaku.
?OOOOGGGGHHHHHHHHH?..? aku mengerang nikmat
kami kembali tenggelam dlm kemesuman.
eva mengerang sewaktu jariku menusuk vaginanya yg banjir. kukocok tdk terlalu dalam, aku tdk
ingin merobek selaputnya, biar ******ku yg merobeknya. ?MAS?.. ENAKKKK? suaranya lirih.
tubuh eva mmemanas, akupun mendidih.
kutuntun tangannya memegang penisku. ?bantu mas masuk ke vaginamu sayang..?
eva meremas ******ku dan mengarahkan ke vaginanya.
alat kelamin kami bersentuhan. kepala batangku menyentuh bibir vaginanya.
inilah pertamakali kami seutuhnya bersatu.
kudorong masuk ******ku yang mengeras seperti batu.
mata eva terpajam sambil menggigit bibirnya.
pelan? pelan? tertahan. vagina yg basah dan sdh terbuka itu masih sempit utk di masuki
kutarik keluar kemudian masuk, terus berulang
?AAAGGGHH??AAAGGGHH? ?AAAGGGGHHHH? eva berteriak tertahan setiap kali ******ku mengocoknya.
?SAKIT MAAASSS??suaranya bercampur sakit dan enak
?MAS LEPAS?
?JANGANNN?? tangannya menahan pantatku
terus kukocok, pantatnya bergerak maju mundur.
bercak darah segar menempel di ******ku. akhirnya aku mendapat keperawanannya.
lewat 5 menit??SLEEEPPP?.? penisku tertanam.
?OOOGGGHHHH?.?nikmatnya penisku tertanam, dinding nya mengendut hangat, sebisa mungkin
kutancapkan ******ku sampai menyentuh dasar liangnya.
liang eva sempit tapi dalam, penisku yg panjangnya sedang saja sekitar 15-16 cm tenggelam
semua.
tubuh eva mengejang bergetar, ia menggigit lagi dadaku kali ini agak dekat leher. tapi krn
sedang fly aku tidak peduli.
setelah beberapa saat kami meresapi setiap butir kenikmatan. aku mulai mengocok vaginanya.
kami berburu dalam nafsu birahi. aku seperti seorang joki yang duduk diatas kuda. sementara
eva menggelepar-gelepar seperti ikan kehabisan air.
kamar eva penuh dengan bau mani, nafas yg memburudan erangan. ?PLAKK?CEEPLAK?CEPLAK. ..?
suara air dan kulit bertepukan
?OGGH?OGH..OGH.. hanya itu yg keluar dr mulutku berulang ulang. pikiranku tersumbat
tubuhku melayang kesurga.
eva tambah membuatku bersemangat mencabulinya dengan suaranya yang merengek, mengerang
nikmat. berkali-kali ia menceracau tak karuan.
?HHOOOOOOGHHH??..MMMAAAAAS S?. EENNAAAKKK?.
SAAA?KKKIITTT?
?EEvVV? LLAAGGIII??..? ?NNNNNNNGGGGGGGGHHHHHHH??. .?
setelah 10 menit yg rasanya seperti sepuluh thn. tubuh eva mengejang terdiam, suaranya
tersendat-sendat, ?EGH?EGH?EGH?? eva memelukku erat.
eva hampir sampai. kupercepat kocokanku tubuhku ikutan bergetar hebat.
terasa maniku mengaliri ******ku, sebentar lagi aku akan meledak. rasa nikmat menjalar dari
batang ******ku kepaha sampai ujung jariku, mengalir kesekujur tubuhku. inilah rasa yg
sampai skrg tidak bisa dijelaskan dan tak bernama.
geli, nikmat, ingin menangis, lemas bercampur aduk.
kemudian aku tak bisa bergerak, tubuhku kejang otakku berhenti bekerja.
eva melenguh panjang, ?EEENNNNGGGGHHHHHH???? ?..?
akupun menyusulnya, ?EENNNGGGHHHHHHHHH??.. ??
kami orgasme bersama.
kami berpelukan. aku tetap menindihnya tak ingin mencabut senjataku dari liangnya.
kuseka keringat di wajahnya, wajahnya tersenyum manis memencarkan kenikmatan yg tiada tara.
?terima kasih sayang?,Kau wanita yang hebat? ?kau membawaku kesurga?, kukecup keningnya
?mas aku cinta kau..jangan tinggalkan aku?suaranya lemah
setelah kejadian malam itu, aku menunggu utk menidurinya lagi.
hanya ada seorang gadis spg-nya.
namanya eva umur 24 thn, gadis sunda yg manis.
yang aku
suka dari dia adalah bibirnya yang agak besar, seksi dan manis.
hampir sejam ngobrol akhirnya hujan berhenti dan aku pulang sambil meminta kartu namanya.
singkat cerita kami sering berhubungan lewat telpon. aku terus terang ttg statusku yg sdh
beristri tapi tampaknya tidak masalah buat dia, katanya banyak berteman banyak berkahnya.
tapi aku memintanya utk menghubungiku hanya siang dng alasan takut istriku salah sangka.
hubungan kami terus makin akrab walau hanya lewat telpon.
ada perasaan romantis setiap kali berbicara ditelpon dng eva. eva enak diajak ngobrol apapun
pasti nyambung. eva pun tampaknya menikmati perhatianku. walau tinggalnya tidak terlalu
jauh, aku biasa mengiriminya kartu pos yang isnya seringkali memuji suaranya, bibirnya atau
alisnya yang tebal atau yang isinya berupa ucapan terimakasih atas persahabatan unik kami.
melihat tanggapan eva yg hangat, aku yg mulanya iseng mulai berpikir kenapa aku tidak
jadikan dia selingkuhanku. tiga bln setelah pertemuan pertama, aku mengajaknya ketemuan.
kami janji bertemu di mall cijantung.
rabu sore aku duduk di mcD menunggu eva, jam 17.45 gadis itu muncul. blue jeans ketat
membentuk pinggul, pantat dan pahanya. dan t-shirt ketat bertulis merk motor jepang
membungkus tubuhnya. buahdadanya terlihat sedang. padahal yang paling aku kagumi dari
wanita adalah buah dada yang besar menantang seperti rizki pritasari. tapi it?s oke mumpung
eva menyukaiku.
kami ngobrol dan seperti pertemuan pertama gadis ini mmg memikat saat sedang ?ribut?.
sepanjang pertemuan itu eva tidak menolak sewaktu kupegang tangannya, menyentuh kakinya.
dia bahkan melap mulutku yang katanya belepotan saos.
mendapat angin aku makin yakin kalau ia mmg menyukaiku.
aku mengantarnya pulang kekontrakannya di cibubur juga (ortunya tinggal di cengkareng). eva
memintaku singgah sebentar.kuterima ajakannya.
rumahnya kecil ruangnya ada tiga seperti umumya kontrakan di jkt.
suasana romantis yang sdh tercipta sejak di mall cijantung tadi membuat udara di ruang tamu
menyesakkan dadaku. situasi rumah memancing kelakianku.
aku harus mengakhiri pertemuan ini dng kesan yang dalam.
mata eva menatapku berharap aku memulai sesuatu.
aku pura-pura mau kekamar kecil. eva mengantarku kedalam. ia berjalan didepanku.
sampai diruang tengah yg adalah kamar tidurnya, kutarik tangannya, tubuh kami berhadapan.
?kenapa mas??
aku tak menjawab pertanyaannya, kutarik tubuhnya, tdk ada perlawanan.
kucium bibirnya , kukulum lembut, terasa aroma burger dimulutnya.
bibirnya yang seksi terasa manis.
eva mulai membalas kulumanku, lidahku menusuk menjelajahi mulutnya. tubuhku terangsang
pengakuan eva, ia belum pernah bercinta, jadinya aku merasa tertantang utk membimbing dan
memberinya kepuasan yg tak akan terlupa.
lama kami berpagut, eva menikmati pagutan panas kami. aku merasakan tubuhnya memanas.
kulepas t-shirtnya, eva menurut.
bh eva berwarna pink, seperti yg kubayangkan susunya sedang. agak menyembul karena bh-nya
yang agak ketat. kujilati lehernya eva menggelinjang kegelian. ?EHHHH?GELI MAS?? pelukan
eva mengencang. ia mendesah-desah lembut, ?AAAHH?.. AAAHHHH?..tubuhnya bergerak-gerak
erotis dlm pelukanku membuat nafsuku terus bergerak naik.
kulepas jeans-nya, eva pasrah dia bahkan membantuku melepas celananya. cd berwarna hitam,
?hhhmmm? warna kusuka, seksi??
kubimbing tubuhnya ke kasur yg terletak diujung ruangan, (eva tdk punya ranjang)
kurebahkan tubuhnya. aku tersenyum menatapnya. eva membelai rambutku.
?aku mencintaimu eva??rayuku menciumi wajahnya
?eva juga mas? ?
aku mulai bergerilya diatas tubuhnya kujilati lagi lehernya, bagian tubuh wanita yg paling
gampang membuat membuat mereka kegelian. kutelusuri dadanya menuju belahan susunya. tanganku
masuk kebalik bh-nya. kucubit nakal putingnya, eva meringis, mencubit pundakku.
kulepas bh-nya. sekarang semua terpampang indah dihadapanku. kunikmati susu itu, eva
mengelinjang keenakan. darahku mendidih
aku turun menjilati, menciumi perutnya, kami terbawa suasan panas. yg aku heran kok eva
membiarkan pintu rumahnya terbuka dan tdk takut ketahuan org lain. yang aku perhatikan ada
beberapa rumah lain dekat sini
aku sampai di atas selangkangannya. kutarik turun pelan cd-nya tangan eva berhenti
mremas-remas rambutku. dia seperti menunggu sesuatu.
pelan tapi pasti kulorotkan sampai cd-nya terlepas. kusergap selangkangannya dng wajahku.
vaginanya kuoral.
sedikit terpekik eva menjambak rambutku. jambakan eva membuatku bergairah.
kuisap, jilat bibir vagina dan klitorisnya. lidahku menelusup masuk keliangnya.
eva menggelinjang, mengejang. dan bergetar bergantian desahannya berubah menjadi erangan
cepat.
?EEENNNGGGHHHHH???RRRRRR RGGGGGGHHHHHHHHH ?. .. MASSSS??.. OGGHHH?.?
nafasku memburu, vagina eva terasa gurih. tubuhku ikut bergetar. nikmatnya vagina ini
rasanya lebih nikmat dari vagina istriku yg mulai longgar setelah melahirkan.
dng sigap kubuka semua pakaianku, sekarang akupun telanjang bulat.
kaki eva menjepit-jepit kepalaku. gadis ini terangsang hebat. tapi rasanya tidak adil kalau
ia terbang sendiri.
kuputar tubuhku menjadi gaya 69. ******ku yg tegang mengacung di wajahnya. eva shock
sewaktu melihat ******ku, ia terdiam, mungkin tdk tahu harus melakukan apa.
?pegang terus diremas sayang? ajarku.
agak lama baru eva mau meremas-remas penisku. enak ada sensasi nikmat menyerangku. rasanya
lebih nikmat dr pada kuremas sendiri atau istriku yg meremasnya.
pantatku bergoyang mengikuti gerak jari-jari eva. lama-kelamaan remasan eva makin pintar dan
lincah. ******ku menegang terus dan terasa panas.
kuteruskan oralku di vaginanya, eva makin semangat memaini batang kejantananku. vaginanya
basah oleh liur dan lendir.
aku sendiri tidak tahan lagi, ?isap sayang?? pintaku dng nada memelas. mungkin dlm keadaan
fly, eva menurut saja, dilahapnya ******ku.
pertama agak pelan ragu, tapi kemudian eva jadi buas.
aku sulit menggambarkan rasa apa yg sedang menyerang tubuhku. luarbiasa. kami berpacu saling
memuaskan. gadis itu tdk perlu diajar banyak utk menikmati anugerah seks ini.
******ku terasa penuh terasa maniku mulai mengaliriku batangku. sesaat gerakan eva menggila
dan tangannya berhenti meremas ******ku. dia akan orgasme.
kuhentikan permainan binal kami. kuputar tubuhku ke posisi tradisional, eva tampaknya
keberatan.
wajahnya kelu nikmat. ?jangan berhenti mas?.? suaranya berat. nafasnya tersenggal.
?kenapa sayang??? enak ya..?? godaku
eva mengangguk malu sambil menggigit dadaku.
aku tersentak, ?jangan sayang nanti dilihat istriku?,
tapi terlambat bekas merah halus tergambar didadaku.
?kubalas kau..? kuisap belahan susunya, keras.. cupang merah kini menghiasi susunya.
?kita harus bercinta sebelum cupangmu hilang? ?kalo tidak ada bencana yg bakal menimpa kita?
kataku.
?Ngarang..?
sambil agak menindih tubuhnya, kubelai rambutnya.
?bolehkah perawanmu untukku sayang??
?mmgnya eva masih perawan skrg mas?? wajahnya agak heran.
?vaginamu dioral tdk berarti keperawananmu hilang? ?tdk ada darah, yg ada hanya lendirmu?
eva memelukku, ?aku suka pada mas sejak pertemuan pertama dan tiga bulan ini telah jatuh
cinta padamu mas?.
?sekarang aku telanjang dihadapanmu, semua milikmu mas?
?aku sdh beristri? kataku
?aku tidak cemburu padanya? jawabnya polos.
inilah wanita, mereka memberi seks agar mendapatkan cinta. sedang pria memberi cinta utk
mendapatkan seks.
kuciumi wajahnya, eva membalas. birahi kami kembali bangkit. kulit kami bergesekan membawa
sensasi nokmat.
susunya hangat lembut dan kenyal menggosok dadaku.
?OOOOGGGGHHHHHHHHH?..? aku mengerang nikmat
kami kembali tenggelam dlm kemesuman.
eva mengerang sewaktu jariku menusuk vaginanya yg banjir. kukocok tdk terlalu dalam, aku tdk
ingin merobek selaputnya, biar ******ku yg merobeknya. ?MAS?.. ENAKKKK? suaranya lirih.
tubuh eva mmemanas, akupun mendidih.
kutuntun tangannya memegang penisku. ?bantu mas masuk ke vaginamu sayang..?
eva meremas ******ku dan mengarahkan ke vaginanya.
alat kelamin kami bersentuhan. kepala batangku menyentuh bibir vaginanya.
inilah pertamakali kami seutuhnya bersatu.
kudorong masuk ******ku yang mengeras seperti batu.
mata eva terpajam sambil menggigit bibirnya.
pelan? pelan? tertahan. vagina yg basah dan sdh terbuka itu masih sempit utk di masuki
kutarik keluar kemudian masuk, terus berulang
?AAAGGGHH??AAAGGGHH? ?AAAGGGGHHHH? eva berteriak tertahan setiap kali ******ku mengocoknya.
?SAKIT MAAASSS??suaranya bercampur sakit dan enak
?MAS LEPAS?
?JANGANNN?? tangannya menahan pantatku
terus kukocok, pantatnya bergerak maju mundur.
bercak darah segar menempel di ******ku. akhirnya aku mendapat keperawanannya.
lewat 5 menit??SLEEEPPP?.? penisku tertanam.
?OOOGGGHHHH?.?nikmatnya penisku tertanam, dinding nya mengendut hangat, sebisa mungkin
kutancapkan ******ku sampai menyentuh dasar liangnya.
liang eva sempit tapi dalam, penisku yg panjangnya sedang saja sekitar 15-16 cm tenggelam
semua.
tubuh eva mengejang bergetar, ia menggigit lagi dadaku kali ini agak dekat leher. tapi krn
sedang fly aku tidak peduli.
setelah beberapa saat kami meresapi setiap butir kenikmatan. aku mulai mengocok vaginanya.
kami berburu dalam nafsu birahi. aku seperti seorang joki yang duduk diatas kuda. sementara
eva menggelepar-gelepar seperti ikan kehabisan air.
kamar eva penuh dengan bau mani, nafas yg memburudan erangan. ?PLAKK?CEEPLAK?CEPLAK. ..?
suara air dan kulit bertepukan
?OGGH?OGH..OGH.. hanya itu yg keluar dr mulutku berulang ulang. pikiranku tersumbat
tubuhku melayang kesurga.
eva tambah membuatku bersemangat mencabulinya dengan suaranya yang merengek, mengerang
nikmat. berkali-kali ia menceracau tak karuan.
?HHOOOOOOGHHH??..MMMAAAAAS S?. EENNAAAKKK?.
SAAA?KKKIITTT?
?EEvVV? LLAAGGIII??..? ?NNNNNNNGGGGGGGGHHHHHHH??. .?
setelah 10 menit yg rasanya seperti sepuluh thn. tubuh eva mengejang terdiam, suaranya
tersendat-sendat, ?EGH?EGH?EGH?? eva memelukku erat.
eva hampir sampai. kupercepat kocokanku tubuhku ikutan bergetar hebat.
terasa maniku mengaliri ******ku, sebentar lagi aku akan meledak. rasa nikmat menjalar dari
batang ******ku kepaha sampai ujung jariku, mengalir kesekujur tubuhku. inilah rasa yg
sampai skrg tidak bisa dijelaskan dan tak bernama.
geli, nikmat, ingin menangis, lemas bercampur aduk.
kemudian aku tak bisa bergerak, tubuhku kejang otakku berhenti bekerja.
eva melenguh panjang, ?EEENNNNGGGGHHHHHH???? ?..?
akupun menyusulnya, ?EENNNGGGHHHHHHHHH??.. ??
kami orgasme bersama.
kami berpelukan. aku tetap menindihnya tak ingin mencabut senjataku dari liangnya.
kuseka keringat di wajahnya, wajahnya tersenyum manis memencarkan kenikmatan yg tiada tara.
?terima kasih sayang?,Kau wanita yang hebat? ?kau membawaku kesurga?, kukecup keningnya
?mas aku cinta kau..jangan tinggalkan aku?suaranya lemah
setelah kejadian malam itu, aku menunggu utk menidurinya lagi.
Ngentot Gadis Tomboy
Huh.. Gadis itu koq tomboy sekali.
Orangnya pendek, tingginya kurang lebih 150 cm. Jalannya kayak laki-laki, rambutnya selalu dipotong pendek.
Dan yang jelas.. Dia tidak suka laki-laki. Mau bukti?
Sampai saat ini belum pernah terdengar dia jalan sama laki-laki. Padahal umurnya sudah 35 tahun.
Tapi mengapa belum mau nikah juga. Memang sih.. Laki-laki pasti mikir kalau mau mendekati dia. Jangankan bergairah untuk mendapatkannya. Dikejar-kejar sama diapun pasti menghindar. Pernah aku tanya sama teman-teman yang lama kerja di kantorku, apa dia pernah punya pacar? Mereka menerangkan bahwa selama ini memang dia tidak pernah punya pacar.
Apakah masih perawan? Kata teman-teman,"Nggak tahu, buktikan sendiri."
Itulah gambaran gadis yang kukenal di kantorku. Sudah 5 tahun aku jadi Pegawai Negeri di suatu instansi pemerintah di Jakarta, dan 5 tahun pula kenal dengan dia, sebut saja Nova. Nova memang sudah pegawai senior di instansiku. Walaupun umurnya lebih tua aku, tapi Nova lebih dulu jadi Pegawai Negeri.
Aku sudah beristri dan punya anak satu saat masuk Instansi tempatku bekerja. Sedangkan Nova adalah seorang pegawai yang belum bersuami. Aku juga tak tahu kenapa dia belum berkeluarga, padahal dari segi umur dia sudah cukup. Sudahlah tidak perlu dipikirkan memang itu mungkin tujuan hidupnya.
Walaupun aku dan Nova beda bagian di kantorku, tapi kami sering bertemu dan berbagi cerita tentang pekerjaannya masing-masing. Apalagi kami aktif di organisasi Korpri. Tapi aku belum pernah menanyakan padanya apakah dia punya pacar, atau dia tidak suka cowok, atau lesbi atau.. Apa saja tentang rahasia pribadinya.
Suatu hari, saat aku mau pulang kantor aku berpapasan dengan Nova yang keluar dari kamar kecil.
"Eh.. Nov, kamu belum pulang," tanyaku. Waktu itu memang kantor sedang sepi karena karyawan sudah pulang semua.
"Eh Rudy.. Belum Rud, masih ada kerjaan yang harus diselesaikan," katanya sambil ngeloyor pergi meninggalkan aku yang terbengong-bengong memperhatikan punggung dia yang sedang berjalan menuju ruang kerjanya.
Tiba-tiba ada hasrat yang membuat aku melangkahkan kaki menuju ruang kerjanya. Kulihat dia duduk di depan meja sambil membolak-balik map yang ada di depannya.
"Nov, sibuk ya, bisa kubantu," tanyaku.
"Eh.. Rud.. Ngapain kamu kesini tanpa ijin? Nanti kuteriakin maling lho."
"Yey.. Orang mau bantu malah disambut begitu".
"Aku nggak butuh bantuan.." katanya ketus.
"Koq galak amat sih.., aku sun.. Baru tahu rasa.."
Entah mengapa aku tiba-tiba bernafsu ingin mencium bibirnya.
"Coba.. kalau berani aku tusuk perutmu pakai ini," katanya sambil mengacungkan gunting.
Aku bukannya takut atas ancamannya, tapi jadi penasaran ingin melumat-lumat bibirnya. Tanpa pikir panjang lagi aku pegang pukul tangannya, dan "Awww..!" Nova menjerit kesakitan dan guntingpun terjatuh.
Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan, kudorong bahunya dan dia jatuh terlentang di meja, aku langsung menindihnya dan kutempelkan bibirku ke bibirnya, aku lumat-lumat bibirnya.
"Ugh.. Ugh.. Ugh.."
Nova meronta-ronta berusaha melepaskan diri. Lalu mendorongku keras-keras. Sampai aku terjatuh. Saat aku berdiri.. Plak.. Plak.. Plak.. Dia menampar pipiku keras-keras.
"Apa-apaan kamu.. Mau memperkosaku ya? Bangsat!!" katanya marah besar.
Aku dimarahi seperti itu semakin bergairah untuk memperkosanya. Kudorong bahunya dan dia jatuh terlentang di meja, aku langsung menindihnya lagi dan kekutempelkan bibirku ke bibirnya, aku lumat-lumat bibirnya. Dia meronta-ronta berusaha melepaskan diri. Tapi aku semakin erat memegang bahunya dan semakin lahap melumat bibirnya. Nova terus meronta-ronta..
"Ugh.. Ugh.. Ugh.."
Napasnya tersenggal-senggal. Aku semakin asyik melumatnya bibirnya. Ada cairan hangat membasahi pipiku, aku menghentikan aksiku. Masih dalam posisi menindihnya, aku lihat ada cairan bening mengalir dipipinya. Aku jadi nggak tega. Aku menghentikan aksiku. Aku berdiri, kulihat Nova masih terlentang dan menatapku. Dipipinya mengalir deras air mata.
"Eh.. Nov, maafin aku.. Aku tak bermaksud menyakitimu. Aku minta maaf atas kelancanganku."
"Kamu jahat, kamu mau memperkosaku," katanya sambil menatapku nanar.
"Maafin aku, aku tidak bermaksud memperkosamu, dan aku berjanji tidak akan berbuat seperti itu lagi".
"Benar?"
"Sumpah"
"Baik aku maafin.." katanya sambil berdiri.
"Sebagai tanda persahabatan, bolehkah aku menciummu," kataku mulai nakal lagi.
Nova menatapku sejenak.. Tapi kemudian mengangguk. Akhirnya aku dekatkan wajahku kewajahnya, kukecup bibirnya lembut.
Nova tersenyum, "Trim.. ," katanya.
Tiba-tiba.. Kukulum bibirnya sekali lagi.
"Ugh.." Nova mendorongku, "Kamu mulai lagi ya, dasar nakal," katanya marah.
"Aku.. Pingin sih.. Apa kamu nggak pengin"
"Aku juga sebenarnya pengin.." katanya lirih.
Aku terhenyak kaget. Akhirnya, aku mendorongnya ke meja, aku menindihnya, kulumat-lumat bibirnya. Kali ini Nova menikmatinya. Aku ciumi pipinya, kuciumi lehernya..
"Ugh.. Ugh.. Enak.. Rud.. Akuu sukaa.." Nova merintih.
Aku terus menciumi bibir, pipi dan leher. Tanganku mencopoti kancing bajunya dan segera melepas bajunya, serta BHnya. Wow.. Gadis tomboy itu susunya indah sekali. Aku lepas bajuku.
"Kamu apa-apaan.. Kenapa bajuku kamu lep.. Aww enakk.. Putingnya giiggiit.. Aduh.. Enaak.. Wow.. Wowww.. Wowww.."
Nova menjerit-jerit ketika aku mulai meremas-remas susunya dan mengulum puting susunya serta memainkannya dengan lidah. Kubuka celanaku dan kupelorotkan Cdku, kupelorotkan roknya dan kupelorotkan CDnya.
"Nov.. penisku ngaceng.. Kumasukkan ke vagina.."
"Jangan.. Ja.. Awww.. Sssaakiit.." teriaknya ketika aku menekan penisku yang sudah tegang ke liang vaginanya. Dan.. Bless.. penisku masuk dengan susah payah.
"Sssaakitt.."
Aku tak peduli mau sakit mau nggak, aku mainkan maju mundur. Dan bles.. Sloop bless.. Sloop..
"Aw.. Aw.. Aw.. Saakii.. Eeenaak aduuh ennaak.."
"Nova.. Uuueenaakk.."
"Awww.."
Akhirnya spermaku kumuntahkan dalam perut Nova. Aku terkulai lemas.. Nova terkulai lemas..
"Rud.. Enak sekali aku suka"
"Iya.. Kamu hebat"
Kami masih di atas meja diantara tumpukan map kerja. Nova memelukku, kepalanya bersandar didadaku, tangannya meremas-remas penisku. Kubalas pelukannya dan jari tanganku kukorek-korek ke liang vaginanya.
"Rud.. Enak.. Aku suka.."
"Iya aku juga suka, aku kira kamu tak suka penis"
"Kalau penis kamu aku suka banget.., tapi vaginaku perih sekali," katanya lirih.
"Tapi kalau vaginamu dimasukin penisku lagi pasti enak," kataku sambil memeluknya. Tak terasa penisku mulai bangun lagi.
"Nov.. penisku ngaceng masukin lagi ya.."
"Iya deh.."
"Coba kamu nungging"
"Nungging?" katanya terheran-heran, tapi akhirnya Nova mau juga nungging.
Kulihat pantat Nova yang gede.. Wow.. Betapa indahnya vagina tersembul warna hitam dengan bulu-bulu tipis. Kunaiki Nova yang sedang nungging kupeluk dan kuremas-remas susunya.
"Oh.. Enak.. Rud.. Terus Rud.. klitorisku nyut-nyutan.. Aku penggiin penis.."
"Nova penisku kenceng bangeet.."
"Iya.. Masuukiinn doong.."
Aku nggak tahan dan upp emhh, aku teken penisku ke vaginanya yang tersembul.
"Terus.. Tekenn Rudd.."
Aku teken-teken.. Tapi karena posisinya yang nungging penisku tidak bisa masuk. Susah sekali..
"Ayo Rud.. Aku nggak tahan, masukin dong.. Awww.."
"Iya.. Ini juga kumasukan tapi vaginamu kenyal dan rapet.."
"Terus Rud dikit lagi.. Aw.."
Aku terus berusaha sekuat tenaga, kutekan terus penisku, dan.. Akhir.. Bless..
"Ennaak.. Nov.. Wow.. Sedepp.." Aku merasakan nikmat yang luar biasa.
"Rud.. Aduuh.. Sakiitt.. Janggann kesitu.. Sssakitt.."
"Enakk.. Nov.." Aku terus menggenjotnya maju mundur. Bless.. Sloop.. Plup.. Bless..
"Sakit Rud.. Itu bukan.. vagina.. Itu liang dubur.."
"Hah?" Aku kaget dan berhenti menggenjot.. Tapi penisku masih didalam duburnya.
"Nov.. Ini penisku di duburmu ya?"
"I.. Iya.. Sakit sekkallii.. Aduh.."
"Tapi sudah terlanjur masuk.. Genjot ya?"
"Jangan.. Cabut.. Cepet.. Cabut.. Sakit".
"Iya deh aku cabut," kataku sambil menekan penisku masuk lebih dalam lagi ke liang duburnya. Dan aku menggenjotnya lagi maju mundur. Slep.. Bless.. Slep.. Bless..
"Oh.. Nova.. Silitmu ennakk sekallii.. Aduh aku suka sekali.." Slep bless.. Nova meronta-ronta..
"Aduh.. Sakit.. Cabut.. Sakit.. Cabut.. Awww.. Enaak.. Terus.. Genjot.. Tusuk terus.. Enakk, wow.. ingin.. E'e'.. Ennaak.." Slep.. Bless.. Slepp.. Bless..
"Nov.. Cabut ya penisnya di dubur.. Wow.. Enaknya"
"Jangan Rud.. Jangan cabut.. Aduh.. Mama.. Enaak.. Ingin.. Penismuu..".
Bless.. Plup.. Aku mencabut penisku dari dubur dan kulihat penisku masih tegang..
"Rudii.. Kenapa di cabut.."
Kuarahkan penisku ke vaginanya. Dan Bless.. Akhirnya masuk..
"Awww.. Rudi.. Itu lubang vagina.. Enaakk.. Aku suka Rudi.."
"Iya.. Akku juga suka.."
Aku terus menggenjotnya lagi kali ini tambah bersemangat.
"Rud.. Ennaak.. Taddi di bersihin dulu nggak.. penisnyaa..?"
"Aduh.. Nggak.. Wow.." Aku terus menggenjotnya
"Ada.. E'e'nya dong rud.."
"Iyya.."
"Terus Rud.. Genjot rud..
Gerakanku semakin lama semakin cepat dan terus.. Kupacu. Akhirnya..
"Rud.. Aku nggak tahan ingin keluar.."
"Aku.. Juggaa.."
"Awww.. Kelluuarr.."
"Ahh.."
Akhirnya spermaku kembali muncrat di dalam perutnya. Kami terkulai lemas saling berpelukan.
Diantara darah perawan yang menetes di meja.. Ada ribuan sperma yang masuk ke perutnya.. Dan bila menghasilkan anak, aku tak tahu apakah aku akan bertanggung jawab? Yang terjadi adalah.. Aku termenung menatap langit-langit dan Nova menangis memelukku menyesali apa yang telah terjadi..
Tapi.. Kami tak tahu hari esok.
cerita ngentot
cerita sex
Orangnya pendek, tingginya kurang lebih 150 cm. Jalannya kayak laki-laki, rambutnya selalu dipotong pendek.
Dan yang jelas.. Dia tidak suka laki-laki. Mau bukti?
Sampai saat ini belum pernah terdengar dia jalan sama laki-laki. Padahal umurnya sudah 35 tahun.
Tapi mengapa belum mau nikah juga. Memang sih.. Laki-laki pasti mikir kalau mau mendekati dia. Jangankan bergairah untuk mendapatkannya. Dikejar-kejar sama diapun pasti menghindar. Pernah aku tanya sama teman-teman yang lama kerja di kantorku, apa dia pernah punya pacar? Mereka menerangkan bahwa selama ini memang dia tidak pernah punya pacar.
Apakah masih perawan? Kata teman-teman,"Nggak tahu, buktikan sendiri."
Itulah gambaran gadis yang kukenal di kantorku. Sudah 5 tahun aku jadi Pegawai Negeri di suatu instansi pemerintah di Jakarta, dan 5 tahun pula kenal dengan dia, sebut saja Nova. Nova memang sudah pegawai senior di instansiku. Walaupun umurnya lebih tua aku, tapi Nova lebih dulu jadi Pegawai Negeri.
Aku sudah beristri dan punya anak satu saat masuk Instansi tempatku bekerja. Sedangkan Nova adalah seorang pegawai yang belum bersuami. Aku juga tak tahu kenapa dia belum berkeluarga, padahal dari segi umur dia sudah cukup. Sudahlah tidak perlu dipikirkan memang itu mungkin tujuan hidupnya.
Walaupun aku dan Nova beda bagian di kantorku, tapi kami sering bertemu dan berbagi cerita tentang pekerjaannya masing-masing. Apalagi kami aktif di organisasi Korpri. Tapi aku belum pernah menanyakan padanya apakah dia punya pacar, atau dia tidak suka cowok, atau lesbi atau.. Apa saja tentang rahasia pribadinya.
Suatu hari, saat aku mau pulang kantor aku berpapasan dengan Nova yang keluar dari kamar kecil.
"Eh.. Nov, kamu belum pulang," tanyaku. Waktu itu memang kantor sedang sepi karena karyawan sudah pulang semua.
"Eh Rudy.. Belum Rud, masih ada kerjaan yang harus diselesaikan," katanya sambil ngeloyor pergi meninggalkan aku yang terbengong-bengong memperhatikan punggung dia yang sedang berjalan menuju ruang kerjanya.
Tiba-tiba ada hasrat yang membuat aku melangkahkan kaki menuju ruang kerjanya. Kulihat dia duduk di depan meja sambil membolak-balik map yang ada di depannya.
"Nov, sibuk ya, bisa kubantu," tanyaku.
"Eh.. Rud.. Ngapain kamu kesini tanpa ijin? Nanti kuteriakin maling lho."
"Yey.. Orang mau bantu malah disambut begitu".
"Aku nggak butuh bantuan.." katanya ketus.
"Koq galak amat sih.., aku sun.. Baru tahu rasa.."
Entah mengapa aku tiba-tiba bernafsu ingin mencium bibirnya.
"Coba.. kalau berani aku tusuk perutmu pakai ini," katanya sambil mengacungkan gunting.
Aku bukannya takut atas ancamannya, tapi jadi penasaran ingin melumat-lumat bibirnya. Tanpa pikir panjang lagi aku pegang pukul tangannya, dan "Awww..!" Nova menjerit kesakitan dan guntingpun terjatuh.
Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan, kudorong bahunya dan dia jatuh terlentang di meja, aku langsung menindihnya dan kutempelkan bibirku ke bibirnya, aku lumat-lumat bibirnya.
"Ugh.. Ugh.. Ugh.."
Nova meronta-ronta berusaha melepaskan diri. Lalu mendorongku keras-keras. Sampai aku terjatuh. Saat aku berdiri.. Plak.. Plak.. Plak.. Dia menampar pipiku keras-keras.
"Apa-apaan kamu.. Mau memperkosaku ya? Bangsat!!" katanya marah besar.
Aku dimarahi seperti itu semakin bergairah untuk memperkosanya. Kudorong bahunya dan dia jatuh terlentang di meja, aku langsung menindihnya lagi dan kekutempelkan bibirku ke bibirnya, aku lumat-lumat bibirnya. Dia meronta-ronta berusaha melepaskan diri. Tapi aku semakin erat memegang bahunya dan semakin lahap melumat bibirnya. Nova terus meronta-ronta..
"Ugh.. Ugh.. Ugh.."
Napasnya tersenggal-senggal. Aku semakin asyik melumatnya bibirnya. Ada cairan hangat membasahi pipiku, aku menghentikan aksiku. Masih dalam posisi menindihnya, aku lihat ada cairan bening mengalir dipipinya. Aku jadi nggak tega. Aku menghentikan aksiku. Aku berdiri, kulihat Nova masih terlentang dan menatapku. Dipipinya mengalir deras air mata.
"Eh.. Nov, maafin aku.. Aku tak bermaksud menyakitimu. Aku minta maaf atas kelancanganku."
"Kamu jahat, kamu mau memperkosaku," katanya sambil menatapku nanar.
"Maafin aku, aku tidak bermaksud memperkosamu, dan aku berjanji tidak akan berbuat seperti itu lagi".
"Benar?"
"Sumpah"
"Baik aku maafin.." katanya sambil berdiri.
"Sebagai tanda persahabatan, bolehkah aku menciummu," kataku mulai nakal lagi.
Nova menatapku sejenak.. Tapi kemudian mengangguk. Akhirnya aku dekatkan wajahku kewajahnya, kukecup bibirnya lembut.
Nova tersenyum, "Trim.. ," katanya.
Tiba-tiba.. Kukulum bibirnya sekali lagi.
"Ugh.." Nova mendorongku, "Kamu mulai lagi ya, dasar nakal," katanya marah.
"Aku.. Pingin sih.. Apa kamu nggak pengin"
"Aku juga sebenarnya pengin.." katanya lirih.
Aku terhenyak kaget. Akhirnya, aku mendorongnya ke meja, aku menindihnya, kulumat-lumat bibirnya. Kali ini Nova menikmatinya. Aku ciumi pipinya, kuciumi lehernya..
"Ugh.. Ugh.. Enak.. Rud.. Akuu sukaa.." Nova merintih.
Aku terus menciumi bibir, pipi dan leher. Tanganku mencopoti kancing bajunya dan segera melepas bajunya, serta BHnya. Wow.. Gadis tomboy itu susunya indah sekali. Aku lepas bajuku.
"Kamu apa-apaan.. Kenapa bajuku kamu lep.. Aww enakk.. Putingnya giiggiit.. Aduh.. Enaak.. Wow.. Wowww.. Wowww.."
Nova menjerit-jerit ketika aku mulai meremas-remas susunya dan mengulum puting susunya serta memainkannya dengan lidah. Kubuka celanaku dan kupelorotkan Cdku, kupelorotkan roknya dan kupelorotkan CDnya.
"Nov.. penisku ngaceng.. Kumasukkan ke vagina.."
"Jangan.. Ja.. Awww.. Sssaakiit.." teriaknya ketika aku menekan penisku yang sudah tegang ke liang vaginanya. Dan.. Bless.. penisku masuk dengan susah payah.
"Sssaakitt.."
Aku tak peduli mau sakit mau nggak, aku mainkan maju mundur. Dan bles.. Sloop bless.. Sloop..
"Aw.. Aw.. Aw.. Saakii.. Eeenaak aduuh ennaak.."
"Nova.. Uuueenaakk.."
"Awww.."
Akhirnya spermaku kumuntahkan dalam perut Nova. Aku terkulai lemas.. Nova terkulai lemas..
"Rud.. Enak sekali aku suka"
"Iya.. Kamu hebat"
Kami masih di atas meja diantara tumpukan map kerja. Nova memelukku, kepalanya bersandar didadaku, tangannya meremas-remas penisku. Kubalas pelukannya dan jari tanganku kukorek-korek ke liang vaginanya.
"Rud.. Enak.. Aku suka.."
"Iya aku juga suka, aku kira kamu tak suka penis"
"Kalau penis kamu aku suka banget.., tapi vaginaku perih sekali," katanya lirih.
"Tapi kalau vaginamu dimasukin penisku lagi pasti enak," kataku sambil memeluknya. Tak terasa penisku mulai bangun lagi.
"Nov.. penisku ngaceng masukin lagi ya.."
"Iya deh.."
"Coba kamu nungging"
"Nungging?" katanya terheran-heran, tapi akhirnya Nova mau juga nungging.
Kulihat pantat Nova yang gede.. Wow.. Betapa indahnya vagina tersembul warna hitam dengan bulu-bulu tipis. Kunaiki Nova yang sedang nungging kupeluk dan kuremas-remas susunya.
"Oh.. Enak.. Rud.. Terus Rud.. klitorisku nyut-nyutan.. Aku penggiin penis.."
"Nova penisku kenceng bangeet.."
"Iya.. Masuukiinn doong.."
Aku nggak tahan dan upp emhh, aku teken penisku ke vaginanya yang tersembul.
"Terus.. Tekenn Rudd.."
Aku teken-teken.. Tapi karena posisinya yang nungging penisku tidak bisa masuk. Susah sekali..
"Ayo Rud.. Aku nggak tahan, masukin dong.. Awww.."
"Iya.. Ini juga kumasukan tapi vaginamu kenyal dan rapet.."
"Terus Rud dikit lagi.. Aw.."
Aku terus berusaha sekuat tenaga, kutekan terus penisku, dan.. Akhir.. Bless..
"Ennaak.. Nov.. Wow.. Sedepp.." Aku merasakan nikmat yang luar biasa.
"Rud.. Aduuh.. Sakiitt.. Janggann kesitu.. Sssakitt.."
"Enakk.. Nov.." Aku terus menggenjotnya maju mundur. Bless.. Sloop.. Plup.. Bless..
"Sakit Rud.. Itu bukan.. vagina.. Itu liang dubur.."
"Hah?" Aku kaget dan berhenti menggenjot.. Tapi penisku masih didalam duburnya.
"Nov.. Ini penisku di duburmu ya?"
"I.. Iya.. Sakit sekkallii.. Aduh.."
"Tapi sudah terlanjur masuk.. Genjot ya?"
"Jangan.. Cabut.. Cepet.. Cabut.. Sakit".
"Iya deh aku cabut," kataku sambil menekan penisku masuk lebih dalam lagi ke liang duburnya. Dan aku menggenjotnya lagi maju mundur. Slep.. Bless.. Slep.. Bless..
"Oh.. Nova.. Silitmu ennakk sekallii.. Aduh aku suka sekali.." Slep bless.. Nova meronta-ronta..
"Aduh.. Sakit.. Cabut.. Sakit.. Cabut.. Awww.. Enaak.. Terus.. Genjot.. Tusuk terus.. Enakk, wow.. ingin.. E'e'.. Ennaak.." Slep.. Bless.. Slepp.. Bless..
"Nov.. Cabut ya penisnya di dubur.. Wow.. Enaknya"
"Jangan Rud.. Jangan cabut.. Aduh.. Mama.. Enaak.. Ingin.. Penismuu..".
Bless.. Plup.. Aku mencabut penisku dari dubur dan kulihat penisku masih tegang..
"Rudii.. Kenapa di cabut.."
Kuarahkan penisku ke vaginanya. Dan Bless.. Akhirnya masuk..
"Awww.. Rudi.. Itu lubang vagina.. Enaakk.. Aku suka Rudi.."
"Iya.. Akku juga suka.."
Aku terus menggenjotnya lagi kali ini tambah bersemangat.
"Rud.. Ennaak.. Taddi di bersihin dulu nggak.. penisnyaa..?"
"Aduh.. Nggak.. Wow.." Aku terus menggenjotnya
"Ada.. E'e'nya dong rud.."
"Iyya.."
"Terus Rud.. Genjot rud..
Gerakanku semakin lama semakin cepat dan terus.. Kupacu. Akhirnya..
"Rud.. Aku nggak tahan ingin keluar.."
"Aku.. Juggaa.."
"Awww.. Kelluuarr.."
"Ahh.."
Akhirnya spermaku kembali muncrat di dalam perutnya. Kami terkulai lemas saling berpelukan.
Diantara darah perawan yang menetes di meja.. Ada ribuan sperma yang masuk ke perutnya.. Dan bila menghasilkan anak, aku tak tahu apakah aku akan bertanggung jawab? Yang terjadi adalah.. Aku termenung menatap langit-langit dan Nova menangis memelukku menyesali apa yang telah terjadi..
Tapi.. Kami tak tahu hari esok.
cerita ngentot
cerita sex
Gairah Ngentot
Pagi itu, sinar matahari belum mampu mengusir embun putih yang menyelimuti sebuah villa mewah di kawasan Puncak Pass
.
Beberapa gerombol embun masih terlihat melayang-layang tertiup angin.
Pucuk-pucuk pinus masih berwarna putih tertutupi embun pagi.
Rumput di halaman villa masih basah.Di dalam bathtub yang berisi air hangat, Theo dan Debby duduk berendam sambil berpelukan mesra. Gadis itu duduk di atas paha Theo. Telapak tangannya mengusap-usap menyabuni punggung guru matematikanya itu,
dan ia pun merasakan tangan lelaki itu menyabuni punggungnya. Pelukan mereka sangat erat hingga dada mereka saling menekan satu sama lain. Sesekali Debby menahan nafas ketika menggeliatkan badannya.Dadanya yang menggeliat menyebabkan puting buah dadanya mengalirkan birahi ke sekujur tubuhnya. Puting itu semakin mengeras setelah beberapa kali bergesekan dengan dada Theo yang licin dipenuhi buih-buih sabun. Pangkal pahanya yang terendam air hangat terasa membakar birahi ketika batang kemaluan lelaki itu menyentuh vaginanya. Debby menggerak-gerakkan telapak tangannya dari punggung hingga ke leher Theo. Sambil menyabuni, ditariknya tengkuk lelaki itu.
"Debby sangat mencintai Theo," bisiknya.
Theo mengusap-usap bahu gadis itu dengan busa sabun yang berlimpah. Busa dan buih-buih berbentuk bola-bola kecil meleleh ke bagian atas dada dan punggung Debby. Lalu ditatapnya wajah yang cantik itu. Wajah yang terlihat semakin menarik karena buih-buih sabun memenuhi lehernya yang jenjang. Disibaknya rambut gadis itu ke belakang. Busa dan bola-bola kecil ikut menempel di rambut gadis itu, kemudian bola-bola itu meletus. Menawan. Sangat cantik dan mempesona, bisik hati Theo.Mungkinkah aku jatuh cinta untuk yang kedua kalinya?, tanya Theo dalam hati. Jatuh cinta terhadap seorang murid yang masih belia dan nakal? Mengapa? Mengapa..? Apakah karena sensasi dan kemanjaan yang diciptakannya? Ah.., gumam Theo sambil menarik nafas panjang. Lalu dikecupnya anak rambut di kening gadis itu.
Ia tak mampu memikirkan pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk di benaknya. Tingkah laku Debby yang lembut dan kadang-kadang liar telah melumpuhkan nalarnya. Ia tak mampu berpikir ketika luapan birahi membakar tubuhnya."Theo juga sangat mencintai Debby. Sebelumnya tak pernah Theo rasakan nikmatnya terbakar birahi seperti saat ini.." ujar Theo.Bola mata mereka saling menatap seolah ingin menjenguk isi hati masing-masing. Lalu Theo menarik tubuh gadis itu agar lebih erat menempel ke tubuhnya. Disabuninya punggung gadis itu dengan kedua telapak tangannya. Sambil mengusap-usapkan busa sabun, telapak tangannya terus menyusur hingga tenggelam ke dalam air. Diusap-usapnya bongkah pantat gadis itu.Sejenak, ia menahan nafas ketika meremas bongkah pantat yang masih kenyal itu. Karena gadis itu duduk di atas pahanya, bongkah pantat itu terasa lebih kenyal daripada biasanya. Batang kemaluan Theo semakin keras ketika bersentuhan dengan vagina gadis itu.
Ia dapat merasakan kelembutan bibir luar vagina gadis itu ketika bergesekan dengan bagian bawah batang kemaluannya. Dan dengan usapan lembut, telapak tangannya terus menyusuri lipatan bongkah pantat yang kenyal itu. Ia dapat merasakan lubang dubur Debby di jari tengahnya. Diusap-usapnya beberapa kali hingga ujung jarinya merasakan kehalusan lipatan daging antara dubur dan vagina."Theoo.., Theo nakal!" desah Debby sambil menggeliat mengangkat pinggulnya.Walau tengkuknya basah, Debby merasa bulu roma di tengkuknya meremang akibat nikmat dan geli yang mengalir dari vaginanya. Ia menggeliatkan pinggulnya. Geliat itu menyebabkan telapak tangan Theo semakin bebas mengusap-usap. Membelai. Ia mengecup leher Theo berulang kali ketika merasakan ujung jari Theo menyentuh bagian bawah bibir vaginanya.Tak lama kemudian, telapak tangan itu semakin jauh menyusur hingga akhirnya ia merasakan lipatan bibir luar vaginanya diusap-usap. Debby berulang kali mengecup leher Theo.
Kecupan panas dan liar sebagai ungkapan luapan birahi yang mendera tubuhnya. Sesekali lidahnya menjilat, sesekali menggigit dengan gemas. Ia dapat merasakan lendir birahi yang semakin banyak bermuara di vaginanya.Karena vaginanya terendam dalam air, usapan-usapan di dinding dan bibir dalam vaginanya terasa menjadi kesat. Setiap kali mengusap, lendir di vaginanya langsung larut ke dalam air. Ujung jari itu menjadi terasa lebih kasar daripada biasanya. Membakar birahi untuk mengalirkan kadar kenikmatan yang lebih tinggi daripada biasanya. Kenikmatannya hampir setara dengan liarnya lidah Theo yang menari-nari di antara lipatan bibir vaginanya ketika mencumbu vaginanya di balkon villa. Ia terpaksa menahan nafas untuk mengendalikan kenikmatan yang ia rasakan di sekujur tubuhnya."Aarrgghh.. Sstt.. Sstt.." rintihnya berulang kali.Lalu ia bangkit dari pangkuan lelaki itu. Ia tak ingin mencapai orgasme hanya karena usapan-usapan jari yang terasa kesat di lubang vaginanya.
Tapi ketika berdiri, kedua lututnya terasa goyah. Rasa nikmat di vaginanya telah membuat dirinya seolah sedang melayang-layang. Lututnya seolah kehilangan sendi.
Dengan cepat Theo pun bangkit berdiri. Tangannya segera membalikkan tubuh gadis itu. Ia tak ingin gadis belia yang dicintainya itu terjatuh. Disangganya punggung gadis itu dengan dadanya. Lalu dituangnya kembali cairan sabun ke telapak tangannya. Dan diusap-usapkannya cairan sabun itu di perut gadis belia itu. Ketika menggerakkan telapak tangannya ke arah atas, busa sabun terdorong dan menggumpal di antara jari jempol dan telunjuknya. Dan ketika buih-buih itu terbentur pada lekukan bawah buah dada gadis itu, ia meremasnya dengan lembut.Kedua buah dada yang kenyal itu terasa licin dan sangat halus. Telapak tangannya terus bergerak ke atas. Ia sengaja membuka jari jempol dan telunjuknya agar puting buah dada yang masih kecil itu terjepit di jarinya. Sejenak, puting yang terjepit itu diremas-remasnya dengan lembut. Puting kiri dan kanan diremasnya bersamaan. Dilepas. Diremas kembali. Lalu telapak tangannya mengusap semakin ke atas dan berhenti di leher jenjang gadis belia itu.
"Theo, aargh.., lama amat menyabuninya, aarrgghh.." rintih Debby sambil menggeliatkan pinggulnya.Ia merasakan batang kemaluan Theo semakin keras dan besar. Hal itu dapat ia rasakan karena batang kemaluan itu semakin dalam terselip di antara lipatan bongkah pantatnya. Lalu ia mendongakkan kepala sambil menoleh ke belakang. Diangkatnya tangan kanannya untuk menarik leher lelaki itu, lalu diciumnya dengan mesra. Lidahnya menjulur dan bergerak-gerak liar untuk memilin-milin lidah Theo. Tangannya kirinya meluncur ke bawah, lalu meremas biji kemaluan lelaki itu dengan gemas.Theo menggerakkan telapak kanannya ke arah pangkal paha Debby. Sesaat ia mengusap-usap bulu-bulu ikal di bagian atas vagina gadis itu. Menikmati bulu-bulu yang masih pendek dan halus itu di ujung jari-jarinya. Lalu telapak tangannya meluncur ke bawah. Diusapnya vagina mungil itu berulang kali. Vagina yang baru kira-kira 7 jam yang lalu selaput perawannya dipasrahkan untuk dilewati oleh cendawan batang kemaluannya.
Jari tengahnya terselip di antara kedua bibir luar vagina itu. Diusapnya berulang kali. Telapak tangannya yang dipenuhi buih-buih sabun membuat bibir vagina dan pangkal paha itu menjadi sangat licin. Klitoris itu seolah bergerak menggeliat-geliat ketika ia mengusapkan telapak tangannya. Klitoris yang semakin keras dan licin karena lendir dan buih-buih sabun."Aarrgghh..!" rintih Debby ketika merasakan batang kemaluan lelaki itu semakin kuat menekan lipatan bongkah pantatnya.Ia merasakan lendir birahinya membanjiri vaginanya. Lendir itu pasti bercampur dengan busa sabun, pikirnya. Lalu ia berjongkok agar vaginanya terendam ke dalam air. Dibersihkannya celah di antara bibir vaginanya dengan cara mengusap-usapkan dua buah jarinya.Ketika menengadah, ia melihat batang kemaluan Theo telah berada persis di hadapannya. Batang kemaluan itu telah membengkak dan terlihat mengangguk-angguk. Ada setetes lendir menghiasi ujung batang kemaluan itu.
Persis di bagian tengah cendawan yang berwarna kecokelat-cokelatan itu. Indah sekali, gumamnya. Lalu ditatapnya warna kemerah-merahan di lekukan antara cendawan dan batang kemaluan itu. Bola matanya berbinar-binar mengamati lekukan yang indah itu.Setelah puas mengamati, diremasnya batang kemaluan itu dengan lembut. Lalu diarahkan ke mulutnya. Dikecupnya bagian ujung cendawan itu. Terdengar bunyi 'cep' ketika ia melepaskan kecupannya. Setetes lendir yang menghiasi ujung cendawan itu berpindah ke bagian dalam celah kedua bibirnya. Sejenak, matanya terlihat setengah terpejam ketika ujung lidah dan kedua bibirnya mencicipi lendir itu.Tubuh Theo bergetar menahan nikmat ketika ia melihat lidah dan bibir Debby bergerak-gerak mencicipi lendirnya. Dicicipinya dengan penuh perasaan! Erotis sekali! Batang kemaluannya menjadi semakin keras. Berdiri tegak! Ia meraih bahu gadis itu karena tak sanggup lagi mengendalikan tekanan darah yang memenuhi urat-urat di batang kemaluannya.
Setelah berdiri, Debby merasakan telapak tangan Theo mengangkat paha kirinya. Sambil mencium bibirnya, telapak tangan itu tetap menahan bagian belakang pahanya hingga akhirnya ia terpaksa melilitkan kakinya di pinggang lelaki itu. Ia masih berusaha mengatur keseimbangan tubuhnya ketika Theo menyelipkan cendawan kemaluannya ke celah di antara bibir vaginanya. Karena tubuhnya masih belum seimbang, cendawan itu terlepas kembali. Theo agak menekuk kedua lututnya ketika berusaha menyelipkan kembali cendawan kemaluannya. Ia sudah sangat ingin merasakan kembali vagina yang sempit itu meremas batang kemaluannya. Nafasnya mendengus-dengus tak teratur. Dengan terburu-buru, ia mendorong pinggulnya."Argh, aarrgghh.., Theo!" rintih Debby."Masih sakit?" tanya Theo."Sakit dikit.." jawab Debby.Theo menarik batang kemaluannya perlahan-lahan, kemudian mendorongnya kembali perlahan-lahan pula. Sambil mendorong, ia menatap vagina gadis itu.
Pandangannya nanar seolah ada kabut yang menutupi bola matanya ketika ia melihat bibir luar vagina gadis itu ikut terdorong bersama batang kemaluannya. Ia masih menatap terpesona ketika perlahan-lahan menarik kembali batang kemaluannya. Bibir luar vagina itu merekah dan seolah sengaja memperlihatkan lipatan celah vagina yang berwarna pink!"Masih sakit, Sayang?""Hmm!""Sakit?""Enaak.., Theo!"Theo tersenyum. Dilumatnya bibir gadis itu sambil menghentakkan pinggulnya. Dengan cepat, batang kemaluannya menghunjam. Ia menghentikan hentakan pinggulnya dan berdiri kejang setelah merasakan mulut rahim gadis itu tersentuh oleh ujung cendawannya. Lalu ditatapnya raut wajah murid yang dicintainya itu sekaligus dikaguminya!Selain cantik dan dan seksi, muridnya itu pun tak pernah bertanya atau membantah ketika ia menghunjamkan kemaluannya sambil berdiri. Murid yang patuh sekaligus mempunyai ide-ide liar yang sensasional dalam bercinta.
Mungkin muridku ini memang dikaruniai bakat bercinta, kata Theo dalam hati. Bakat untuk menaklukkan lelaki! Alangkah beruntungnya aku menjadi gurunya! Perlahan-lahan Theo menarik batang kemaluannya. Sebelah tangannya meremas bongkah pantat gadis itu dan yang sebelah lagi meremas dada."Aarrgghh..!" rintih Debby ketika merasakan batang kemaluan Theo kembali menghunjam vaginanya.Ia terpaksa berjinjit karena batang kemaluan itu terasa seolah membelah vaginanya. Kedua tangannya dengan erat merangkul leher Theo. Ia ingin menggantung di leher lelaki itu. Lututnya terasa lemas menahan kenikmatan yang menjalari sekujur tubuhnya. Panasnya birahi membuat pori-pori di sekujur tubuhnya menjadi terbuka. Butir-butir keringat mulai merembes dari pori-porinya, bercampur dengan busa sabun yang masih tersisa di beberapa bagian tubuhnya.Semakin sering ujung cendawan kemaluan lelaki itu menyentuh mulut rahimnya, semakin banyak pula keringat merembes di sekujur tubuhnya.
Hingga akhirnya keringat itu terlihat mengkristal di kulitnya! Nafas Debby beberapa kali terhenti ketika Theo menarik dan menghunjamkan batang kemaluannya. Menarik dan menghunjam dengan cepat hingga terdengar 'cepak-cepak' yang merdu setiap kali pangkal pahanya berbenturan dengan pangkal paha Theo. Dan setiap kali mendengar suara 'cepak' itu, darahnya seolah terasa berdesir hingga ke ubun-ubun."Aarrgghh.., aarrgghh.., Theoo!""Theoo.., Debby pipiis..!"Rintihan itu membuat Theo semakin cepat menghentak-hentakkan pinggulnya. Keringat bercucuran dari dahinya. Ia berusaha menahan nafas untuk mengendalikan tekanan air mani yang ingin menyemprot dari lubang batang kemaluannya. Tapi orgasme gadis belia yang sangat dicintainya itu ternyata membuat ia tak mampu lagi menahan tekanan air mani yang mengalir dari biji kemaluannya. Vagina sempit itu berdenyut-denyut meremas batang kemaluannya. Menghisap air mani yang masih tertahan di batang kemaluannya.
Membuat ia tak berdaya untuk mengendalikan desakan air mani yang menyemprot dari lubang batang kemaluannya.
"Aarrgghh..! Aarrgghh..! Debby, aarrgghh..!" raung Theo sambil menghujamkan batang kemaluannya sedalam-dalamnya.
"Theoo.., sstt, sstt.." desis Debby berulangkali ketika merasakan air mani lelaki yang sangat dicintainya itu 'menembak' mulut rahimnya.'Tembakan' yang pertama terasa panas dan menggetarkan hingga membuat tubuhnya berdiri kejang dan punggungnya melengkung ke belakang. 'Tembakan' kedua dan ketiga membuat ia semakin berjinjit setengah bergantung di leher Theo."Aarrgghh.., Debby! Argh.., enaknya!" rintih Theo di telinga murid yang sangat disayanginya itu."Theoo.., sstt.., sstt..!" desis Debby pula berulangkali sesaat setelah lepas dari puncak orgasmenya!Kedua telapak tangan Theo memangku bongkah pantat Debby. Telapak tangannya masih dapat merasakan kedutan-kedutan di bongkah pantat itu ketika gadis itu mencapai puncak orgasmenya. Dan dengan tenaga yang masih tersisa di tubuhnya, di tarik bongkah pantat yang kenyal itu agar mereka tak terjatuh. Ia tak ingin gadis itu terjatuh karena ia masih ingin batang kemaluannya tetap terbenam dalam kelembutan vagina yang sempit itu.
Vagina yang sangat dikaguminya, muda, segar, dan masih berwarna pink!
"Puas, Sayang?" bisik Theo sambil mengusap-usap punggung Debby.
"Puas banget!"
"Theo sangat menyayangi Debby."
"Debby juga sangat sayang pada Theo," kata Debby sambil mencium bibir Theo.
Mereka masih terus berciuman dengan mesra hingga batang kemaluan Theo mengkerut dan terlepas dari vagina Debby.
.
Beberapa gerombol embun masih terlihat melayang-layang tertiup angin.
Pucuk-pucuk pinus masih berwarna putih tertutupi embun pagi.
Rumput di halaman villa masih basah.Di dalam bathtub yang berisi air hangat, Theo dan Debby duduk berendam sambil berpelukan mesra. Gadis itu duduk di atas paha Theo. Telapak tangannya mengusap-usap menyabuni punggung guru matematikanya itu,
dan ia pun merasakan tangan lelaki itu menyabuni punggungnya. Pelukan mereka sangat erat hingga dada mereka saling menekan satu sama lain. Sesekali Debby menahan nafas ketika menggeliatkan badannya.Dadanya yang menggeliat menyebabkan puting buah dadanya mengalirkan birahi ke sekujur tubuhnya. Puting itu semakin mengeras setelah beberapa kali bergesekan dengan dada Theo yang licin dipenuhi buih-buih sabun. Pangkal pahanya yang terendam air hangat terasa membakar birahi ketika batang kemaluan lelaki itu menyentuh vaginanya. Debby menggerak-gerakkan telapak tangannya dari punggung hingga ke leher Theo. Sambil menyabuni, ditariknya tengkuk lelaki itu.
"Debby sangat mencintai Theo," bisiknya.
Theo mengusap-usap bahu gadis itu dengan busa sabun yang berlimpah. Busa dan buih-buih berbentuk bola-bola kecil meleleh ke bagian atas dada dan punggung Debby. Lalu ditatapnya wajah yang cantik itu. Wajah yang terlihat semakin menarik karena buih-buih sabun memenuhi lehernya yang jenjang. Disibaknya rambut gadis itu ke belakang. Busa dan bola-bola kecil ikut menempel di rambut gadis itu, kemudian bola-bola itu meletus. Menawan. Sangat cantik dan mempesona, bisik hati Theo.Mungkinkah aku jatuh cinta untuk yang kedua kalinya?, tanya Theo dalam hati. Jatuh cinta terhadap seorang murid yang masih belia dan nakal? Mengapa? Mengapa..? Apakah karena sensasi dan kemanjaan yang diciptakannya? Ah.., gumam Theo sambil menarik nafas panjang. Lalu dikecupnya anak rambut di kening gadis itu.
Ia tak mampu memikirkan pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk di benaknya. Tingkah laku Debby yang lembut dan kadang-kadang liar telah melumpuhkan nalarnya. Ia tak mampu berpikir ketika luapan birahi membakar tubuhnya."Theo juga sangat mencintai Debby. Sebelumnya tak pernah Theo rasakan nikmatnya terbakar birahi seperti saat ini.." ujar Theo.Bola mata mereka saling menatap seolah ingin menjenguk isi hati masing-masing. Lalu Theo menarik tubuh gadis itu agar lebih erat menempel ke tubuhnya. Disabuninya punggung gadis itu dengan kedua telapak tangannya. Sambil mengusap-usapkan busa sabun, telapak tangannya terus menyusur hingga tenggelam ke dalam air. Diusap-usapnya bongkah pantat gadis itu.Sejenak, ia menahan nafas ketika meremas bongkah pantat yang masih kenyal itu. Karena gadis itu duduk di atas pahanya, bongkah pantat itu terasa lebih kenyal daripada biasanya. Batang kemaluan Theo semakin keras ketika bersentuhan dengan vagina gadis itu.
Ia dapat merasakan kelembutan bibir luar vagina gadis itu ketika bergesekan dengan bagian bawah batang kemaluannya. Dan dengan usapan lembut, telapak tangannya terus menyusuri lipatan bongkah pantat yang kenyal itu. Ia dapat merasakan lubang dubur Debby di jari tengahnya. Diusap-usapnya beberapa kali hingga ujung jarinya merasakan kehalusan lipatan daging antara dubur dan vagina."Theoo.., Theo nakal!" desah Debby sambil menggeliat mengangkat pinggulnya.Walau tengkuknya basah, Debby merasa bulu roma di tengkuknya meremang akibat nikmat dan geli yang mengalir dari vaginanya. Ia menggeliatkan pinggulnya. Geliat itu menyebabkan telapak tangan Theo semakin bebas mengusap-usap. Membelai. Ia mengecup leher Theo berulang kali ketika merasakan ujung jari Theo menyentuh bagian bawah bibir vaginanya.Tak lama kemudian, telapak tangan itu semakin jauh menyusur hingga akhirnya ia merasakan lipatan bibir luar vaginanya diusap-usap. Debby berulang kali mengecup leher Theo.
Kecupan panas dan liar sebagai ungkapan luapan birahi yang mendera tubuhnya. Sesekali lidahnya menjilat, sesekali menggigit dengan gemas. Ia dapat merasakan lendir birahi yang semakin banyak bermuara di vaginanya.Karena vaginanya terendam dalam air, usapan-usapan di dinding dan bibir dalam vaginanya terasa menjadi kesat. Setiap kali mengusap, lendir di vaginanya langsung larut ke dalam air. Ujung jari itu menjadi terasa lebih kasar daripada biasanya. Membakar birahi untuk mengalirkan kadar kenikmatan yang lebih tinggi daripada biasanya. Kenikmatannya hampir setara dengan liarnya lidah Theo yang menari-nari di antara lipatan bibir vaginanya ketika mencumbu vaginanya di balkon villa. Ia terpaksa menahan nafas untuk mengendalikan kenikmatan yang ia rasakan di sekujur tubuhnya."Aarrgghh.. Sstt.. Sstt.." rintihnya berulang kali.Lalu ia bangkit dari pangkuan lelaki itu. Ia tak ingin mencapai orgasme hanya karena usapan-usapan jari yang terasa kesat di lubang vaginanya.
Tapi ketika berdiri, kedua lututnya terasa goyah. Rasa nikmat di vaginanya telah membuat dirinya seolah sedang melayang-layang. Lututnya seolah kehilangan sendi.
Dengan cepat Theo pun bangkit berdiri. Tangannya segera membalikkan tubuh gadis itu. Ia tak ingin gadis belia yang dicintainya itu terjatuh. Disangganya punggung gadis itu dengan dadanya. Lalu dituangnya kembali cairan sabun ke telapak tangannya. Dan diusap-usapkannya cairan sabun itu di perut gadis belia itu. Ketika menggerakkan telapak tangannya ke arah atas, busa sabun terdorong dan menggumpal di antara jari jempol dan telunjuknya. Dan ketika buih-buih itu terbentur pada lekukan bawah buah dada gadis itu, ia meremasnya dengan lembut.Kedua buah dada yang kenyal itu terasa licin dan sangat halus. Telapak tangannya terus bergerak ke atas. Ia sengaja membuka jari jempol dan telunjuknya agar puting buah dada yang masih kecil itu terjepit di jarinya. Sejenak, puting yang terjepit itu diremas-remasnya dengan lembut. Puting kiri dan kanan diremasnya bersamaan. Dilepas. Diremas kembali. Lalu telapak tangannya mengusap semakin ke atas dan berhenti di leher jenjang gadis belia itu.
"Theo, aargh.., lama amat menyabuninya, aarrgghh.." rintih Debby sambil menggeliatkan pinggulnya.Ia merasakan batang kemaluan Theo semakin keras dan besar. Hal itu dapat ia rasakan karena batang kemaluan itu semakin dalam terselip di antara lipatan bongkah pantatnya. Lalu ia mendongakkan kepala sambil menoleh ke belakang. Diangkatnya tangan kanannya untuk menarik leher lelaki itu, lalu diciumnya dengan mesra. Lidahnya menjulur dan bergerak-gerak liar untuk memilin-milin lidah Theo. Tangannya kirinya meluncur ke bawah, lalu meremas biji kemaluan lelaki itu dengan gemas.Theo menggerakkan telapak kanannya ke arah pangkal paha Debby. Sesaat ia mengusap-usap bulu-bulu ikal di bagian atas vagina gadis itu. Menikmati bulu-bulu yang masih pendek dan halus itu di ujung jari-jarinya. Lalu telapak tangannya meluncur ke bawah. Diusapnya vagina mungil itu berulang kali. Vagina yang baru kira-kira 7 jam yang lalu selaput perawannya dipasrahkan untuk dilewati oleh cendawan batang kemaluannya.
Jari tengahnya terselip di antara kedua bibir luar vagina itu. Diusapnya berulang kali. Telapak tangannya yang dipenuhi buih-buih sabun membuat bibir vagina dan pangkal paha itu menjadi sangat licin. Klitoris itu seolah bergerak menggeliat-geliat ketika ia mengusapkan telapak tangannya. Klitoris yang semakin keras dan licin karena lendir dan buih-buih sabun."Aarrgghh..!" rintih Debby ketika merasakan batang kemaluan lelaki itu semakin kuat menekan lipatan bongkah pantatnya.Ia merasakan lendir birahinya membanjiri vaginanya. Lendir itu pasti bercampur dengan busa sabun, pikirnya. Lalu ia berjongkok agar vaginanya terendam ke dalam air. Dibersihkannya celah di antara bibir vaginanya dengan cara mengusap-usapkan dua buah jarinya.Ketika menengadah, ia melihat batang kemaluan Theo telah berada persis di hadapannya. Batang kemaluan itu telah membengkak dan terlihat mengangguk-angguk. Ada setetes lendir menghiasi ujung batang kemaluan itu.
Persis di bagian tengah cendawan yang berwarna kecokelat-cokelatan itu. Indah sekali, gumamnya. Lalu ditatapnya warna kemerah-merahan di lekukan antara cendawan dan batang kemaluan itu. Bola matanya berbinar-binar mengamati lekukan yang indah itu.Setelah puas mengamati, diremasnya batang kemaluan itu dengan lembut. Lalu diarahkan ke mulutnya. Dikecupnya bagian ujung cendawan itu. Terdengar bunyi 'cep' ketika ia melepaskan kecupannya. Setetes lendir yang menghiasi ujung cendawan itu berpindah ke bagian dalam celah kedua bibirnya. Sejenak, matanya terlihat setengah terpejam ketika ujung lidah dan kedua bibirnya mencicipi lendir itu.Tubuh Theo bergetar menahan nikmat ketika ia melihat lidah dan bibir Debby bergerak-gerak mencicipi lendirnya. Dicicipinya dengan penuh perasaan! Erotis sekali! Batang kemaluannya menjadi semakin keras. Berdiri tegak! Ia meraih bahu gadis itu karena tak sanggup lagi mengendalikan tekanan darah yang memenuhi urat-urat di batang kemaluannya.
Setelah berdiri, Debby merasakan telapak tangan Theo mengangkat paha kirinya. Sambil mencium bibirnya, telapak tangan itu tetap menahan bagian belakang pahanya hingga akhirnya ia terpaksa melilitkan kakinya di pinggang lelaki itu. Ia masih berusaha mengatur keseimbangan tubuhnya ketika Theo menyelipkan cendawan kemaluannya ke celah di antara bibir vaginanya. Karena tubuhnya masih belum seimbang, cendawan itu terlepas kembali. Theo agak menekuk kedua lututnya ketika berusaha menyelipkan kembali cendawan kemaluannya. Ia sudah sangat ingin merasakan kembali vagina yang sempit itu meremas batang kemaluannya. Nafasnya mendengus-dengus tak teratur. Dengan terburu-buru, ia mendorong pinggulnya."Argh, aarrgghh.., Theo!" rintih Debby."Masih sakit?" tanya Theo."Sakit dikit.." jawab Debby.Theo menarik batang kemaluannya perlahan-lahan, kemudian mendorongnya kembali perlahan-lahan pula. Sambil mendorong, ia menatap vagina gadis itu.
Pandangannya nanar seolah ada kabut yang menutupi bola matanya ketika ia melihat bibir luar vagina gadis itu ikut terdorong bersama batang kemaluannya. Ia masih menatap terpesona ketika perlahan-lahan menarik kembali batang kemaluannya. Bibir luar vagina itu merekah dan seolah sengaja memperlihatkan lipatan celah vagina yang berwarna pink!"Masih sakit, Sayang?""Hmm!""Sakit?""Enaak.., Theo!"Theo tersenyum. Dilumatnya bibir gadis itu sambil menghentakkan pinggulnya. Dengan cepat, batang kemaluannya menghunjam. Ia menghentikan hentakan pinggulnya dan berdiri kejang setelah merasakan mulut rahim gadis itu tersentuh oleh ujung cendawannya. Lalu ditatapnya raut wajah murid yang dicintainya itu sekaligus dikaguminya!Selain cantik dan dan seksi, muridnya itu pun tak pernah bertanya atau membantah ketika ia menghunjamkan kemaluannya sambil berdiri. Murid yang patuh sekaligus mempunyai ide-ide liar yang sensasional dalam bercinta.
Mungkin muridku ini memang dikaruniai bakat bercinta, kata Theo dalam hati. Bakat untuk menaklukkan lelaki! Alangkah beruntungnya aku menjadi gurunya! Perlahan-lahan Theo menarik batang kemaluannya. Sebelah tangannya meremas bongkah pantat gadis itu dan yang sebelah lagi meremas dada."Aarrgghh..!" rintih Debby ketika merasakan batang kemaluan Theo kembali menghunjam vaginanya.Ia terpaksa berjinjit karena batang kemaluan itu terasa seolah membelah vaginanya. Kedua tangannya dengan erat merangkul leher Theo. Ia ingin menggantung di leher lelaki itu. Lututnya terasa lemas menahan kenikmatan yang menjalari sekujur tubuhnya. Panasnya birahi membuat pori-pori di sekujur tubuhnya menjadi terbuka. Butir-butir keringat mulai merembes dari pori-porinya, bercampur dengan busa sabun yang masih tersisa di beberapa bagian tubuhnya.Semakin sering ujung cendawan kemaluan lelaki itu menyentuh mulut rahimnya, semakin banyak pula keringat merembes di sekujur tubuhnya.
Hingga akhirnya keringat itu terlihat mengkristal di kulitnya! Nafas Debby beberapa kali terhenti ketika Theo menarik dan menghunjamkan batang kemaluannya. Menarik dan menghunjam dengan cepat hingga terdengar 'cepak-cepak' yang merdu setiap kali pangkal pahanya berbenturan dengan pangkal paha Theo. Dan setiap kali mendengar suara 'cepak' itu, darahnya seolah terasa berdesir hingga ke ubun-ubun."Aarrgghh.., aarrgghh.., Theoo!""Theoo.., Debby pipiis..!"Rintihan itu membuat Theo semakin cepat menghentak-hentakkan pinggulnya. Keringat bercucuran dari dahinya. Ia berusaha menahan nafas untuk mengendalikan tekanan air mani yang ingin menyemprot dari lubang batang kemaluannya. Tapi orgasme gadis belia yang sangat dicintainya itu ternyata membuat ia tak mampu lagi menahan tekanan air mani yang mengalir dari biji kemaluannya. Vagina sempit itu berdenyut-denyut meremas batang kemaluannya. Menghisap air mani yang masih tertahan di batang kemaluannya.
Membuat ia tak berdaya untuk mengendalikan desakan air mani yang menyemprot dari lubang batang kemaluannya.
"Aarrgghh..! Aarrgghh..! Debby, aarrgghh..!" raung Theo sambil menghujamkan batang kemaluannya sedalam-dalamnya.
"Theoo.., sstt, sstt.." desis Debby berulangkali ketika merasakan air mani lelaki yang sangat dicintainya itu 'menembak' mulut rahimnya.'Tembakan' yang pertama terasa panas dan menggetarkan hingga membuat tubuhnya berdiri kejang dan punggungnya melengkung ke belakang. 'Tembakan' kedua dan ketiga membuat ia semakin berjinjit setengah bergantung di leher Theo."Aarrgghh.., Debby! Argh.., enaknya!" rintih Theo di telinga murid yang sangat disayanginya itu."Theoo.., sstt.., sstt..!" desis Debby pula berulangkali sesaat setelah lepas dari puncak orgasmenya!Kedua telapak tangan Theo memangku bongkah pantat Debby. Telapak tangannya masih dapat merasakan kedutan-kedutan di bongkah pantat itu ketika gadis itu mencapai puncak orgasmenya. Dan dengan tenaga yang masih tersisa di tubuhnya, di tarik bongkah pantat yang kenyal itu agar mereka tak terjatuh. Ia tak ingin gadis itu terjatuh karena ia masih ingin batang kemaluannya tetap terbenam dalam kelembutan vagina yang sempit itu.
Vagina yang sangat dikaguminya, muda, segar, dan masih berwarna pink!
"Puas, Sayang?" bisik Theo sambil mengusap-usap punggung Debby.
"Puas banget!"
"Theo sangat menyayangi Debby."
"Debby juga sangat sayang pada Theo," kata Debby sambil mencium bibir Theo.
Mereka masih terus berciuman dengan mesra hingga batang kemaluan Theo mengkerut dan terlepas dari vagina Debby.
Dewi Ngentot
Ini adalah cerita tentang masa laluku,
Namaku Willy, ketika itu aku berusia 21 tahunan, kala itu aku bekerja di salah satu perusahaan swasta.
Aku datang dari sebuah kota di Jawa Barat.
Karena saudara-saudaraku jauh dari tempat kerjaku, terpaksa aku harus mencari tempat kost yg dekat dengan kerjaanku.
Singkat cerita, aku dapat tempat kost di wilayah kwitang, jakarta pusat. Lumayan gak bagus tapi bisa nyenyak tidur, murah lagi bayarannya, cuma ya kamar mandinya masih bareng-bareng dengan warga sekitar. Kebetulan yg punya kost adalah orangtuanya temen kerjaku.
Tak terasa enam bulan sudah aku kost, makin banyak kenal juga aku dengan penduduk sekitar. Tapi herannya kenapa aku susah kenalnya dengan tetangga yang persis di samping tempat kostku. Kalo ketemu sih saling sapa cuma gak pernah ngobrol, dia adalah istri seorang pegawai Departemen Kehakiman, kalo dengan suaminya sih akrab, malah suka ngongkrong bareng ketika santai, sedangkan istrinya yang berwajah ayu yg kebetulah kelahiran daerah Jawa Tengah tidak begitu akrab, padahal kalo berpapasan?.uhhhhh pandangannya itu menjadi tanda tanya bagi insting nakalku?.tembus kedalam hati.
Si istri tersebut bernama Dewi, aku memanggilnya Mbak Dewi, kegiatan sehari-harinya adalah mengelola salon kecantikan yang tak jah lokasinya dari tempat kostku. Hampir setiap berpapasan tatapan matanya tak pernah lepas dari pandanganku sampai aku malu sendiri dan kalah pandangan. Dia selalu memandang dengan senyumnya yang manis. Kebetulan memang orangnya hitam manis.
Suatu ketika aku pulang larut dari kerjaan, sekitar jam 22.30, aku selalu melewati derah kamar mandi menuju ke kamar kost ku?.tersentak hatiku melihat sosok wanita jongkok sedang cebok..krecek krecek?krecek bunyi airnya kala itu. Dia tak memperhatikan suasana sekitar dan tak tahu aku sedang mengamatinnya sambil pura-pura membetulkan tali sepatu???.dia langsung bangun dan membetulkan celana dalamnya setelah cebok. Deg deg deg jantungku berdebar melihat bokongnya yang mulus.
?Eh..ada orang?kirain sepi:, kaget dia ketika melihatku?berada sekitar dua meter darinya. Eh emmmba agak gugup aku, tali sepatuku lepas mbak?aku kira juga gak ada orang, kataku sambil menyeringai agak malu.
Hmmmm, betulin sepatu apa hmmmmm, katanya kepadaku. Semakin malu aku dibuatnya..?willy, kamu liatin mbak yah tadi?, katanya dengan pelan. Eng..engga mbak, mang mbak lagi ngapain, jawabku. ?yang beneerrrrrrrrr?, serunya lagi. Hmmmm dikit mbak heheheh kataku sambil ketawa kecil. Tak sadar penisku sdah tegang, sehingga celana bagian depan menyembul.
?Dasar kamu tuh yah?, katanya lagi sambil mencubit tanganku dan langsung masuk ke rumahnya.
Setelah kejadian itu, malamnya aku gak bisa tidur membayangkan bercita dengan Mbak Dewi. Tak tahan aku, akhirnya melakukan onani sambil membayang kan apa yang baru aku lihat beberapa jam yang lalu.
***
Semakin hari semakin terbayang wajah Mbak Dewi, tak tahan rasanya ingin menyentu mbak Dewi. Ketika malam tiba aku nongkrong di depan kamar kostku, berharap bertemu mbak Dewi, sejam dua jam hingga 9 malam kala itu, terlihat mbak Dewi turun dari taxi, berdebar rasa jantungku, memikirkan rencana bagai mana caranya berdekatan dengannya.
Hampir sampai dia ke dekatku,aku berdiri pura pura mau jalan ke arahnya?.seperti biasa tatapan dan senyumnya yang menggoda menembus hatiku..?dari mana mbak, kok malam pulangnya? tanyaku. Abis belanja cat rambur, kebetulan jalannya macet jadi kemalaman deh, jawabnya sambil tersenyum. Sambil berpapasan kuberanikan diri tuk menempelnya agak bertubrukan, ?nyelllll terasa ada benda yg kenyal menyentuh sikutku?detik itu juga kemaluanku tegang. ?Mmmaaf mbak gak sengaja?, kataku?.?hehehehhehe kamu tuh bisa aja, ga apa apa kok wil, gak sengaja kan?, jawabnya sambil tersenyum dan melanjutkan perjalanan ke rumahnya.
Ampuuuuuuuuuuuuun, makin bingun aku dengan sikap mbak Dewi, seolah olah meberi lampu hijau kepadaku. Semakin gila imajinasiku terhadap mbak Dewi. Semakin hari semakin senewen.
Akhirnya pada suatu hari aku mempunya ide tuk bertemu langsung dengannya, dengan cara mendatangi salonnya, dengan alasan memotong rambut. Hari itu aku tidak kerja, demi menjalankan misiku yang penuh gairah. Kudatangi salon mbak Dewi sekitar jam 11 siang. Kebetulan dia bekerja sendiri tanpa asisten.
?Siang mbak?, salamku terhadapnya. :Siang, eh willy ada apa, tumben kesini?, jawabnya. Mau potong rambut mbak, dan panjang neh biar rapih aja. oooo, boleh tunggu yah, kata mbak Dewi.
Hari itu dia memakan rok hitam dan kaos putih bak orang training, senyum dan pandangannya tidak berubah tetap menggoda hatiku. ?ayo wil katanya mau potong rambut? tanya nya. Iya mbak, langsung aku duduk di kursi, dan mbak dewi siap memotong rambutku. Tak karuan rasa hatiku ketika mbak Dewi mulai memotong rambutku. Berkeringat tubuhku, ?kenapa wil, gerah?, tanyanya. Nggak Mbak Dewi, nggak gerah kok, jawabku. ?Nah itu berkeringat? tanya nya lagi sambil tersenyum.
?Mmmmm, aku berkeringat karena dekat dengan mbak Dewi ?, upsss kelepasan aku ngomong?.?hihihihihi mbak Dewi ketawa geli, kenapa kok deket saya jadi gerah emangnya saya kompor? katanya lagi.
Tak tahan dengan hasrat ku, kulepaskan penutuh tubuhku yang dijadikan alas rambut. Kutarik mbak Dewi ke bagian belakang?sini dulu bentar mbak?wilyyyy, ada apa sih, kata mbak Dewi tapi tetap menuruti ajakanku.
Setibanya di belakang, langsung kupeluk dia dengan erat, ohh mbak ini yg akuharapkan dari mbak, ?wil, apa-apan sih kamu nanti takut ada tamu nih? gumam mbak dewi. Tpi tak kulepaskan pelukanku, semakin ganas diriku, ku pegang bokongnya yang membuat aku tergila-gila setelah dia pipis dulu. Dia sedikit berontak dan malah terjatuh ke dipan tempat creambath, dan posisi kami sekarang berubah. Dia berada dibawahku sementara aku menindih. Kusingkabkan rok hitamnya dan oohhhh terlihat sembulan indah yang terhalang celana dalam tipis warna putih.
Semakin jalang saja aku sambil menindih tangan kananku menyelinak ke celana dalamnya. ku elus-elus kemaluannya?.hmmm mulai basah..?willllll kamu nih, pintunya belum ditutup biar aku tutup dulu pintunya? gumamnya dengan wajah yg mulai memerah. Takut itu hanya alasan akhirnya aku bilang, biar aku yg tutup pintunya, kalo mbak yg tutup nanti malah pergi mbak. sebelum pergi menutup pintu, kupelorotkan dulu celana dalamnya?.oooohhh indahnya pemandangan kali ini, bulu vaginanya tipis. Langsung aku bergegas menutup pintu yg hanya berjarak tiga meter dari belakang.
Dengan penuh nafsu aku bergegas menuju belakang, alangkah kagetnya aku melihat mbak Dewi tidak ada di tempat Creambath?..langsung aku sibak gorden penghalang dekat kamar mandi belakang. Oh my god, leboh kaget lagi mbak dewi ternyata malah sudah telanjang bulat sambil tersenyum padaku?..langsung saja aku menyergapya, ooww putingnya sudah berdiri dan langsung saja aku menghisapnya, ohhhhohhhh, mbak dewi menggelinjang, tak kuhiraukan, bibirku menghisap terus putingnya yg mencuat, sementara tangan kiriku meremas-remas payudara kirinya. Tangan kananku tak mau kalah?bergerilya di sekitar kemaluannya yg sudah basah.
Begitu juga mbak Dewi, di tak mau kalah, tangannya memegang kemaluanku dengan penuh perasaan?..15 menit kamu melakukan pemanasan. ?Mbak, aku mau masukin yah? pintaku dengan penuh nafsu..mbak dewi hanya mengangguk. Kutuntun mbak dewi ke tempat creambath, kucelentangkan dia?oohhh vaginanya mengangga, tanpa basa basi langsung saja kumasukan kemaluanku?blesssssssssssssssssssss, mbak dewi sedikit tersentak sambil menyeringai?.bleess bleess bleess bleess bleess bleess bleess bleess bleess bleess ooohhh bleess bleess bleess kukeluar masukan penisku dalam vagina mbak dewi??..ohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh willllll, mbak dewi baru terdengan suara kerasnya?..ssssssssst jangan terlalu keras nanti kedengaran yg lain, kataku. Kulanjutkan pergerakan ku, kulipat kaki mbak dewi keatas sehingga kemaluannya menyempit kugoyang kemaluanku dengan penuh rasa?.srep srep srep srep sreppppp kutahan dan ku putar kemaluanku dalam vaginanya?mbaaaaaaaaaaaaakkk aku?oooohhhh cretttttttttt cretttttt crettttttttt ooohhh mbak dewi memeluku dengan erah oooooohh dia juga berteriak, ternyata dia juga merasakan ejakulasi. ooooh tubuh akmi berdua penuh keringat. ku kecup bibir mbak dewi?.?terima kasih mbak? kataku/?.sama-sama will harusnya mbak yg terima kasih?.?loh kok?, tanyaku bingung. Gini will, aku gak pernah dapet kepuasan dari suamiku, selain dia ejakulasi dini, penisnya itu loh, kuecil kealingan perutnya yg gendut. Makanya aku terimakasih sama kamu karena sudah setahun mbak gak ejakulasi dari making love. Cuppppppppph katanya sambil mengecup bibirku.
Berarti lain kali bisa lagi dong mbak hehehehe?.pintaku??terserah kamu will?, mbak jadi suka ma kamu, lalu kami berpelukan lagi dengan erat? dah dulu yah will, takut ada tamu?katanya.
Aku langsung mengenakan pakaian dan mengelap keringat, setelah itu aku langsung pulang ke kost an dengan hati yang riang atas keberhasilanku. Hampir gak percaya semua itu akan terjadi dan ternyata memang mbak Dewi membutuhkanku.
Namaku Willy, ketika itu aku berusia 21 tahunan, kala itu aku bekerja di salah satu perusahaan swasta.
Aku datang dari sebuah kota di Jawa Barat.
Karena saudara-saudaraku jauh dari tempat kerjaku, terpaksa aku harus mencari tempat kost yg dekat dengan kerjaanku.
Singkat cerita, aku dapat tempat kost di wilayah kwitang, jakarta pusat. Lumayan gak bagus tapi bisa nyenyak tidur, murah lagi bayarannya, cuma ya kamar mandinya masih bareng-bareng dengan warga sekitar. Kebetulan yg punya kost adalah orangtuanya temen kerjaku.
Tak terasa enam bulan sudah aku kost, makin banyak kenal juga aku dengan penduduk sekitar. Tapi herannya kenapa aku susah kenalnya dengan tetangga yang persis di samping tempat kostku. Kalo ketemu sih saling sapa cuma gak pernah ngobrol, dia adalah istri seorang pegawai Departemen Kehakiman, kalo dengan suaminya sih akrab, malah suka ngongkrong bareng ketika santai, sedangkan istrinya yang berwajah ayu yg kebetulah kelahiran daerah Jawa Tengah tidak begitu akrab, padahal kalo berpapasan?.uhhhhh pandangannya itu menjadi tanda tanya bagi insting nakalku?.tembus kedalam hati.
Si istri tersebut bernama Dewi, aku memanggilnya Mbak Dewi, kegiatan sehari-harinya adalah mengelola salon kecantikan yang tak jah lokasinya dari tempat kostku. Hampir setiap berpapasan tatapan matanya tak pernah lepas dari pandanganku sampai aku malu sendiri dan kalah pandangan. Dia selalu memandang dengan senyumnya yang manis. Kebetulan memang orangnya hitam manis.
Suatu ketika aku pulang larut dari kerjaan, sekitar jam 22.30, aku selalu melewati derah kamar mandi menuju ke kamar kost ku?.tersentak hatiku melihat sosok wanita jongkok sedang cebok..krecek krecek?krecek bunyi airnya kala itu. Dia tak memperhatikan suasana sekitar dan tak tahu aku sedang mengamatinnya sambil pura-pura membetulkan tali sepatu???.dia langsung bangun dan membetulkan celana dalamnya setelah cebok. Deg deg deg jantungku berdebar melihat bokongnya yang mulus.
?Eh..ada orang?kirain sepi:, kaget dia ketika melihatku?berada sekitar dua meter darinya. Eh emmmba agak gugup aku, tali sepatuku lepas mbak?aku kira juga gak ada orang, kataku sambil menyeringai agak malu.
Hmmmm, betulin sepatu apa hmmmmm, katanya kepadaku. Semakin malu aku dibuatnya..?willy, kamu liatin mbak yah tadi?, katanya dengan pelan. Eng..engga mbak, mang mbak lagi ngapain, jawabku. ?yang beneerrrrrrrrr?, serunya lagi. Hmmmm dikit mbak heheheh kataku sambil ketawa kecil. Tak sadar penisku sdah tegang, sehingga celana bagian depan menyembul.
?Dasar kamu tuh yah?, katanya lagi sambil mencubit tanganku dan langsung masuk ke rumahnya.
Setelah kejadian itu, malamnya aku gak bisa tidur membayangkan bercita dengan Mbak Dewi. Tak tahan aku, akhirnya melakukan onani sambil membayang kan apa yang baru aku lihat beberapa jam yang lalu.
***
Semakin hari semakin terbayang wajah Mbak Dewi, tak tahan rasanya ingin menyentu mbak Dewi. Ketika malam tiba aku nongkrong di depan kamar kostku, berharap bertemu mbak Dewi, sejam dua jam hingga 9 malam kala itu, terlihat mbak Dewi turun dari taxi, berdebar rasa jantungku, memikirkan rencana bagai mana caranya berdekatan dengannya.
Hampir sampai dia ke dekatku,aku berdiri pura pura mau jalan ke arahnya?.seperti biasa tatapan dan senyumnya yang menggoda menembus hatiku..?dari mana mbak, kok malam pulangnya? tanyaku. Abis belanja cat rambur, kebetulan jalannya macet jadi kemalaman deh, jawabnya sambil tersenyum. Sambil berpapasan kuberanikan diri tuk menempelnya agak bertubrukan, ?nyelllll terasa ada benda yg kenyal menyentuh sikutku?detik itu juga kemaluanku tegang. ?Mmmaaf mbak gak sengaja?, kataku?.?hehehehhehe kamu tuh bisa aja, ga apa apa kok wil, gak sengaja kan?, jawabnya sambil tersenyum dan melanjutkan perjalanan ke rumahnya.
Ampuuuuuuuuuuuuun, makin bingun aku dengan sikap mbak Dewi, seolah olah meberi lampu hijau kepadaku. Semakin gila imajinasiku terhadap mbak Dewi. Semakin hari semakin senewen.
Akhirnya pada suatu hari aku mempunya ide tuk bertemu langsung dengannya, dengan cara mendatangi salonnya, dengan alasan memotong rambut. Hari itu aku tidak kerja, demi menjalankan misiku yang penuh gairah. Kudatangi salon mbak Dewi sekitar jam 11 siang. Kebetulan dia bekerja sendiri tanpa asisten.
?Siang mbak?, salamku terhadapnya. :Siang, eh willy ada apa, tumben kesini?, jawabnya. Mau potong rambut mbak, dan panjang neh biar rapih aja. oooo, boleh tunggu yah, kata mbak Dewi.
Hari itu dia memakan rok hitam dan kaos putih bak orang training, senyum dan pandangannya tidak berubah tetap menggoda hatiku. ?ayo wil katanya mau potong rambut? tanya nya. Iya mbak, langsung aku duduk di kursi, dan mbak dewi siap memotong rambutku. Tak karuan rasa hatiku ketika mbak Dewi mulai memotong rambutku. Berkeringat tubuhku, ?kenapa wil, gerah?, tanyanya. Nggak Mbak Dewi, nggak gerah kok, jawabku. ?Nah itu berkeringat? tanya nya lagi sambil tersenyum.
?Mmmmm, aku berkeringat karena dekat dengan mbak Dewi ?, upsss kelepasan aku ngomong?.?hihihihihi mbak Dewi ketawa geli, kenapa kok deket saya jadi gerah emangnya saya kompor? katanya lagi.
Tak tahan dengan hasrat ku, kulepaskan penutuh tubuhku yang dijadikan alas rambut. Kutarik mbak Dewi ke bagian belakang?sini dulu bentar mbak?wilyyyy, ada apa sih, kata mbak Dewi tapi tetap menuruti ajakanku.
Setibanya di belakang, langsung kupeluk dia dengan erat, ohh mbak ini yg akuharapkan dari mbak, ?wil, apa-apan sih kamu nanti takut ada tamu nih? gumam mbak dewi. Tpi tak kulepaskan pelukanku, semakin ganas diriku, ku pegang bokongnya yang membuat aku tergila-gila setelah dia pipis dulu. Dia sedikit berontak dan malah terjatuh ke dipan tempat creambath, dan posisi kami sekarang berubah. Dia berada dibawahku sementara aku menindih. Kusingkabkan rok hitamnya dan oohhhh terlihat sembulan indah yang terhalang celana dalam tipis warna putih.
Semakin jalang saja aku sambil menindih tangan kananku menyelinak ke celana dalamnya. ku elus-elus kemaluannya?.hmmm mulai basah..?willllll kamu nih, pintunya belum ditutup biar aku tutup dulu pintunya? gumamnya dengan wajah yg mulai memerah. Takut itu hanya alasan akhirnya aku bilang, biar aku yg tutup pintunya, kalo mbak yg tutup nanti malah pergi mbak. sebelum pergi menutup pintu, kupelorotkan dulu celana dalamnya?.oooohhh indahnya pemandangan kali ini, bulu vaginanya tipis. Langsung aku bergegas menutup pintu yg hanya berjarak tiga meter dari belakang.
Dengan penuh nafsu aku bergegas menuju belakang, alangkah kagetnya aku melihat mbak Dewi tidak ada di tempat Creambath?..langsung aku sibak gorden penghalang dekat kamar mandi belakang. Oh my god, leboh kaget lagi mbak dewi ternyata malah sudah telanjang bulat sambil tersenyum padaku?..langsung saja aku menyergapya, ooww putingnya sudah berdiri dan langsung saja aku menghisapnya, ohhhhohhhh, mbak dewi menggelinjang, tak kuhiraukan, bibirku menghisap terus putingnya yg mencuat, sementara tangan kiriku meremas-remas payudara kirinya. Tangan kananku tak mau kalah?bergerilya di sekitar kemaluannya yg sudah basah.
Begitu juga mbak Dewi, di tak mau kalah, tangannya memegang kemaluanku dengan penuh perasaan?..15 menit kamu melakukan pemanasan. ?Mbak, aku mau masukin yah? pintaku dengan penuh nafsu..mbak dewi hanya mengangguk. Kutuntun mbak dewi ke tempat creambath, kucelentangkan dia?oohhh vaginanya mengangga, tanpa basa basi langsung saja kumasukan kemaluanku?blesssssssssssssssssssss, mbak dewi sedikit tersentak sambil menyeringai?.bleess bleess bleess bleess bleess bleess bleess bleess bleess bleess ooohhh bleess bleess bleess kukeluar masukan penisku dalam vagina mbak dewi??..ohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh willllll, mbak dewi baru terdengan suara kerasnya?..ssssssssst jangan terlalu keras nanti kedengaran yg lain, kataku. Kulanjutkan pergerakan ku, kulipat kaki mbak dewi keatas sehingga kemaluannya menyempit kugoyang kemaluanku dengan penuh rasa?.srep srep srep srep sreppppp kutahan dan ku putar kemaluanku dalam vaginanya?mbaaaaaaaaaaaaakkk aku?oooohhhh cretttttttttt cretttttt crettttttttt ooohhh mbak dewi memeluku dengan erah oooooohh dia juga berteriak, ternyata dia juga merasakan ejakulasi. ooooh tubuh akmi berdua penuh keringat. ku kecup bibir mbak dewi?.?terima kasih mbak? kataku/?.sama-sama will harusnya mbak yg terima kasih?.?loh kok?, tanyaku bingung. Gini will, aku gak pernah dapet kepuasan dari suamiku, selain dia ejakulasi dini, penisnya itu loh, kuecil kealingan perutnya yg gendut. Makanya aku terimakasih sama kamu karena sudah setahun mbak gak ejakulasi dari making love. Cuppppppppph katanya sambil mengecup bibirku.
Berarti lain kali bisa lagi dong mbak hehehehe?.pintaku??terserah kamu will?, mbak jadi suka ma kamu, lalu kami berpelukan lagi dengan erat? dah dulu yah will, takut ada tamu?katanya.
Aku langsung mengenakan pakaian dan mengelap keringat, setelah itu aku langsung pulang ke kost an dengan hati yang riang atas keberhasilanku. Hampir gak percaya semua itu akan terjadi dan ternyata memang mbak Dewi membutuhkanku.
Mbah Blabar Dukun Ngentot
sudah lebih 5 tahun perkawinan belum juga punya anak,
Burhan menyalahkan istrinya. Dia bilang bahwa Ayu, istrinya, mandul.
Begitulah pada umumnya para suami.
Tanpa melihat kemungkinan yang cacad adalah dirinya dia menjatuhkan vonis pada istrinya.
Bahkan akhirnya orang tua Burhanpun mulai ikut campur. Mereka bilang kalau perkawinan tidak memberikan keturunan sebaiknya para suami istri lebih memikirkan masa depannya. Ningsih tahu yang dimaksud mertuanya. Dia harus rela apabila suatu saat suaminya mencari perempuan lain sebagai penggantinya demi keturunan.
Tentu saja ini sangat menyakitkan hatinya. Apalagi nampaknya suaminya lebih mendengarkan omongan orang tuanya dari pada berunding mencari jalan keluar dengan dirinya sebagai istrinya. Memang Burhan merupakan 'anak mama' yang sedikit-sedikit mengadu pada mamanya apabila dia menemuai masalah dalam rumah tangganya. Itulah kelemahan utama Burhan.
Namun sesungguhnya Burhan benar-benar mencintai istrinya. Baginya Ayu adalah belahan jiwanya. Dia selalu ingat bagaimana dulu semasa sekolah selalu mencari perhatian untuk menarik hati Ayu. Dia tahu persis bahwa Ayu adalah gadis yang paling diperebutkan para pemuda di kota kecilnya Ngawi. Sebagai pemain basket andalan sekolahnya Ayu yang berperawakan jangkung dengan kulitnya yang kuning langsat sungguh menjadi bintang kota Ngawi. Bukan hanya para pemuda seusianya, para gurupun banyak yang jatuh hati padanya.
Begitulah, sesudah berobat ke sana sini tak memberikan hasil nyata, pada suatu hari Burhan pulang membawa informasi bahwa ada dukun yang kondang di Tasik yang bisa menyembuhkan kemandulan seseorang. Katanya telah ratusan orang tertolong olehnya dan bisa mendapatkan anak. Dengan penuh antusias Burhan mengajak istrinya untuk mencoba minta pertolongan Mbah Blabar sang dukun itu.
Sesungguhnya Ayu tak pernah percaya dukun-dukun macam itu. Namun untuk menyenangkan suaminya dia tidak menolak keinginannya. Yaa.. Hitung-hitung jalan-jalan ke luar kotalah.
Pada hari yang ditetapkan dengan mobilnya mereka meluncur dari rumahnya yang di Jakarta menuju ke desa Blabar, Tasikmalaya. Rupanya mbah Dukun itu dipanggil sebagai mbah Blabar karena tinggalnya di desa Blabar. Rencananya mereka akan menginap di Tasik barang 2 atau 3 hari.
Sekitar jam 5 sore mereka telah sampai ke alamat yang dituju. Saat memasuki pekarangan Mbah Blabar nampak para pasien sudah cukup banyak yang antre menunggu giliran. Sesudah mendaftar dengan cara yang sederhana Burhan menerima nomer urut 16. Melihat antrean yang cukup panjang diperkirakan nomer itu baru akan dipanggil nanti sekitar jam 9 malam.
Desa Blabar berada di pinggiran kota Tasikmalaya. Mbah Blabar cukup dikenal oleh orang Tasik. Para tetangganya memanfaatkan popularitas Mbah Blabar dengan membuka warung dan bahkan juga penginapan. Sementara menunggu hingga tiba gilirannya Burhan dan Ayu istirahat, mandi, makan dan minum di salah satu penginapan sekaligus warung yang tersedia.
Dari omongan para pasien dan tetangga, Burhan mendengar bahwa Mbah Blabar adalah dukun yang sakti yang tidak perlu diragukan mujarabnya. Boleh dikata setiap orang yang beroleh pertolongan dari Mbah Blabar tak ada yang kecewa. Burhan semakin mantab dan senang mendengar itu semua. Dan dia berusaha agar istrinya percaya dan tak usah khawatir.
Akan halnya Ayu, sejak awal dia tak akan percaya dengan itu semua. Dia anggap hanyalah omong kosong. Namun sikapnya tidak ditampakkan pada Burhan suaminya. Dan dia nampak selalu senang dan cerah karena baginya perjalanan dan nginep di luar kota ini dia pandang sebagai rekreasi.
Sesudah istirahat, makan, minum dan mandi Ayu memerlukan sedikit dandan sebelum ketemu Mbah Dukun. Kini istri Burhan ini telah menampakkan keayuannya. Dengan usianya yang menginjak 28 tahun membuat kecantikan Ayu semakin memiliki daya pikat seksual bagi siapapun lelaki yang memandanginya.
Dengan pakaiannya yang tak terlampau berlebihan membuat Ayu semakin cantik dan mempesona. Dan itu bisa dirasakan saat pasangan ini memasuki kembali pekarangan Mbah Blabar. Para pasien nampak memandang terpesona keayuan Ayu. Mereka pasti berpikir bahwa Ayu yang datang dari Jakarta ini mungkin mau minta 'susuk awet ayu' dari Mbah Dukun.
Beberapa menit sebelum jam 9 petugas memanggil no. Urut 16. Burhan berdiri dan menggandeng istrinya. Dengan diantar oleh asistennya mereka menghadap langsung ke Mbah Blabar.
Begitu memasuki ruangan hidung mereka diterpa aroma dupa. Dalam keremangan asap dupa di tengah ruangan itu yang beralaskan tikar dan karpet nampak duduk bersila seorang tua yang berpakaian sepuh serba kehitaman. Di depannya nampak anglo dupa yang berkepul. Juga tersaji kembang setaman yang direndam dalam baskom. Beberapa pernik-pernik lain, nampaknya jimat-jimat, memenuhi tikar pandan yang tergelar didepannya.
Dengan berjalan merunduk penuh takzim Burhan dan Ayu dituntun si asisten mendekat ke depan Mbah Blabar dan dipersilakan duduk menanti. Rupanya Mbah Blabar dengan matanya yang tertutup sedang semadi. Di pangkuannya nampak ada sebilah keris bersarung. Tangannya memegang gagang keris itu sambil mulutnya berkomat-kamit.
Masih dalam keadaan mata tertutup Mbah Blabar mengeluarkan omongan. Dia bertanya,
"Selamat datang cucu-cucuku. Aku tahu kalian sedang dalam kesusahan. Apa yang akan kamu minta dariku," dengan gaya kakek-kakek ngomong gemetar.
Burhan melirik kepada istrinya, matanya seakan menyuruh istrinya bicara. Namun Ayu menolak sehingga Burhanlah yang menjawab pertanyaan Mbah Blabar.
"Begini Mbah, saya sama istri saya mau minta pertolongan. Kami ingin punya anak. Sesudah 5 tahun lebih kami menikah belum juga dikaruniai momongan. Kami ingin sekali punya momongan, mbah,"
Sementara suaminya ngomong Ayu memperhatikan dengan seksama sosok Mbah Blabar. Oohh.. Ternyata yang namanya Mbah Blabar ini bukan orang tua sesungguhnya. Memang dia berkumis dan berjanggut layaknya mbah-mbah, namun jelas nampak raut mukanya yang mulus tanpa kerut menunjukkan usia Mbah Dukun ini belum lebih dari 40 tahun. Dan lebih-lebih lagi, walaupun secara keseluruhan nampak angker namun raut wajah Mbah Blabar ini sangat bersih dan tampan. Ayu membayangkan seandainya dukun ini mencukur kumis dan jambangnya serta mengganti pakaiannya dengan stelan jas dan dasi pasti tak akan kalah dengan tampilan angota MPR/DPR di Senayan itu.
Mendengar omongan Burhan seketika mata Mbah Blabar cerah terbuka.
"Ah, ada makanan datang," kata hati Mbah Blabar, "Orang pengin punya anak, aku akan kasih anak. Pasti," begitu yakin dan girang hatinya.
Dia melihati pasangan suami istri itu. Dia perhatikan Burhan dan sesaat kemudian pindah pandangannya pada Ayu. Selanjutnya Mbah Blabar mencurahkan perhatiannya pada Ayu. Dia kaget banget. Betapa ayu tamunya kali ini. Kulitnya yang kuning, anak rambutnya yang sangat alami jatuh di dahinya, bibirnya yang ranum dan lebih-lebih lagi buah dada Ayu yang nampak getas menggunung. Semuanya itu membuat Mbah Blabar hampir lupa diri. Tanpa ragu dia nyeletuk,
"Oohh.. Kamu bocah ayyuu.. Kepingin punya anak yaa..? Gampang.. Mbah bisa langsung berikan. Namun syaratnya berat. Apakah kamu sanggup memenuhi sarat itu, heehh??" suaranya semakin bergetar.
"Apapun saratnya Mbah, kami akan penuhi asalkan memang kami bisa punya anak," Burhan yang gembira mendengar ucapan Mbah Blabar sudah langsung mengiyakan sarat yang diminta Mbah Blabar tanpa berunding dulu dengan Ayu.
Kini Mbah Blabar beralih pandangannya ke Burhan suaminya..
"Benar den? Aden rela memberikan syarat-syarat itu?', tanyanya ragu.
Mata Mbah Blabar memandang tajam menusuk mata Burhan. Dengan sedikit gugup Burhan balik bertanya,
"Apapun yang mbah minta mudah-mudahan kami bisa penuhi"
"Bagaimana Neng? Neng rela memberikan syarat itu?" kini mata Mbah Blabar kembali menatapi Ayu.
Sepintas nampak pandangan Mbah Dukun ini menyapu cepat keseluruhan sosok Ayu. Kali ini dia sempat terpaku pada bentuk betis dan tumit Ayu yang.. Uuhh.. Indah banget sseehh..
Apabila dicermati orang akan melihat pandangan Mbah Blabar itu lebih merupakan pandangan lelaki yang terpesona pada ke-ayuan seorang perempuan. Mbah Blabar memang sedang terpesona istri Burhan ini. Nampak matanya membara penuh hasrat birahi. Dan pandangannya itu tertangkap sekilas oleh mata Ayu.
Pandangan mata Mbah Blabar itu menggetarkan hatinya. Mata Mbah Blabar itu terasa sangat membara. Dia sering mengalami pandangan macam itu. Pandangan yang biasanya dilepaskan oleh lelaki yang sedang tergoda hasrat seksualnya.
"Terserah Mas Burhanlah," Ayu asal jawab sambil melirik ke Burhan suaminya.
Kemudian Mbah Blabar minta pada Burhan dan Ayu untuk menunggu sejenak. Dia perlu melakukan meditasi untuk bisa memenuhi harapan dan permintaan pasangan suami istri ini. Diambilnya bungkusan dupa dan dibesarkan api anglonya. Dia tebarkan dupa itu hingga asapnya berkepul memenuhi ruangan sempitnya. Mulutnya terus berkomat kamit tanpa jelas omongannya. Tangannya setiap kali mengangkat kerisnya tinggi tinggi.
Waktu semadi Mbah Blabar terasa sangat lama bagi Burhan. Dia melihat jam tangannya. Mbah Blabar bersemadi telah hampir 15 menit. Sementara Ayu yang juga mengawasi ulah Mbah Blabar. Dia semakin heran dan kagum. Dia yakin banget dengan apa yang dilakukannya. Dia sangat kagum dengan corak lelaki macam itu. Bukannya lelaki macam Burhan yang tak punya pendirian dan mudah dipengaruhi orang lain termasuk orang tuanya.
Akhirnya asap dupa itu habis dan menghilang bersamaan selesainya semadi Mbah Blabar. Nampak Burhan sudah tak sabar mendengarkan syarat apa yang harus dia penuhi agar istrinya bisa melahirkan anak.
"Begini cucu-cucuku. Barusan Mbah sudah diberi petunjuk tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi agar cucuku cepat punya momongan. Coba cucuku dengerin bersama," Mbah dukun mencoban membetulkan duduknya dan meminta agar Burhan dan Ayu mendekat. Mbah Blabar akan menyampaikan permintaannya dengan berbisik.
"Menurut petunjuk yang Mbah terima tadi, cucuku yang ayu ini telah dibuat oleh seseorang dengan tujuan agar tidak mempunyai anak. Mungkin ada seseorang yang pernah dikecewakan yang ingin balas dendam. Benarkah itu cucuku?" Mbah Blabar bertanya kepada Burhan dan Ayu.
Pasangan suami istri itu saling pandang. Burhan mencoba mengingat-ingat. Adakah diantara pesaingnya dulu saat memperebutkan Ayu? Mungkinkah itu si Jono, atau Sungkar atau Beno ataukah si Karma? Ah.. Siapa lagi..? Sementara Ayu hanya berpikir dan tersenyum dalam hati. Di matanya Mbah Blabar ini hanyalah mengada-ada. Dia mulai merasakan bahwa ada yang nggak beres dari cara Mbah Blabar memandanginya. Sebagai perempuan ayu yang selalu menampilkan pesona seksual, Ayu sangat paham akan pandangan mata macam itu. Namun dia tak hendak menuduh seseorang sekedar dari pandangannya sendiri yang tak bisa dibuktikan.
"Lantas apa yang mesti kami lakukan Mbah?" tanya Burhan tak sabar.
"Obatnya itu gampang karena semua telah Mbah dapatkan saat semadi tadi. Kini obat itu ada dalam diri Mbah. Kamu Neng ayu, harus mengambilnya sendiri dari tubuhku,"
"Maksud Mbah?" hampir berbarengan Burhan dan Ayu bertanya balik ke Mbah Blabar.
"Obatnya harus diambil 2 kali. Pertama harus diambil melalui mulut atas dan yang kedua diambil melalui mulut bawah. Sebelumnya Mbah nanti akan menyiapkan diri Neng dengan cara mengurut bagian-bagian terpenting agar pada saatnya benar-benar siap menerima obat yang akan Mbah berikan itu," Mbah Dukun menyampaikan kata terakhirnya ini sambil memandang tajam wajah Burhan maupun Ayu.
"Maksud Mbah?" kembali hampir berbarengan Burhan dan Ayu bertanya balik ke Mbah Blabar.
"Yaa begitu saja petunjuk yang Mbah terima. Kalau cucu-cucuku nggak keberatan sekarang inilah waktunya yang terbaik. Ini khan kebetulan malam Jumat Kliwon, malam yang sangat manjur untuk mengusir segala macam jejadian termasuk santet, sihir dan sebagainya," Mbah Dukun menutup pembicaraannya sambil langsung menutup mata kembali dengan mulutnya yang berkomat-kamit. Rupanya Ayu telah benar-benar hasrat birahi membuat Mbah Dukun tak sabar.
Tanpa mengkaji dengan cermat sarat yang disampaikan Mbah Blabar rupanya Burhan sudah kebelet dengan pilihan dan keputusannya. Dia akan menuruti saja keinginan Mbah Dukun. Dalam hal ini Ayu mesti mengikuti keputusannya. Sementara Mbah Dukun masih komat-kamit Burhan langsung saja nyeletuk.
"Iya deh, Mbah. Saya setuju sarat yang disampaikan Mbak Dukun," sambil melirik ke istrinya yang nampak kaget dengan keputusan suaminya yang tidak menanyakan dulu padanya.
Ayu sangat jengkel akan sikap Burhan suaminya itu. Adakah dia tahu yang dimaksud Mbah Dukun? Artinya dia telah rela menyerahkan dirinya untuk menggunakan mulut dan memeknya untuk memenuhi syaratnya?
Namun Ayu tak bisa menarik lagi apa yang telah dicanangkan suaminya. Dia kini memperhatikan wajah Mbah Blabar yang nampak langsung kembali melek dan bersinar-sinar penuh gairah di wajahnya. Nampak jakunnya naik turun menahan air liurnya saat membayangkan sesaat lagi akan menikmati tubuh Ayu yang penuh pesona ini.
Mbah Blabar mengarahkan pandangannya ke Ayu. Dia menatapnya bagai serigala yang siap melahap mangsanya. Dia angkat sedikit alisnya saat matanya tertumbuk dengan mata Ayu. Kemudian tangan kanannya bergerak meraih sebuah keranjang rotan di kanannya. Mbah Blabar mengambil sebuah bungkusan sedang besarnya dan diberikan kepada Ayu.
"Neng, ambillah pakaian suci ini dan pakailah. Masuklah ke Bale Semadiku di kamar sebelah ini menunggu saya menyiapkan sarana lainnya. Sementara aden saya persilakan menunggu di luar? Mungkin upacara pengobatan ini akan memakan waktu sekitar 2 jam, begitulah," itulah langkah lanjutan dari Mbah Blabar.
Tiba-tiba Burhan dihinggapi perasaan khawatir. Atau mungkin cemburu. Dia mesti melepaskan istrinya yang ayu itu berduaan dengan orang lain di kamar tertutup. Bahkan dia baru menyadari sekarang, bahwa ternyata Mbah Blabar ini masih nampak seumur dengan dirinya. Bahkan dia juga perhatikan Mbah ini nampak bersih dan roman mukanya tampan. Rupanya kumis ataupun janggutnya yang memberi kesan sepintas berusia tua. Dan kalau orang memanggilnya Mbah disebabkan oleh kebiasaan orang kampung saat berhadapan dengan 'orang pintar' atau dukun macam Mbah Blabar ini.
"Mbah, mohon saya Mbah untuk diijinkan menunggui istri saya di kamar saja. Percayalah saya tidak mengganggu Mbah Dukun saat memberikan obatnya nanti. Boleh ya mbah, saya mau ikut menunggu di kamar, Mbah," Burhan menghiba pada Mbah Dukun.
Sesudah mendengar permintaan Burhan kembali Mbah Dukun komat-kamit. Mungkin mencari jalan keluar. Beberapa saat kemudian dia bicara,
"Oo, boleh, tetapi ada syaratnya. Apabila nanti ada penampakkan atau suara apapun aden tidak boleh bereaksi. Itu adalah godaan yang harus dihadapi. Aden harus tetap tenang. Ruang Bale Semadi itu dijaga oleh jin Soni yang mampu membuat lumpuh, buta dan tuli seketika bagi siapapun yang mengusik ketenangannya," begitu Mbah Blabar memberikan uraiannya.
"Terima kasih Mbah," sahut Burhan yang justru semakin percaya dengan kesaktian Mbah Blabar dengan diperbolehkannya ikut menunggui istrinya di Bale Semadinya.
Akan halnya Ayu perasaannya semakin sebal akan sikap suaminya yang kurang menghargai keberadaan dirinya. Dia merasa sepertinya tak punya hak bicara. Dengan rasa kesal itulah dia berdiri dan berjalan menuju Bale Semadinya Mbah Blabar yang berada di balik pintu kiri ruang praktek dukunnya ini.
Sesampainya di ruang Bale Semadi Ayu membuka bungkusan yang diberikan oleh Mbah Dukun. Ditemuinya selembar sarung kotak-kotak putih dan secarik kain putih pula. Dia reka-reka bagaimana memakainya kedua potong kain ini. Kemudian dia melepasi rok dan blusnya. Sarungnya dia jadikan penutup tubuh perut ke bawah dan kain putihnya dia sampirkan ke bahunya untuk menutupi tubuh bagian atasnya. Ayu merasa tidak perlu melepaskan celana dalam dan kutangnya.
Beberapa saat kemudian Mbah Blabar membawa anglo, dupanya menyusul memasuki Bale Semadi diikuti oleh Burhan. Ruangan itu sangat sempit. Mungkin hanya sekitar 2 X 2 m2. Diruangan ini hanya nampak ada bale-bale ukuran kecil dan rendah bertikar pandan. Tak ada perabot lain. Dia letakkan anglo dupa itu di pojok kamar dan seketika aroma dupa mewarnai ruangan sempit itu.
Mbah Blabar memerintahkan Burhan untuk merapat ke dinding dan duduk bersila dilantai. Sekali lagi dia berpesan agar tidak melakukan reaksi apapun atas apa yang dia dengar dan saksikan nanti. Jangan sampai memancing kemarahan jin Soni.
Kepada Ayu Mbah Blabar untuk naik ke bale-bale dan duduk bersila. Sementara Mbah Blabar juga naik dan duduk bersila tepat dibelakang Ayu. Dia mengeluarkan sebuah botol kecil.
"Neng, ini adalah minyak zaitun yang khusus didatangkan jin Soni dari Mesir. Minyak ini akan saya oleskan pada seluruh pori-pori tubuh Neng agar tak ada satu lubang kecilpun yang mampu ditembusi segala teluh atau santet buatan manusia. Saya harap Neng tenang dan memusatkan pikiran agar segala kotoran yang memasuki tubuh Neng larut bersama minyak ini," begitulah Mbah Blabar mulai melakukan tugasnya.
Dari arah belakang punggung Ayu Mbah Blabar menuangkan sedikit minyak itu ketangannya. Kemudian dengan didahului mulutnya berkomat-kamit tangan Mbah Blabar mulai mengoleskan minyaknya ke leher dan kuduk Ayu. Dia urut-urut layaknya tukang urut yang langsung membuat Ayu menggeliatkan leher dan kepalanya mengimbangi arah urutan tangan Mbah Blabar.
Nampak Ayu mulai menikmati enaknya diurut. Mungkin perjalanan dari Jakarta sepanjang hari ini memang membuat lelah tubuh Ayu, sehingga urutan tangan Mbah Dukun ini terasa nikmatnya.
"Kalau pijatan Mbah membuat sakit Neng boleh mengaduh atau merintih agar Mbah bisa mengurangi kekuatannya," pesan tambahan Mbah Blabar yang bertolak belakang dengan wanti-wantinya kepada Burhan agar tidak mengeluarkan gaduh yang akan membuat jin Soni marah.
Dari leher dan kuduk tangan dukun itu turun ke bahunya. Dengan tetap membiarkan tali kutang tetap ditempatnya tangan-tangannya yang berusaha menggapai bagian bahunya menyingkirkan sedikit demi sedikit kain putih penutup bahu dan punggungnya. Ayu masih mengepit kain itu untuk menutupi kutang dan dadanya.
Kini tangan Mbah Dukun dengan leluasa mengoleskan minyak zaitun itu ke bahu dan punggung Ayu. Dia menyusupkan olesan tangannya ke bawah tali kutang. Olesan itu merata dan turun hingga ke pinggulnya. Tangan Mbah Dukun nampak terampil mengurut ataupun mengelus bagian-bagian tubuh Ayu. Tak luput pula sisi kanan dan kiri hingga ketiak istri Burhan ini diolesinya dengan minyak dari Mesir ini. Nampak oleh Burhan bagaimana mata Mbah Blabar nampak sangat bergairah. Mata itu nampak hendak menelan punggung istrinya.
Kemudian secara berbisik Mbah Dukun minta supaya kain penutupnya dilepas saja. Dan tanpa ba bi bu Ayu mengikuti saja perintah Mbah Blabar. Dia juga ingin agar Burhan menyaksikan sendiri betapa dia patuh dengan perintah dukun yang dipercayainya ini. Diam-diam sisa kedongkolan pada suaminya masih membekas di hatinya.
Sementara itu dari balik asap dupa Burhan mengamatinya dengan melototkan matanya. Semua yang sedang berlangsung terjadi sangat dekat dan tepat di depan matanya. Dia ingin bertanya apakah Mbah Blabar akan menjamahi seluruh tubuh istrinya untuk memoleskan minyak itu? Namun dia ingat janjinya untuk tidak bereaksi apapun pada apa yang akan dilihat maupun didengarnya. Dia juga takut apabila membuat jin Soni marah.
"Inilah hak mutlak dan kenikmatan seorang dukun," demikian kata dalam hati Mbah Blabar.
Apapun yang dia maui gampang dipenuhi oleh pasiennya. Bahkan rata-rata mereka takut akan akibat buruknya macam Burhan yang kini menyaksikan istrinya dielusi Mbah Blabar langsung di depan matanya itu.
Tangan Mbah dukun mulai menjamah iga samping dan ketiak kanan kiri Ayu. Dan nampaknya Ayu mulai merasa merinding. Kecuali tukang pijat perempuan di kampungnya selama ini tak satupun lelaki pernah menjamah tubuhnya macam ini. Dia merasakan elusan tangan Mbah Blabar dengan cepat membuat hangat tubuhnya. Terkadang jari-jarinya bermain dengan menekan dan mengelus sehingga membuat saraf-saraf pekanya terangsang.
"Naikkan lengannya Neng, biar Mbah bisa mengolesi ketiak Neng," perintahnya yang langsung dipenuhi Ayu.
Terus terang rabaan tangan Mbah Blabar ini semakin menghanyutkan sanubarinya. Tangan-tangan yang mengelus ini betapa lembutnya. Dia tak acuh dengan kemungkinan kecemburuan suaminya. Toh ini semua gara-gara kemauan Burhan. Dan dia tak pernah minta pertimbanganku, demikian sikap Ayu.
"Ahh.. Mbah.. Terus elusi aku Mbaahh.." begitu jerit hatinya.
Tetap dari arah belakang punggung Ayu kini tangan Mbah Blabar meluncur ke wilayah dadanya. Jari-jari itu menggosok atau mengelus berputar tepat di bawah gundukkan payudaranya. Terus berputar dan berpilin jari-jari itu benar-benar membuat dada Ayu berdegup kencang.
Muka Ayu terasa memerah. Perasaan tak sabar menunggu tangan Mbah Blabar merambah buah dadanya terasa menggebu. Tanpa malu dia mendesah. Ada semacam hasrat yang mulai merambati saraf-sarafnya. Ayu terus mendesah atau terkadang merintih. Hasrat birahinya-lah yang telah membuat kehangatan tubuhnya. Bahkan sekarang mulai terasa kegerahan.
Mbah Blabar tahu bahwa suhu syahwat Ayu mulai panas dan menaik. Ini memang telah menjadi perhitungannya. Tangannya juga merasakan degup jantung pasiennya yang yang semakin keras memukul-mukul dadanya. Dan Mbah Blabar yakin pasiennya kini semakin menunggu jamahan tangannya terus bergerak. Dan memang kini saatnya tangannya memasuki wilayah yang sangat peka.
Dengan menambahi lumuran minyak zaitun di telapak tangannya dia mulai menyusupkan jari-jarinya ke bawah kutang untuk menyentuhi puting susu, tangan Mbah Blabar mulai mengoles-olesi gundukkan payudara Ayu.
Mengelus, menggosok, memilin secara bergantian dalam irama yang sangat sistematis dari tangan Mbah Blabar pada kedua payudaranya membuat hasrat birahi Ayu langsung terbakar. Kembali tanpa ragu kini dia melepaskan desahan dan rintihan nikmatnya. Posisi Mbah Blabar yang memeluki dari punggungnya juga menambah rangsangan birahinya.
Mau tak mau wajah Mbah Blabar semakin lekat di punggung Ayu. Hembusan hangat nafas Mbah Blabar pada kulit punggungnya sangat terasakan. Gairah syahwat Ayu langsung bagai kena sentuhan listrik ribuan watt. Sapuan nafas Mbah Blabar yang mengenai punggungnya itu menjadi paduan harmonis dengan elusan, gosokkan dan pilinan di buah dadanya.
"Aa.. A.. Mpuunn.. Mbaahh..' Ayu mendesah-desah dan merintih.
Jangan tanya betapa bingung Burhan menyaksikan bagaimana istrinya mendesah dan merintih macam ini. Dalam ruangan Bale Semadi yang sempit dan remang karena asap dupa ini terasa bernafas semakin sesak. Kebingungan Burhan ini tak boleh ditunjukkan. Dia ingat jin Soni yang pemarah. Namun perasaan bingung itu kini terasa menyimpang. Rasa khawatirnya bergeser.
Libido Burhan mulai terusik dan mengambil alih rasa bingung dan khawatir. Suara desah dan rintih istrinya telah mengubah bingung dan khawatirnya menjadi hasrat birahi. Dalam duduk bersila itu Burhan merasakan kemaluannya mulai mendesaki celananya. Acchh.. Macam apa pula ini? Apa yang terjadi pada diriku, demikian suara batin Burhan.
Dia melihat keringat istrinya mulai mengucur. Demikian pula Mbah Dukun. Ruangan sempit ini semakin panas oleh terbakarnya hasrat syahwat. Bergaya seakan kelelahan, tanpa sungkan dan ragu Mbah Blabar menyandarkan wajahnya ke punggung Ayu. Namun nampak mulutnya bekerja. Dia menyedoti keringat di punggung istrinya itu.
Yang lebih menambah bingung Burhan adalah saat menyaksikan istrinya Ayu menerima semuanya itu tanpa protes dan menghindar. Walaupun wajahnya terus menyeringai mengiringi desah dan rintihnya. Walaupun tubuhnya terus bergeliatan seakan menahan kepedihan seperti saat tukang urut kampung juga memijat dan mengerok tubuhnya saat masuk angin. Adakah hal itu disebabkan kepatuhannya pada dirinya yang suaminya?
"Ampun Mbahh.. Ampuunn.." demikian rintih pilu yang keluar dari mulut Ayu.
Dalam geliatnya Ayu mengeluh kepanasan dan tanpa diminta Mbah Blabar dia melepasi sendiri kutangnya sehingga kini tubuh bagian atasnya menjadi sepenuhnya telanjang. Dicampakannya kembali kutangnya ke lantai. Batin Mbah Blabar menyeringai girang. Akal bulusnya berjalan mulus.
Ke bagian 3Dari bagian 1
Tiba-tiba Burhan dihinggapi perasaan khawatir. Atau mungkin cemburu. Dia mesti melepaskan istrinya yang ayu itu berduaan dengan orang lain di kamar tertutup. Bahkan dia baru menyadari sekarang, bahwa ternyata Mbah Blabar ini masih nampak seumur dengan dirinya. Bahkan dia juga perhatikan Mbah ini nampak bersih dan roman mukanya tampan. Rupanya kumis ataupun janggutnya yang memberi kesan sepintas berusia tua. Dan kalau orang memanggilnya Mbah disebabkan oleh kebiasaan orang kampung saat berhadapan dengan 'orang pintar' atau dukun macam Mbah Blabar ini.
"Mbah, mohon saya Mbah untuk diijinkan menunggui istri saya di kamar saja. Percayalah saya tidak mengganggu Mbah Dukun saat memberikan obatnya nanti. Boleh ya mbah, saya mau ikut menunggu di kamar, Mbah," Burhan menghiba pada Mbah Dukun.
Sesudah mendengar permintaan Burhan kembali Mbah Dukun komat-kamit. Mungkin mencari jalan keluar. Beberapa saat kemudian dia bicara,
"Oo, boleh, tetapi ada syaratnya. Apabila nanti ada penampakkan atau suara apapun aden tidak boleh bereaksi. Itu adalah godaan yang harus dihadapi. Aden harus tetap tenang. Ruang Bale Semadi itu dijaga oleh jin Soni yang mampu membuat lumpuh, buta dan tuli seketika bagi siapapun yang mengusik ketenangannya," begitu Mbah Blabar memberikan uraiannya.
"Terima kasih Mbah," sahut Burhan yang justru semakin percaya dengan kesaktian Mbah Blabar dengan diperbolehkannya ikut menunggui istrinya di Bale Semadinya.
Akan halnya Ayu perasaannya semakin sebal akan sikap suaminya yang kurang menghargai keberadaan dirinya. Dia merasa sepertinya tak punya hak bicara. Dengan rasa kesal itulah dia berdiri dan berjalan menuju Bale Semadinya Mbah Blabar yang berada di balik pintu kiri ruang praktek dukunnya ini.
Sesampainya di ruang Bale Semadi Ayu membuka bungkusan yang diberikan oleh Mbah Dukun. Ditemuinya selembar sarung kotak-kotak putih dan secarik kain putih pula. Dia reka-reka bagaimana memakainya kedua potong kain ini. Kemudian dia melepasi rok dan blusnya. Sarungnya dia jadikan penutup tubuh perut ke bawah dan kain putihnya dia sampirkan ke bahunya untuk menutupi tubuh bagian atasnya. Ayu merasa tidak perlu melepaskan celana dalam dan kutangnya.
Beberapa saat kemudian Mbah Blabar membawa anglo, dupanya menyusul memasuki Bale Semadi diikuti oleh Burhan. Ruangan itu sangat sempit. Mungkin hanya sekitar 2 X 2 m2. Diruangan ini hanya nampak ada bale-bale ukuran kecil dan rendah bertikar pandan. Tak ada perabot lain. Dia letakkan anglo dupa itu di pojok kamar dan seketika aroma dupa mewarnai ruangan sempit itu.
Mbah Blabar memerintahkan Burhan untuk merapat ke dinding dan duduk bersila dilantai. Sekali lagi dia berpesan agar tidak melakukan reaksi apapun atas apa yang dia dengar dan saksikan nanti. Jangan sampai memancing kemarahan jin Soni.
Kepada Ayu Mbah Blabar untuk naik ke bale-bale dan duduk bersila. Sementara Mbah Blabar juga naik dan duduk bersila tepat dibelakang Ayu. Dia mengeluarkan sebuah botol kecil.
"Neng, ini adalah minyak zaitun yang khusus didatangkan jin Soni dari Mesir. Minyak ini akan saya oleskan pada seluruh pori-pori tubuh Neng agar tak ada satu lubang kecilpun yang mampu ditembusi segala teluh atau santet buatan manusia. Saya harap Neng tenang dan memusatkan pikiran agar segala kotoran yang memasuki tubuh Neng larut bersama minyak ini," begitulah Mbah Blabar mulai melakukan tugasnya.
Dari arah belakang punggung Ayu Mbah Blabar menuangkan sedikit minyak itu ketangannya. Kemudian dengan didahului mulutnya berkomat-kamit tangan Mbah Blabar mulai mengoleskan minyaknya ke leher dan kuduk Ayu. Dia urut-urut layaknya tukang urut yang langsung membuat Ayu menggeliatkan leher dan kepalanya mengimbangi arah urutan tangan Mbah Blabar.
Nampak Ayu mulai menikmati enaknya diurut. Mungkin perjalanan dari Jakarta sepanjang hari ini memang membuat lelah tubuh Ayu, sehingga urutan tangan Mbah Dukun ini terasa nikmatnya.
"Kalau pijatan Mbah membuat sakit Neng boleh mengaduh atau merintih agar Mbah bisa mengurangi kekuatannya," pesan tambahan Mbah Blabar yang bertolak belakang dengan wanti-wantinya kepada Burhan agar tidak mengeluarkan gaduh yang akan membuat jin Soni marah.
Dari leher dan kuduk tangan dukun itu turun ke bahunya. Dengan tetap membiarkan tali kutang tetap ditempatnya tangan-tangannya yang berusaha menggapai bagian bahunya menyingkirkan sedikit demi sedikit kain putih penutup bahu dan punggungnya. Ayu masih mengepit kain itu untuk menutupi kutang dan dadanya.
Kini tangan Mbah Dukun dengan leluasa mengoleskan minyak zaitun itu ke bahu dan punggung Ayu. Dia menyusupkan olesan tangannya ke bawah tali kutang. Olesan itu merata dan turun hingga ke pinggulnya. Tangan Mbah Dukun nampak terampil mengurut ataupun mengelus bagian-bagian tubuh Ayu. Tak luput pula sisi kanan dan kiri hingga ketiak istri Burhan ini diolesinya dengan minyak dari Mesir ini. Nampak oleh Burhan bagaimana mata Mbah Blabar nampak sangat bergairah. Mata itu nampak hendak menelan punggung istrinya.
Kemudian secara berbisik Mbah Dukun minta supaya kain penutupnya dilepas saja. Dan tanpa ba bi bu Ayu mengikuti saja perintah Mbah Blabar. Dia juga ingin agar Burhan menyaksikan sendiri betapa dia patuh dengan perintah dukun yang dipercayainya ini. Diam-diam sisa kedongkolan pada suaminya masih membekas di hatinya.
Sementara itu dari balik asap dupa Burhan mengamatinya dengan melototkan matanya. Semua yang sedang berlangsung terjadi sangat dekat dan tepat di depan matanya. Dia ingin bertanya apakah Mbah Blabar akan menjamahi seluruh tubuh istrinya untuk memoleskan minyak itu? Namun dia ingat janjinya untuk tidak bereaksi apapun pada apa yang akan dilihat maupun didengarnya. Dia juga takut apabila membuat jin Soni marah.
"Inilah hak mutlak dan kenikmatan seorang dukun," demikian kata dalam hati Mbah Blabar.
Apapun yang dia maui gampang dipenuhi oleh pasiennya. Bahkan rata-rata mereka takut akan akibat buruknya macam Burhan yang kini menyaksikan istrinya dielusi Mbah Blabar langsung di depan matanya itu.
Tangan Mbah dukun mulai menjamah iga samping dan ketiak kanan kiri Ayu. Dan nampaknya Ayu mulai merasa merinding. Kecuali tukang pijat perempuan di kampungnya selama ini tak satupun lelaki pernah menjamah tubuhnya macam ini. Dia merasakan elusan tangan Mbah Blabar dengan cepat membuat hangat tubuhnya. Terkadang jari-jarinya bermain dengan menekan dan mengelus sehingga membuat saraf-saraf pekanya terangsang.
"Naikkan lengannya Neng, biar Mbah bisa mengolesi ketiak Neng," perintahnya yang langsung dipenuhi Ayu.
Terus terang rabaan tangan Mbah Blabar ini semakin menghanyutkan sanubarinya. Tangan-tangan yang mengelus ini betapa lembutnya. Dia tak acuh dengan kemungkinan kecemburuan suaminya. Toh ini semua gara-gara kemauan Burhan. Dan dia tak pernah minta pertimbanganku, demikian sikap Ayu.
"Ahh.. Mbah.. Terus elusi aku Mbaahh.." begitu jerit hatinya.
Tetap dari arah belakang punggung Ayu kini tangan Mbah Blabar meluncur ke wilayah dadanya. Jari-jari itu menggosok atau mengelus berputar tepat di bawah gundukkan payudaranya. Terus berputar dan berpilin jari-jari itu benar-benar membuat dada Ayu berdegup kencang.
Muka Ayu terasa memerah. Perasaan tak sabar menunggu tangan Mbah Blabar merambah buah dadanya terasa menggebu. Tanpa malu dia mendesah. Ada semacam hasrat yang mulai merambati saraf-sarafnya. Ayu terus mendesah atau terkadang merintih. Hasrat birahinya-lah yang telah membuat kehangatan tubuhnya. Bahkan sekarang mulai terasa kegerahan.
Mbah Blabar tahu bahwa suhu syahwat Ayu mulai panas dan menaik. Ini memang telah menjadi perhitungannya. Tangannya juga merasakan degup jantung pasiennya yang yang semakin keras memukul-mukul dadanya. Dan Mbah Blabar yakin pasiennya kini semakin menunggu jamahan tangannya terus bergerak. Dan memang kini saatnya tangannya memasuki wilayah yang sangat peka.
Dengan menambahi lumuran minyak zaitun di telapak tangannya dia mulai menyusupkan jari-jarinya ke bawah kutang untuk menyentuhi puting susu, tangan Mbah Blabar mulai mengoles-olesi gundukkan payudara Ayu.
Mengelus, menggosok, memilin secara bergantian dalam irama yang sangat sistematis dari tangan Mbah Blabar pada kedua payudaranya membuat hasrat birahi Ayu langsung terbakar. Kembali tanpa ragu kini dia melepaskan desahan dan rintihan nikmatnya. Posisi Mbah Blabar yang memeluki dari punggungnya juga menambah rangsangan birahinya.
Mau tak mau wajah Mbah Blabar semakin lekat di punggung Ayu. Hembusan hangat nafas Mbah Blabar pada kulit punggungnya sangat terasakan. Gairah syahwat Ayu langsung bagai kena sentuhan listrik ribuan watt. Sapuan nafas Mbah Blabar yang mengenai punggungnya itu menjadi paduan harmonis dengan elusan, gosokkan dan pilinan di buah dadanya.
"Aa.. A.. Mpuunn.. Mbaahh..' Ayu mendesah-desah dan merintih.
Jangan tanya betapa bingung Burhan menyaksikan bagaimana istrinya mendesah dan merintih macam ini. Dalam ruangan Bale Semadi yang sempit dan remang karena asap dupa ini terasa bernafas semakin sesak. Kebingungan Burhan ini tak boleh ditunjukkan. Dia ingat jin Soni yang pemarah. Namun perasaan bingung itu kini terasa menyimpang. Rasa khawatirnya bergeser.
Libido Burhan mulai terusik dan mengambil alih rasa bingung dan khawatir. Suara desah dan rintih istrinya telah mengubah bingung dan khawatirnya menjadi hasrat birahi. Dalam duduk bersila itu Burhan merasakan kemaluannya mulai mendesaki celananya. Acchh.. Macam apa pula ini? Apa yang terjadi pada diriku, demikian suara batin Burhan.
Dia melihat keringat istrinya mulai mengucur. Demikian pula Mbah Dukun. Ruangan sempit ini semakin panas oleh terbakarnya hasrat syahwat. Bergaya seakan kelelahan, tanpa sungkan dan ragu Mbah Blabar menyandarkan wajahnya ke punggung Ayu. Namun nampak mulutnya bekerja. Dia menyedoti keringat di punggung istrinya itu.
Yang lebih menambah bingung Burhan adalah saat menyaksikan istrinya Ayu menerima semuanya itu tanpa protes dan menghindar. Walaupun wajahnya terus menyeringai mengiringi desah dan rintihnya. Walaupun tubuhnya terus bergeliatan seakan menahan kepedihan seperti saat tukang urut kampung juga memijat dan mengerok tubuhnya saat masuk angin. Adakah hal itu disebabkan kepatuhannya pada dirinya yang suaminya?
"Ampun Mbahh.. Ampuunn.." demikian rintih pilu yang keluar dari mulut Ayu.
Dalam geliatnya Ayu mengeluh kepanasan dan tanpa diminta Mbah Blabar dia melepasi sendiri kutangnya sehingga kini tubuh bagian atasnya menjadi sepenuhnya telanjang. Dicampakannya kembali kutangnya ke lantai. Batin Mbah Blabar menyeringai girang. Akal bulusnya berjalan mulus.
"Sabar Neng.. Nanti juga Mbah kasih obatnya.." jawaban Mbah yang terasa teduh di telinga Ayu.
Selaku dewa penolong Mbah Blabar melepaskan lipatan kakinya dan menggeser duduknya lebih mepet ke tubuh Ayu. Burhan kaget menyaksikan sepintas celana kolor hitam Mbah Blabar nampak menggunung. Dia pastikan itu kemaluan Mbah Dukun yang sudah ngaceng. Aacchh..
"Sabar ya Neng.. Mbah lagi siap-siapkan obat untuk Neng," dengan tangannya yang terus meremasi buah dada Ayu dengan bibirnya yang tak lagi lepas dari pagutan di kuduk dan bahu istri Burhan itu kini juga nampak pantatnya maju mundur. Mbah Blabar mendorong-dorongkan selangkangannya lebih lengket ke bokong Ayu.
Ayu memang telah mulai terseret dalam ayunan birahinya. Dia telah sepenuhnya untuk menjalani syarat apapun yang diminta Mbah Blabar. Dia juga ingin menunjukkan pada Burhan bahwa dia berani menerima apa yang diminta Mbah Dukun.
"Ammpuunn.. Mbahh.. Saya nggak tahan lagi nihh.." sangat iba suara Ayu.
"Yaa.. Yaa.. Neng sabarr.." kini Mbah Blabar bangkit dari tikarnya.
Dia pindah ke depan Ayu. Tidak duduk namun ngangkang tepat di muka wajah Ayu. Sambil dia mencari posisi tangannya nampak membetulkan letak celana kolornya yang gombrang atau longgar bagian bawahnya Mbah Blabar merogoh dan mengeluarkan kontolnya.
"Neng.. Sekarang saatnya Neng mengambil obatnya. Lihat nih Neng.." dia sodorkan kemaluannya yang tegak kaku dan hitam berkilatan ke wajah Ayu. Ayu yang semula setengah menutup mata kini terbelalak. Dia tidak menduga bahwa Mbah Blabar akan berbuat ini padanya. Namun kekagetannya itu langsung berubah menjadi terpesona.
Ayu menyaksikan kemaluan lelaki yang sangat menggetarkan sanubarinya. Kemaluan macam itu belum pernah terbayangkan. Mencuat ngaceng dan gede, kepalanya mengkilat dengan lubang kencingnya yang berupa sobekkan menganga yang sangat menantang. Dan karena begitu dekat dengan wajahnya aroma kemaluan Mbah Blabar juga langsung menerpa hidungnya.
"Disini Neng.. Neng Neng ambil sendiri.. Pakai mulut Neng yaa.. Nanti juga obatnya muncrat keluaarr.." jawab Mbah Dukun dengan suaranya yang bergetar.
Disodorkannya kontolnya ke bibir mungil si Ayu.
"Ayoo.. Isep-isep.. Biar cepat muncrat.. Biar cepat selesai obatnyaa.." bujuk Mbah Blabar yang tersendat-sendat karena menahan gejolak syahwatnya.
Terus terang Burhan seakan disambar petir. Melihat apa yang dilakukan Mbah Blabar dan apa yang harus dilakukan istrinya sungguh diluar pikiran dia. Dia baru paham ucapan dukun ini. Bahwa obatnya ada dalam diri Mbah Dukun dan istrinya mesti mengambil obatnya sendiri dengan mulut atas dan mulut bawahnya. Jadi macam inilah yang disyaratkan Mbah Blabar serta yang sekarang mesti dilakukan oleh Ayu dengan cara mengisep kontolnya Mbah Dukun.
Namun yang memukul Burhan lebih dahsyat lagi adalah menyaksikan istrinya Ayu yang tanpa ragu meraih kemaluan Mbah Blabar yang ukurannya sangat gede dan panjang itu. Kenapa dia berlaku seperti itu di depan matanya. Adakah dia telah diguna-guna dukun ini? Dia sama sekali nggak tahu mesti berbuat apa. Dia nggak berani bereaksi khawatir dan takut akan kemarahan jin Soni.
Memang semula Ayu terkaget saat dihadapkan pada apa yang dimaksud Mbah Dukun, mesti mengisep-isep kontol Mbah Blabar untuk mengambil obat itu dengan mulutnya. Namun setelah menyaksikan, seakan dia tersihir, kontol Mbah Blabar ini sangat mempesona. Jantungnya jadi tergetar. Matanya terpaku tak mampu melepaskan pandangannya dari kemaluan yang gede dan indah itu.
Selama usia perkawinannya yang lebih 5 tahun Ayu tak pernah turun dan menciumi apalagi mengisep-isep kemaluan Burhan suaminya. Alasan utamanya adalah perasaan jijik. Namun sekarang tiba-tiba dia dihadapkan keharusan untuk mengisep kontol lelaki lain. Namun aroma kemaluan itu ternyata telah mengusik nurani Ayu. Kini dia begitu berhasrat untuk mencium atau menjilat-jilat kemaluan yang mempesona itu.
Tetapi dia merasa berada dipersimpangan. Adakah hal ini bisa dianggap pengkhianatan tanpa ampun di mata suaminya. Dia ingin pastikan hal itu dari Burhan suaminya yang kini terseok di pojok dinding kamar sempit ini. Dia menoleh ke arahnya. Matanya bertanya.
Akhirnya pikiran dan hati Burhan pasrah. Apa yang sedang terjadi tak bisa terhindarkan lagi. Dan apa yang tengah berlangsung akan terus berlangsung. Hal ini membuat keadaan Burhan kini jadi ikut terhanyut. Malahan dia kini ingin selekasnya menyaksikan bagaimana istrinya menerima nikmat syahwat dari Mbah Blabar. Dia ingin menyaksikan bagaimana kontol Mbah Blabar dalam kuluman istrinya. Ingin menyaksikan memek Ayu istrinya itu dia aduk-aduk dan ditembusi kontol Mbah Dukun ini.
Saat Ayu menengok ke arahnya, dia tak berani menatapnya. Namun dia berusaha untuk tidak menunjukkan sikap marah atau cemburu. Burhan berharap Ayu tahu dengan sendirinya untuk meneruskan apa yang memang dia harus teruskan. Beberapa detik berikutnya mata Burhan menyaksikan tangan Ayu menjamah kemudian menggengam batangan besar dan panjang milik Mbah Blabar. Kontol itu diarahkan ke bibirnya. Ayu membuka mulutnya. Dia mulai menjilat.
"Add.. Duuhh.. Neng.. Add.. Dduuhh.. Nengg.. Jangan kaget ya Neng.. Mungkin Mbah nanti akan berteriak atau merintihh.. Karena Mbah akan kesakitan saat obat-obat Neng keluar dari tubuh Mbahh.."
Edan. Mbah Blabar ini benar-benar edan. Tipuan-tipuannya begitu saja bisa masuk akal bagi para korbannya. Dengan lidah dan mulutnya yang sibuk menjilati dan menciumi batang kontol gede itu, Ayu mengangguk-angguk mendengar desah dan racau Mbah Blabar.
Tangan Mbah Dukun mulai meraih kepala dan rambut Ayu. Dia seakan membantu dengan cara menekan-nekan kepala Ayu untuk keluar masuk memompa kontolnya ke mulutnya. Mbah Dukun juga memaju mundurkan pantatnya. Nampak celana kolor gombrangnya melambai-lambai oleh gerakan Mbah Dukun.
Tak terlampau lama. Sekitar 5 menit Ayu mengulum, kontol Mbah Blabar semakin membesar dan mengeras. Kocokkan maju mundur bokong Mbah Blabar makin cepat. Remasan rambut kepala Ayu semakin pedih terasakan. Mbah Blabar menengadah ke langit-langit sambil matanya setengah tertutup. Saraf-sarafnya seakan dijalari sejuta semut merah. Kegatalan merambati saraf-saraf pekanya. Sperma Mbah Dukun melaju menuju puncak syahwat. Ayu merasakan apa yang sedang dan akan terjadi. Dia mempercepat pompaan mulutnya. Dan akhirnya..
"Telaann.. Nnee.. Neng.. Telann.. Telan.. Minum semuanya.. Itu obatnya nengg.."
Ayu gelagapan saat pejuh hangat dan kental muncrat dai kontol Mbah Blabar. Tanpa ragu dia telan seluruh cairan yang menumpahi rongga mulutnya itu. Ayu juga melenguh.. Gelagap dan meracau. Ayu merasakan kenikmatan tak terhingga saat sperma Mbah Blabar tumpah disertai jambakkan tangan yang pedih oleh Mbah Dukun pada kulit kepalanya.
Sementara di sudut dinding sana ternyata Burhan juga nampak langsung rubuh ke lantai. Dia melototi saat menyaksikan mulut istrinya yang penuh terjejali kontol Mbah Dukun. Hasrat seksualnya langsung menggelegak tanpa mampu menahannya. Dia cepat keluarkan kemaluannya dan melkuakn masturbasi. Bersamaan dengan muncratnya sperma Mbah Blabar di mulut Ayu, muncrat pula sperma Burhan mengotori lantai Bale Semadi. Dalam tergolek di lanati Burhan mengerang nikmat..
Keadaan ruang sempit itu sesaat hening. Yang masih bergerak hanyalah kepulan asap dupa. Yang kemudian terasa masuk ke pendengaran berikutnya adalah suara-suara kodok atau jengkerik di kebon yang berbatas dinding bambu Bale Semadi itu. Juga terdengar sekali dua geremang dan geseran kursi atau beradunya cangkir kopi di ruang tamu dimana pasien Mbah Blabar masih banyak yang menunggu.
Beberapa menit berlalu, Mbah Dukun nampak menggeliat bangkit dari tikar diikuti Ayu. Jelas keduanya masih dikuasai nafsu penasaran. Kenikmatan yang diteguknya beberapa menit yang lalu merupakan sarana perdana untuk kenikmatan pada menit-menit berikutnya. Kini Mbah Dukun memandang tajam ke Ayu,
"Sarat-sarat pengobatan Neng belum seluruhnya dipenuhi. Coba Neng rebahan telentang di tikar pandan ini.. Mbah harus membersihkan kotoran yang tertinggal di tubuh Neng"
Sesudah mengelap ceceran sperma lengket dari Mbah Dukun yang tertinggal di pipi, dagu dan sebagian lain tercecer di dadanya Ayu kembali mengikuti bimbingan Mbah Blabar. Situasi diri Ayu masih dalam keadaan hasrat syahwat tinggi yang menggelegak. Dia masih menanggung gejolak birahi yang harus dituntaskan. Dan kini dia telah telentang berbaring di tikar pandan itu. Nampak buah dadanya yang membusung nampak ranum dan getas. Puting susunya yang sebesar pucuk jari kelingking kemerahan menantang ke langit-langit Bale Semadi itu. Mbah Dukun tahu persis, ini adalah puting susu perempuan yang belum pernah menyusui.
Dengan tenaga dan staminanya yang seakan tak pernah kendor mata Mbah Dukun nampak meliar. Jakunnya naik turun. Dia siap mengenyoti payudara itu. Rasanya puting kemerahan itu akan membuat Ayu bergelinjangan saat kena kenyotan bibirnya nanti. Wajahnya merunduk mendekat ke dada Ayu.
"Sabar ya Neng.. Mbah biar bikin bersih dulu sebelum nanti Neng mendapatkan obat dari Mbah. Mbah akan sedot kotorannya"
Dan dijulurkannya lidahnya. Mbah Blabar mulai menyapu gundukkan payudara yang mulus bagai pualam china itu. Ayu menjerit kecil. Kenikmatan surgawai langsung menyergap sanubarinya. Tangannya mencengkeram tepian bale-bale menahan gereget dari hasratnya yang menggelegak. Sapuan lidah Mbah Dukun ini langsung mengobarkan nafsu birahinya. Tubuhnya menggeliat. Jeritannya memenuhi ruang sempit berasap dupa ini.
Burhan yang mengikuti apa yang berlangsung sejak tadi kembali terpukau. Nampaknya istrinya sedang meretas jalan birahinya kembali. Dia tahu jeritan macam itu adalah jeritan Ayu saat dilanda nikmat yang tak bertara. Burhan yakin bahwa sapuan lidah Mbah Blabar memang sangat akan membuat istrinya kelojotan. Jeritan istrinya serasa langsung membangunkan hasrat syahwatnya kembali. Kembali tangannya mengelusi kemaluannya.
Memang kontolnya ini tak sehebat kontol Mbah Blabar, namun Burhan ingat betapa istrinya juga kelojotan menganggung nikmat saat malam pertama perkawinannya dulu. Dielusinya kemaluannya sambil khayalnya terbang mengikuti matanya yang melotot mengawasi ulah Mbah Dukun bersama istrinya itu.
Rupanya Mbah Blabar tak hanya mencium, menjilat dan mengeyoti payudara Ayu. Kini wajahnya terlihat melata ke bawah. Perut dan puser Ayu menjadi sasaran rambahan ciuman Mbah Blabar.
Dan Ayu kini bukan lagi hanya meremasi tepian bale-bale tetapi sudah menjamah kepala Mbah Dukun dan meremasi rambutnya. Dan bukan itu saja, direnggutnya sarung penutup tubuh bawahnya berikut sekaligus celana dalamnya dan kembali dilemparkannya ke lantai.
Tepat di depan hidung suaminya Ayu kini benar-benar telanjang dalam dekapan Mbah Dukun tanpa secuil benangpun pada tubuhnya. Dan dengan desahan yang bertubi nampaknya tangannya itu mendorong agar rambahan bibir Mbah Blabar turun lagi menuju ke bukit dan lembah kemaluannya. Dia tekan kepala Mbah Dukun untuk menjilati jembutnya. Dia desakkan wajah Mbah Dukun agar menciumi dan menjilat-jilat vaginanya.
Diangkat-angkatnya pantatnya seakan hendak menjemput jilatan Mbah Blabar. Dia sorong-sorongkan kemaluannya dan tekan ke wajah Mbah Dukun ini. Ayu telah sepenuhnya dikuasai nafsu birahinya. Dia tak lagi pertimbangkan adanya Burhan suaminya. Kalau toh sesekali terlintas dia hanya kembalikan bahwa semua ini terjadi karena keinginan Burhan sendiri.
Tentu saja nafsu Ayu ini menjadi puncak kenikmatan syahwat Mbah Blabar. Di turuti dorongan tangannya untuk menjilati kemaluan istri Burhan ini. Dan saat bibirnya menyentuh bibir vagina Ayu tak ditunda lagi, Mbah Dukun langsung menyedot-sedot vagina Ayu. Dia rasakan becek yang deras membasahi gerbang memek perempuan ayu ini. Ditengah pedihnya jambakan rambut Ayu dengan sepenuh kerakusannya Mbah Blabar menjilati-jilat hingga kering cairan birahi Ayu.
"Ammpuunn.. Mbahh.. Enak bangeett.. Terusi ya Mbaahh..." rintih iba Ayu.
Dan kini Mbah Blabar kembali dengan perintahnya. Dia bangkit merangkaki tubuh Ayu. Naik hingga wajahnya berhadapan dengan wajah istri Burhan itu,
"Kini saatnya bibir bawahmu mengambil obat dari tubuhku. Aku akan memberikan bimbingan dan petunjuk"
Selepas ucapan itu Mbah Dukun meraih paha Ayu dan dengan pasti merenggangkannya. Dielusinya vagina Ayu. Dicelupkannya jari telunjuk serta jari tengahnya ke liang vagina itu kemudian ditariknya. Nampak lumuran getah birahi terbawa ke jari-jari itu. Mbah Dukun membawanya ke mulutnya untuk dikemot dan diisep-isepnya,
"Lihat, Neng Ayu sudah suci sekarang. Semua kotoran telah lepas dari tubuh Neng. Ayo.. Ambillah obat itu.." kata terakhir ini disertai gerakannya yang mendekatkan dan mendorong kontolnya ke liang vagina Ayu. Kontol itu pelan tetapi pasti dia tekan untuk menembusinya.
Ayu yang memang sudah sangat mendambakan nikmat syahwati tak ayal lagi. Dijemputnya kontol Mbah Blabar. Pantatnya menaik dan tangannya menepatkan arahnya. Kontol itu langsung blezz.. Tertelan masuk ke dalam memek ayu yang telah licin oleh cairan vaginanya yang membanjir. Kontol yang begitu gede dan panjang nampak menyusup pelan mengisi dinding-dinding peka vagina Ayu. Terdengar jerit kecil Ayu dan dengus liar Mbah Dukun. Kedua orang yang satu pelukan itu menemukan kenikmatannya masing-masing.
Sementara itu Burhan terus mengelusi kontolnya sendiri sambil khayalnya membubung tinggi. Dia merasakan betapa nikmat Ayu ditembusi kontol segede itu. Dan dia juga merasakan betapa Mbah Dukun kontolnya tercengkeram ketat oleh kemaluan istrinya. Burhan semakin mempercepat kocokkan kontolnya. Dia ingin meraih nikmat bersama istrinya yang sedang dientot Mbah Blabar.
Kini yang terlihat adalah Mbah Dukun mengayun-ayunkan bokongnya naik turun dan Ayu menggoyang-goyangkan pantatnya. Burhan menyaksikan betapa kontol gede Mbah Dukun ditelan lahap oleh vagina istrinya. Dia saksikan bibir vagina Ayu yang termonyong-monyong keluar masuk karena mesti menampung batangan besar yang menyarat di vaginanya.
Akhirnya Mbah Dukun meracau,
"Enak Neng.. Enaakk?? Enak mana sama punya suami Nengg..?? Enak manaa..??" racaunya itu nyata terdengar oleh kuping Burhan. Namun Burhan sendiri sudah abai. Dia telah menemukan identitasnya sendiri. Bagi Burhan adalah 'kenikmatanmu adalah kenikmatanku juga'.
Dan tiba-tiba Mbah Blabar membalikkan tubuhnya,
"Sekarang Neng.. Sekarangg..!! Neng yang harus mengambilnya sendiri. Sekarang nengg..!!"
Tanpa melepaskan kontolnya dari cengkeraman vagina Ayu dia angkat istri Burhan itu untuk menindih tubuhnya. Kemudian diajarkannya sesaat bagaimana Ayu mesti mengayun-ayunkan pantatnya agar vaginanya bisa menjemput sendiri obatnya dari lubang kontolnya.
Ayu memang cepat belajar. Apa yang diperintahkan Mbah Dukun langsung dia laksanakan. Dia kini berada diatas tubuh Mbah Blabar dengan vaginanya yang tetap mencengkeram kontol dukun itu. Dan rasa gatal pada dinding-dinding vaginanya yang hinggap demikian hebatnya mau tidak mau Ayu mesti mengayun untuk menggosokkan rasa gatal itu. Bahkan bukan hanya itu. Untuk menyalurkan semua hasrat birahinya yang berlimpah bibir ayu dengan cepat memaguti bibir Mbah Blabar. Keduanya benar-benar tenggelam dalam kobaran semangat syahwati.
Dan Burhan seakan diberikan penampakkan yang sama sekali belum pernah diketaui dan di alaminya. Dia kini menyaksikan bahwa lubang memek istrinya yang sempit itu ternyata mampu menampung batangan gede panjang milik Mbah Blabar. Setengahnya bertanya, kemana kontol itu ditelan.
Dan yang lebih mempesonakan birahi Burhan adalah saat kontol itu keluar masu dijemputi memek istrinya. Batangnya berkilatan oleh basah lendir birahi keduanya. Dan bibir vagina Ayu yang setiap dorong dan tarik memperlihatkan betapa sesaknya dengan pinggirannya setiap kali terbawa masuk dan keluar pula. Pemandangan itu membuat Burhan mendapatkan ejakulasinya lebih cepat. Sperma Burhan muncrat-muncrat dan kembali mengotori lantai Bale Semadi yang sempit itu.
Dan Mbah Blabar bersama Ayu terus meracau tentang nikmatnya kontol gede serta memek yang legit hingga puncak nikmat mereka mendekat. Saat Ayu didekati orgasmenya dia peluk erat punggung Mbah Blabar. Dia cengkeramkan kukunya hingga menembusi daging punggung itu. Dia mencakar sambil berteriak histeris,
"Mbbaahh.. Kontol Mbah enaakk buangeett.. Mbaahh.."
Tak ayal pula punggung Mbah Blabar langsung menanggung cakaran dan terluka. Goresan merah darah merembesi punggung dukun tampan itu. Namun sakitnya itu langsung terobati. Jepitan legit memek Ayu membuat Mbah Blabar memuncratkan kembali air maninya yang berlimpah. Ejakulasi yang kedua Mbah Blabar memberikan nikmat yang tak terperikan.
Pengobatan Mbah Blabar pada Ayu selesai tepat 2 jam sejak diawalinya pada jam 9 malam tadi. Kini, sesudah Ayu membersihkan tubuhnya dengan mandi air kembang yang disediakan asisten Mbah Dukun, di ruang kerjanya Mbah Blabar memberikan nasehat kepada pasangan suami istri itu,
"Aden dan Neng, jangan lupa nanti malam sepulang dari sini, Aden harus langsung tidur sebagaimana suami istri. Usahakan setidaknya selama 3 hari beturur-turut. Mudah-mudahan atas bantuan jin Soni dan leluhur Mbah, cucuku akan selekasnya diberi anak," begitulah pesan singkat Mbah Blabar.
Sebelum Burhan menanyakan Mbah Blabar sudah mendahului,
"Soal ongkos, sementara Aden dan Neng jangan pikirkan dulu. Nanti kalau berhasil boleh Aden dan Neng kembali kemari sebagai kaul akan keberhasilannya itu"
Burhan menjadi semakin kagum akan Mbah Dukun ini. Sudah menolong, tetapi nggak mau dibayar, begitu pikirnya.
Sementara pikiran Ayu, "Apakah cukup dengan sekali berobat, Mbah??". Namun itu pikiran yang tak terucapkan.
Sembilam bulan lebih sepuluh hari sesudah peristiwa itu Ayu melahirkan anak lelaki yang sangat tampan. Burhan merasa puas walaupun anaknya tidak begitu mirip dengannya. Sebagai ayah dia telah membuktikan bahwa mampu memperpanjang darah dan keturunannya.
Mertua Ayu juga langsung menyayangi Ayu dengan sepenuh hati. Sebagai menantu dia mendapatkan kemanjaan sebagaimana anaknya sendiri.
Adapun Ayu masih penasaran dan selalu terngiang akan pesan Mbah Blabar, "Nanti kalau berhasil boleh Aden dan Neng kembali kemari.."
Ayu ingin punya anak lagi. Dan yakin Mbah Blabar pasti mau menolongnya lagi.
Burhan menyalahkan istrinya. Dia bilang bahwa Ayu, istrinya, mandul.
Begitulah pada umumnya para suami.
Tanpa melihat kemungkinan yang cacad adalah dirinya dia menjatuhkan vonis pada istrinya.
Bahkan akhirnya orang tua Burhanpun mulai ikut campur. Mereka bilang kalau perkawinan tidak memberikan keturunan sebaiknya para suami istri lebih memikirkan masa depannya. Ningsih tahu yang dimaksud mertuanya. Dia harus rela apabila suatu saat suaminya mencari perempuan lain sebagai penggantinya demi keturunan.
Tentu saja ini sangat menyakitkan hatinya. Apalagi nampaknya suaminya lebih mendengarkan omongan orang tuanya dari pada berunding mencari jalan keluar dengan dirinya sebagai istrinya. Memang Burhan merupakan 'anak mama' yang sedikit-sedikit mengadu pada mamanya apabila dia menemuai masalah dalam rumah tangganya. Itulah kelemahan utama Burhan.
Namun sesungguhnya Burhan benar-benar mencintai istrinya. Baginya Ayu adalah belahan jiwanya. Dia selalu ingat bagaimana dulu semasa sekolah selalu mencari perhatian untuk menarik hati Ayu. Dia tahu persis bahwa Ayu adalah gadis yang paling diperebutkan para pemuda di kota kecilnya Ngawi. Sebagai pemain basket andalan sekolahnya Ayu yang berperawakan jangkung dengan kulitnya yang kuning langsat sungguh menjadi bintang kota Ngawi. Bukan hanya para pemuda seusianya, para gurupun banyak yang jatuh hati padanya.
Begitulah, sesudah berobat ke sana sini tak memberikan hasil nyata, pada suatu hari Burhan pulang membawa informasi bahwa ada dukun yang kondang di Tasik yang bisa menyembuhkan kemandulan seseorang. Katanya telah ratusan orang tertolong olehnya dan bisa mendapatkan anak. Dengan penuh antusias Burhan mengajak istrinya untuk mencoba minta pertolongan Mbah Blabar sang dukun itu.
Sesungguhnya Ayu tak pernah percaya dukun-dukun macam itu. Namun untuk menyenangkan suaminya dia tidak menolak keinginannya. Yaa.. Hitung-hitung jalan-jalan ke luar kotalah.
Pada hari yang ditetapkan dengan mobilnya mereka meluncur dari rumahnya yang di Jakarta menuju ke desa Blabar, Tasikmalaya. Rupanya mbah Dukun itu dipanggil sebagai mbah Blabar karena tinggalnya di desa Blabar. Rencananya mereka akan menginap di Tasik barang 2 atau 3 hari.
Sekitar jam 5 sore mereka telah sampai ke alamat yang dituju. Saat memasuki pekarangan Mbah Blabar nampak para pasien sudah cukup banyak yang antre menunggu giliran. Sesudah mendaftar dengan cara yang sederhana Burhan menerima nomer urut 16. Melihat antrean yang cukup panjang diperkirakan nomer itu baru akan dipanggil nanti sekitar jam 9 malam.
Desa Blabar berada di pinggiran kota Tasikmalaya. Mbah Blabar cukup dikenal oleh orang Tasik. Para tetangganya memanfaatkan popularitas Mbah Blabar dengan membuka warung dan bahkan juga penginapan. Sementara menunggu hingga tiba gilirannya Burhan dan Ayu istirahat, mandi, makan dan minum di salah satu penginapan sekaligus warung yang tersedia.
Dari omongan para pasien dan tetangga, Burhan mendengar bahwa Mbah Blabar adalah dukun yang sakti yang tidak perlu diragukan mujarabnya. Boleh dikata setiap orang yang beroleh pertolongan dari Mbah Blabar tak ada yang kecewa. Burhan semakin mantab dan senang mendengar itu semua. Dan dia berusaha agar istrinya percaya dan tak usah khawatir.
Akan halnya Ayu, sejak awal dia tak akan percaya dengan itu semua. Dia anggap hanyalah omong kosong. Namun sikapnya tidak ditampakkan pada Burhan suaminya. Dan dia nampak selalu senang dan cerah karena baginya perjalanan dan nginep di luar kota ini dia pandang sebagai rekreasi.
Sesudah istirahat, makan, minum dan mandi Ayu memerlukan sedikit dandan sebelum ketemu Mbah Dukun. Kini istri Burhan ini telah menampakkan keayuannya. Dengan usianya yang menginjak 28 tahun membuat kecantikan Ayu semakin memiliki daya pikat seksual bagi siapapun lelaki yang memandanginya.
Dengan pakaiannya yang tak terlampau berlebihan membuat Ayu semakin cantik dan mempesona. Dan itu bisa dirasakan saat pasangan ini memasuki kembali pekarangan Mbah Blabar. Para pasien nampak memandang terpesona keayuan Ayu. Mereka pasti berpikir bahwa Ayu yang datang dari Jakarta ini mungkin mau minta 'susuk awet ayu' dari Mbah Dukun.
Beberapa menit sebelum jam 9 petugas memanggil no. Urut 16. Burhan berdiri dan menggandeng istrinya. Dengan diantar oleh asistennya mereka menghadap langsung ke Mbah Blabar.
Begitu memasuki ruangan hidung mereka diterpa aroma dupa. Dalam keremangan asap dupa di tengah ruangan itu yang beralaskan tikar dan karpet nampak duduk bersila seorang tua yang berpakaian sepuh serba kehitaman. Di depannya nampak anglo dupa yang berkepul. Juga tersaji kembang setaman yang direndam dalam baskom. Beberapa pernik-pernik lain, nampaknya jimat-jimat, memenuhi tikar pandan yang tergelar didepannya.
Dengan berjalan merunduk penuh takzim Burhan dan Ayu dituntun si asisten mendekat ke depan Mbah Blabar dan dipersilakan duduk menanti. Rupanya Mbah Blabar dengan matanya yang tertutup sedang semadi. Di pangkuannya nampak ada sebilah keris bersarung. Tangannya memegang gagang keris itu sambil mulutnya berkomat-kamit.
Masih dalam keadaan mata tertutup Mbah Blabar mengeluarkan omongan. Dia bertanya,
"Selamat datang cucu-cucuku. Aku tahu kalian sedang dalam kesusahan. Apa yang akan kamu minta dariku," dengan gaya kakek-kakek ngomong gemetar.
Burhan melirik kepada istrinya, matanya seakan menyuruh istrinya bicara. Namun Ayu menolak sehingga Burhanlah yang menjawab pertanyaan Mbah Blabar.
"Begini Mbah, saya sama istri saya mau minta pertolongan. Kami ingin punya anak. Sesudah 5 tahun lebih kami menikah belum juga dikaruniai momongan. Kami ingin sekali punya momongan, mbah,"
Sementara suaminya ngomong Ayu memperhatikan dengan seksama sosok Mbah Blabar. Oohh.. Ternyata yang namanya Mbah Blabar ini bukan orang tua sesungguhnya. Memang dia berkumis dan berjanggut layaknya mbah-mbah, namun jelas nampak raut mukanya yang mulus tanpa kerut menunjukkan usia Mbah Dukun ini belum lebih dari 40 tahun. Dan lebih-lebih lagi, walaupun secara keseluruhan nampak angker namun raut wajah Mbah Blabar ini sangat bersih dan tampan. Ayu membayangkan seandainya dukun ini mencukur kumis dan jambangnya serta mengganti pakaiannya dengan stelan jas dan dasi pasti tak akan kalah dengan tampilan angota MPR/DPR di Senayan itu.
Mendengar omongan Burhan seketika mata Mbah Blabar cerah terbuka.
"Ah, ada makanan datang," kata hati Mbah Blabar, "Orang pengin punya anak, aku akan kasih anak. Pasti," begitu yakin dan girang hatinya.
Dia melihati pasangan suami istri itu. Dia perhatikan Burhan dan sesaat kemudian pindah pandangannya pada Ayu. Selanjutnya Mbah Blabar mencurahkan perhatiannya pada Ayu. Dia kaget banget. Betapa ayu tamunya kali ini. Kulitnya yang kuning, anak rambutnya yang sangat alami jatuh di dahinya, bibirnya yang ranum dan lebih-lebih lagi buah dada Ayu yang nampak getas menggunung. Semuanya itu membuat Mbah Blabar hampir lupa diri. Tanpa ragu dia nyeletuk,
"Oohh.. Kamu bocah ayyuu.. Kepingin punya anak yaa..? Gampang.. Mbah bisa langsung berikan. Namun syaratnya berat. Apakah kamu sanggup memenuhi sarat itu, heehh??" suaranya semakin bergetar.
"Apapun saratnya Mbah, kami akan penuhi asalkan memang kami bisa punya anak," Burhan yang gembira mendengar ucapan Mbah Blabar sudah langsung mengiyakan sarat yang diminta Mbah Blabar tanpa berunding dulu dengan Ayu.
Kini Mbah Blabar beralih pandangannya ke Burhan suaminya..
"Benar den? Aden rela memberikan syarat-syarat itu?', tanyanya ragu.
Mata Mbah Blabar memandang tajam menusuk mata Burhan. Dengan sedikit gugup Burhan balik bertanya,
"Apapun yang mbah minta mudah-mudahan kami bisa penuhi"
"Bagaimana Neng? Neng rela memberikan syarat itu?" kini mata Mbah Blabar kembali menatapi Ayu.
Sepintas nampak pandangan Mbah Dukun ini menyapu cepat keseluruhan sosok Ayu. Kali ini dia sempat terpaku pada bentuk betis dan tumit Ayu yang.. Uuhh.. Indah banget sseehh..
Apabila dicermati orang akan melihat pandangan Mbah Blabar itu lebih merupakan pandangan lelaki yang terpesona pada ke-ayuan seorang perempuan. Mbah Blabar memang sedang terpesona istri Burhan ini. Nampak matanya membara penuh hasrat birahi. Dan pandangannya itu tertangkap sekilas oleh mata Ayu.
Pandangan mata Mbah Blabar itu menggetarkan hatinya. Mata Mbah Blabar itu terasa sangat membara. Dia sering mengalami pandangan macam itu. Pandangan yang biasanya dilepaskan oleh lelaki yang sedang tergoda hasrat seksualnya.
"Terserah Mas Burhanlah," Ayu asal jawab sambil melirik ke Burhan suaminya.
Kemudian Mbah Blabar minta pada Burhan dan Ayu untuk menunggu sejenak. Dia perlu melakukan meditasi untuk bisa memenuhi harapan dan permintaan pasangan suami istri ini. Diambilnya bungkusan dupa dan dibesarkan api anglonya. Dia tebarkan dupa itu hingga asapnya berkepul memenuhi ruangan sempitnya. Mulutnya terus berkomat kamit tanpa jelas omongannya. Tangannya setiap kali mengangkat kerisnya tinggi tinggi.
Waktu semadi Mbah Blabar terasa sangat lama bagi Burhan. Dia melihat jam tangannya. Mbah Blabar bersemadi telah hampir 15 menit. Sementara Ayu yang juga mengawasi ulah Mbah Blabar. Dia semakin heran dan kagum. Dia yakin banget dengan apa yang dilakukannya. Dia sangat kagum dengan corak lelaki macam itu. Bukannya lelaki macam Burhan yang tak punya pendirian dan mudah dipengaruhi orang lain termasuk orang tuanya.
Akhirnya asap dupa itu habis dan menghilang bersamaan selesainya semadi Mbah Blabar. Nampak Burhan sudah tak sabar mendengarkan syarat apa yang harus dia penuhi agar istrinya bisa melahirkan anak.
"Begini cucu-cucuku. Barusan Mbah sudah diberi petunjuk tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi agar cucuku cepat punya momongan. Coba cucuku dengerin bersama," Mbah dukun mencoban membetulkan duduknya dan meminta agar Burhan dan Ayu mendekat. Mbah Blabar akan menyampaikan permintaannya dengan berbisik.
"Menurut petunjuk yang Mbah terima tadi, cucuku yang ayu ini telah dibuat oleh seseorang dengan tujuan agar tidak mempunyai anak. Mungkin ada seseorang yang pernah dikecewakan yang ingin balas dendam. Benarkah itu cucuku?" Mbah Blabar bertanya kepada Burhan dan Ayu.
Pasangan suami istri itu saling pandang. Burhan mencoba mengingat-ingat. Adakah diantara pesaingnya dulu saat memperebutkan Ayu? Mungkinkah itu si Jono, atau Sungkar atau Beno ataukah si Karma? Ah.. Siapa lagi..? Sementara Ayu hanya berpikir dan tersenyum dalam hati. Di matanya Mbah Blabar ini hanyalah mengada-ada. Dia mulai merasakan bahwa ada yang nggak beres dari cara Mbah Blabar memandanginya. Sebagai perempuan ayu yang selalu menampilkan pesona seksual, Ayu sangat paham akan pandangan mata macam itu. Namun dia tak hendak menuduh seseorang sekedar dari pandangannya sendiri yang tak bisa dibuktikan.
"Lantas apa yang mesti kami lakukan Mbah?" tanya Burhan tak sabar.
"Obatnya itu gampang karena semua telah Mbah dapatkan saat semadi tadi. Kini obat itu ada dalam diri Mbah. Kamu Neng ayu, harus mengambilnya sendiri dari tubuhku,"
"Maksud Mbah?" hampir berbarengan Burhan dan Ayu bertanya balik ke Mbah Blabar.
"Obatnya harus diambil 2 kali. Pertama harus diambil melalui mulut atas dan yang kedua diambil melalui mulut bawah. Sebelumnya Mbah nanti akan menyiapkan diri Neng dengan cara mengurut bagian-bagian terpenting agar pada saatnya benar-benar siap menerima obat yang akan Mbah berikan itu," Mbah Dukun menyampaikan kata terakhirnya ini sambil memandang tajam wajah Burhan maupun Ayu.
"Maksud Mbah?" kembali hampir berbarengan Burhan dan Ayu bertanya balik ke Mbah Blabar.
"Yaa begitu saja petunjuk yang Mbah terima. Kalau cucu-cucuku nggak keberatan sekarang inilah waktunya yang terbaik. Ini khan kebetulan malam Jumat Kliwon, malam yang sangat manjur untuk mengusir segala macam jejadian termasuk santet, sihir dan sebagainya," Mbah Dukun menutup pembicaraannya sambil langsung menutup mata kembali dengan mulutnya yang berkomat-kamit. Rupanya Ayu telah benar-benar hasrat birahi membuat Mbah Dukun tak sabar.
Tanpa mengkaji dengan cermat sarat yang disampaikan Mbah Blabar rupanya Burhan sudah kebelet dengan pilihan dan keputusannya. Dia akan menuruti saja keinginan Mbah Dukun. Dalam hal ini Ayu mesti mengikuti keputusannya. Sementara Mbah Dukun masih komat-kamit Burhan langsung saja nyeletuk.
"Iya deh, Mbah. Saya setuju sarat yang disampaikan Mbak Dukun," sambil melirik ke istrinya yang nampak kaget dengan keputusan suaminya yang tidak menanyakan dulu padanya.
Ayu sangat jengkel akan sikap Burhan suaminya itu. Adakah dia tahu yang dimaksud Mbah Dukun? Artinya dia telah rela menyerahkan dirinya untuk menggunakan mulut dan memeknya untuk memenuhi syaratnya?
Namun Ayu tak bisa menarik lagi apa yang telah dicanangkan suaminya. Dia kini memperhatikan wajah Mbah Blabar yang nampak langsung kembali melek dan bersinar-sinar penuh gairah di wajahnya. Nampak jakunnya naik turun menahan air liurnya saat membayangkan sesaat lagi akan menikmati tubuh Ayu yang penuh pesona ini.
Mbah Blabar mengarahkan pandangannya ke Ayu. Dia menatapnya bagai serigala yang siap melahap mangsanya. Dia angkat sedikit alisnya saat matanya tertumbuk dengan mata Ayu. Kemudian tangan kanannya bergerak meraih sebuah keranjang rotan di kanannya. Mbah Blabar mengambil sebuah bungkusan sedang besarnya dan diberikan kepada Ayu.
"Neng, ambillah pakaian suci ini dan pakailah. Masuklah ke Bale Semadiku di kamar sebelah ini menunggu saya menyiapkan sarana lainnya. Sementara aden saya persilakan menunggu di luar? Mungkin upacara pengobatan ini akan memakan waktu sekitar 2 jam, begitulah," itulah langkah lanjutan dari Mbah Blabar.
Tiba-tiba Burhan dihinggapi perasaan khawatir. Atau mungkin cemburu. Dia mesti melepaskan istrinya yang ayu itu berduaan dengan orang lain di kamar tertutup. Bahkan dia baru menyadari sekarang, bahwa ternyata Mbah Blabar ini masih nampak seumur dengan dirinya. Bahkan dia juga perhatikan Mbah ini nampak bersih dan roman mukanya tampan. Rupanya kumis ataupun janggutnya yang memberi kesan sepintas berusia tua. Dan kalau orang memanggilnya Mbah disebabkan oleh kebiasaan orang kampung saat berhadapan dengan 'orang pintar' atau dukun macam Mbah Blabar ini.
"Mbah, mohon saya Mbah untuk diijinkan menunggui istri saya di kamar saja. Percayalah saya tidak mengganggu Mbah Dukun saat memberikan obatnya nanti. Boleh ya mbah, saya mau ikut menunggu di kamar, Mbah," Burhan menghiba pada Mbah Dukun.
Sesudah mendengar permintaan Burhan kembali Mbah Dukun komat-kamit. Mungkin mencari jalan keluar. Beberapa saat kemudian dia bicara,
"Oo, boleh, tetapi ada syaratnya. Apabila nanti ada penampakkan atau suara apapun aden tidak boleh bereaksi. Itu adalah godaan yang harus dihadapi. Aden harus tetap tenang. Ruang Bale Semadi itu dijaga oleh jin Soni yang mampu membuat lumpuh, buta dan tuli seketika bagi siapapun yang mengusik ketenangannya," begitu Mbah Blabar memberikan uraiannya.
"Terima kasih Mbah," sahut Burhan yang justru semakin percaya dengan kesaktian Mbah Blabar dengan diperbolehkannya ikut menunggui istrinya di Bale Semadinya.
Akan halnya Ayu perasaannya semakin sebal akan sikap suaminya yang kurang menghargai keberadaan dirinya. Dia merasa sepertinya tak punya hak bicara. Dengan rasa kesal itulah dia berdiri dan berjalan menuju Bale Semadinya Mbah Blabar yang berada di balik pintu kiri ruang praktek dukunnya ini.
Sesampainya di ruang Bale Semadi Ayu membuka bungkusan yang diberikan oleh Mbah Dukun. Ditemuinya selembar sarung kotak-kotak putih dan secarik kain putih pula. Dia reka-reka bagaimana memakainya kedua potong kain ini. Kemudian dia melepasi rok dan blusnya. Sarungnya dia jadikan penutup tubuh perut ke bawah dan kain putihnya dia sampirkan ke bahunya untuk menutupi tubuh bagian atasnya. Ayu merasa tidak perlu melepaskan celana dalam dan kutangnya.
Beberapa saat kemudian Mbah Blabar membawa anglo, dupanya menyusul memasuki Bale Semadi diikuti oleh Burhan. Ruangan itu sangat sempit. Mungkin hanya sekitar 2 X 2 m2. Diruangan ini hanya nampak ada bale-bale ukuran kecil dan rendah bertikar pandan. Tak ada perabot lain. Dia letakkan anglo dupa itu di pojok kamar dan seketika aroma dupa mewarnai ruangan sempit itu.
Mbah Blabar memerintahkan Burhan untuk merapat ke dinding dan duduk bersila dilantai. Sekali lagi dia berpesan agar tidak melakukan reaksi apapun atas apa yang dia dengar dan saksikan nanti. Jangan sampai memancing kemarahan jin Soni.
Kepada Ayu Mbah Blabar untuk naik ke bale-bale dan duduk bersila. Sementara Mbah Blabar juga naik dan duduk bersila tepat dibelakang Ayu. Dia mengeluarkan sebuah botol kecil.
"Neng, ini adalah minyak zaitun yang khusus didatangkan jin Soni dari Mesir. Minyak ini akan saya oleskan pada seluruh pori-pori tubuh Neng agar tak ada satu lubang kecilpun yang mampu ditembusi segala teluh atau santet buatan manusia. Saya harap Neng tenang dan memusatkan pikiran agar segala kotoran yang memasuki tubuh Neng larut bersama minyak ini," begitulah Mbah Blabar mulai melakukan tugasnya.
Dari arah belakang punggung Ayu Mbah Blabar menuangkan sedikit minyak itu ketangannya. Kemudian dengan didahului mulutnya berkomat-kamit tangan Mbah Blabar mulai mengoleskan minyaknya ke leher dan kuduk Ayu. Dia urut-urut layaknya tukang urut yang langsung membuat Ayu menggeliatkan leher dan kepalanya mengimbangi arah urutan tangan Mbah Blabar.
Nampak Ayu mulai menikmati enaknya diurut. Mungkin perjalanan dari Jakarta sepanjang hari ini memang membuat lelah tubuh Ayu, sehingga urutan tangan Mbah Dukun ini terasa nikmatnya.
"Kalau pijatan Mbah membuat sakit Neng boleh mengaduh atau merintih agar Mbah bisa mengurangi kekuatannya," pesan tambahan Mbah Blabar yang bertolak belakang dengan wanti-wantinya kepada Burhan agar tidak mengeluarkan gaduh yang akan membuat jin Soni marah.
Dari leher dan kuduk tangan dukun itu turun ke bahunya. Dengan tetap membiarkan tali kutang tetap ditempatnya tangan-tangannya yang berusaha menggapai bagian bahunya menyingkirkan sedikit demi sedikit kain putih penutup bahu dan punggungnya. Ayu masih mengepit kain itu untuk menutupi kutang dan dadanya.
Kini tangan Mbah Dukun dengan leluasa mengoleskan minyak zaitun itu ke bahu dan punggung Ayu. Dia menyusupkan olesan tangannya ke bawah tali kutang. Olesan itu merata dan turun hingga ke pinggulnya. Tangan Mbah Dukun nampak terampil mengurut ataupun mengelus bagian-bagian tubuh Ayu. Tak luput pula sisi kanan dan kiri hingga ketiak istri Burhan ini diolesinya dengan minyak dari Mesir ini. Nampak oleh Burhan bagaimana mata Mbah Blabar nampak sangat bergairah. Mata itu nampak hendak menelan punggung istrinya.
Kemudian secara berbisik Mbah Dukun minta supaya kain penutupnya dilepas saja. Dan tanpa ba bi bu Ayu mengikuti saja perintah Mbah Blabar. Dia juga ingin agar Burhan menyaksikan sendiri betapa dia patuh dengan perintah dukun yang dipercayainya ini. Diam-diam sisa kedongkolan pada suaminya masih membekas di hatinya.
Sementara itu dari balik asap dupa Burhan mengamatinya dengan melototkan matanya. Semua yang sedang berlangsung terjadi sangat dekat dan tepat di depan matanya. Dia ingin bertanya apakah Mbah Blabar akan menjamahi seluruh tubuh istrinya untuk memoleskan minyak itu? Namun dia ingat janjinya untuk tidak bereaksi apapun pada apa yang akan dilihat maupun didengarnya. Dia juga takut apabila membuat jin Soni marah.
"Inilah hak mutlak dan kenikmatan seorang dukun," demikian kata dalam hati Mbah Blabar.
Apapun yang dia maui gampang dipenuhi oleh pasiennya. Bahkan rata-rata mereka takut akan akibat buruknya macam Burhan yang kini menyaksikan istrinya dielusi Mbah Blabar langsung di depan matanya itu.
Tangan Mbah dukun mulai menjamah iga samping dan ketiak kanan kiri Ayu. Dan nampaknya Ayu mulai merasa merinding. Kecuali tukang pijat perempuan di kampungnya selama ini tak satupun lelaki pernah menjamah tubuhnya macam ini. Dia merasakan elusan tangan Mbah Blabar dengan cepat membuat hangat tubuhnya. Terkadang jari-jarinya bermain dengan menekan dan mengelus sehingga membuat saraf-saraf pekanya terangsang.
"Naikkan lengannya Neng, biar Mbah bisa mengolesi ketiak Neng," perintahnya yang langsung dipenuhi Ayu.
Terus terang rabaan tangan Mbah Blabar ini semakin menghanyutkan sanubarinya. Tangan-tangan yang mengelus ini betapa lembutnya. Dia tak acuh dengan kemungkinan kecemburuan suaminya. Toh ini semua gara-gara kemauan Burhan. Dan dia tak pernah minta pertimbanganku, demikian sikap Ayu.
"Ahh.. Mbah.. Terus elusi aku Mbaahh.." begitu jerit hatinya.
Tetap dari arah belakang punggung Ayu kini tangan Mbah Blabar meluncur ke wilayah dadanya. Jari-jari itu menggosok atau mengelus berputar tepat di bawah gundukkan payudaranya. Terus berputar dan berpilin jari-jari itu benar-benar membuat dada Ayu berdegup kencang.
Muka Ayu terasa memerah. Perasaan tak sabar menunggu tangan Mbah Blabar merambah buah dadanya terasa menggebu. Tanpa malu dia mendesah. Ada semacam hasrat yang mulai merambati saraf-sarafnya. Ayu terus mendesah atau terkadang merintih. Hasrat birahinya-lah yang telah membuat kehangatan tubuhnya. Bahkan sekarang mulai terasa kegerahan.
Mbah Blabar tahu bahwa suhu syahwat Ayu mulai panas dan menaik. Ini memang telah menjadi perhitungannya. Tangannya juga merasakan degup jantung pasiennya yang yang semakin keras memukul-mukul dadanya. Dan Mbah Blabar yakin pasiennya kini semakin menunggu jamahan tangannya terus bergerak. Dan memang kini saatnya tangannya memasuki wilayah yang sangat peka.
Dengan menambahi lumuran minyak zaitun di telapak tangannya dia mulai menyusupkan jari-jarinya ke bawah kutang untuk menyentuhi puting susu, tangan Mbah Blabar mulai mengoles-olesi gundukkan payudara Ayu.
Mengelus, menggosok, memilin secara bergantian dalam irama yang sangat sistematis dari tangan Mbah Blabar pada kedua payudaranya membuat hasrat birahi Ayu langsung terbakar. Kembali tanpa ragu kini dia melepaskan desahan dan rintihan nikmatnya. Posisi Mbah Blabar yang memeluki dari punggungnya juga menambah rangsangan birahinya.
Mau tak mau wajah Mbah Blabar semakin lekat di punggung Ayu. Hembusan hangat nafas Mbah Blabar pada kulit punggungnya sangat terasakan. Gairah syahwat Ayu langsung bagai kena sentuhan listrik ribuan watt. Sapuan nafas Mbah Blabar yang mengenai punggungnya itu menjadi paduan harmonis dengan elusan, gosokkan dan pilinan di buah dadanya.
"Aa.. A.. Mpuunn.. Mbaahh..' Ayu mendesah-desah dan merintih.
Jangan tanya betapa bingung Burhan menyaksikan bagaimana istrinya mendesah dan merintih macam ini. Dalam ruangan Bale Semadi yang sempit dan remang karena asap dupa ini terasa bernafas semakin sesak. Kebingungan Burhan ini tak boleh ditunjukkan. Dia ingat jin Soni yang pemarah. Namun perasaan bingung itu kini terasa menyimpang. Rasa khawatirnya bergeser.
Libido Burhan mulai terusik dan mengambil alih rasa bingung dan khawatir. Suara desah dan rintih istrinya telah mengubah bingung dan khawatirnya menjadi hasrat birahi. Dalam duduk bersila itu Burhan merasakan kemaluannya mulai mendesaki celananya. Acchh.. Macam apa pula ini? Apa yang terjadi pada diriku, demikian suara batin Burhan.
Dia melihat keringat istrinya mulai mengucur. Demikian pula Mbah Dukun. Ruangan sempit ini semakin panas oleh terbakarnya hasrat syahwat. Bergaya seakan kelelahan, tanpa sungkan dan ragu Mbah Blabar menyandarkan wajahnya ke punggung Ayu. Namun nampak mulutnya bekerja. Dia menyedoti keringat di punggung istrinya itu.
Yang lebih menambah bingung Burhan adalah saat menyaksikan istrinya Ayu menerima semuanya itu tanpa protes dan menghindar. Walaupun wajahnya terus menyeringai mengiringi desah dan rintihnya. Walaupun tubuhnya terus bergeliatan seakan menahan kepedihan seperti saat tukang urut kampung juga memijat dan mengerok tubuhnya saat masuk angin. Adakah hal itu disebabkan kepatuhannya pada dirinya yang suaminya?
"Ampun Mbahh.. Ampuunn.." demikian rintih pilu yang keluar dari mulut Ayu.
Dalam geliatnya Ayu mengeluh kepanasan dan tanpa diminta Mbah Blabar dia melepasi sendiri kutangnya sehingga kini tubuh bagian atasnya menjadi sepenuhnya telanjang. Dicampakannya kembali kutangnya ke lantai. Batin Mbah Blabar menyeringai girang. Akal bulusnya berjalan mulus.
Ke bagian 3Dari bagian 1
Tiba-tiba Burhan dihinggapi perasaan khawatir. Atau mungkin cemburu. Dia mesti melepaskan istrinya yang ayu itu berduaan dengan orang lain di kamar tertutup. Bahkan dia baru menyadari sekarang, bahwa ternyata Mbah Blabar ini masih nampak seumur dengan dirinya. Bahkan dia juga perhatikan Mbah ini nampak bersih dan roman mukanya tampan. Rupanya kumis ataupun janggutnya yang memberi kesan sepintas berusia tua. Dan kalau orang memanggilnya Mbah disebabkan oleh kebiasaan orang kampung saat berhadapan dengan 'orang pintar' atau dukun macam Mbah Blabar ini.
"Mbah, mohon saya Mbah untuk diijinkan menunggui istri saya di kamar saja. Percayalah saya tidak mengganggu Mbah Dukun saat memberikan obatnya nanti. Boleh ya mbah, saya mau ikut menunggu di kamar, Mbah," Burhan menghiba pada Mbah Dukun.
Sesudah mendengar permintaan Burhan kembali Mbah Dukun komat-kamit. Mungkin mencari jalan keluar. Beberapa saat kemudian dia bicara,
"Oo, boleh, tetapi ada syaratnya. Apabila nanti ada penampakkan atau suara apapun aden tidak boleh bereaksi. Itu adalah godaan yang harus dihadapi. Aden harus tetap tenang. Ruang Bale Semadi itu dijaga oleh jin Soni yang mampu membuat lumpuh, buta dan tuli seketika bagi siapapun yang mengusik ketenangannya," begitu Mbah Blabar memberikan uraiannya.
"Terima kasih Mbah," sahut Burhan yang justru semakin percaya dengan kesaktian Mbah Blabar dengan diperbolehkannya ikut menunggui istrinya di Bale Semadinya.
Akan halnya Ayu perasaannya semakin sebal akan sikap suaminya yang kurang menghargai keberadaan dirinya. Dia merasa sepertinya tak punya hak bicara. Dengan rasa kesal itulah dia berdiri dan berjalan menuju Bale Semadinya Mbah Blabar yang berada di balik pintu kiri ruang praktek dukunnya ini.
Sesampainya di ruang Bale Semadi Ayu membuka bungkusan yang diberikan oleh Mbah Dukun. Ditemuinya selembar sarung kotak-kotak putih dan secarik kain putih pula. Dia reka-reka bagaimana memakainya kedua potong kain ini. Kemudian dia melepasi rok dan blusnya. Sarungnya dia jadikan penutup tubuh perut ke bawah dan kain putihnya dia sampirkan ke bahunya untuk menutupi tubuh bagian atasnya. Ayu merasa tidak perlu melepaskan celana dalam dan kutangnya.
Beberapa saat kemudian Mbah Blabar membawa anglo, dupanya menyusul memasuki Bale Semadi diikuti oleh Burhan. Ruangan itu sangat sempit. Mungkin hanya sekitar 2 X 2 m2. Diruangan ini hanya nampak ada bale-bale ukuran kecil dan rendah bertikar pandan. Tak ada perabot lain. Dia letakkan anglo dupa itu di pojok kamar dan seketika aroma dupa mewarnai ruangan sempit itu.
Mbah Blabar memerintahkan Burhan untuk merapat ke dinding dan duduk bersila dilantai. Sekali lagi dia berpesan agar tidak melakukan reaksi apapun atas apa yang dia dengar dan saksikan nanti. Jangan sampai memancing kemarahan jin Soni.
Kepada Ayu Mbah Blabar untuk naik ke bale-bale dan duduk bersila. Sementara Mbah Blabar juga naik dan duduk bersila tepat dibelakang Ayu. Dia mengeluarkan sebuah botol kecil.
"Neng, ini adalah minyak zaitun yang khusus didatangkan jin Soni dari Mesir. Minyak ini akan saya oleskan pada seluruh pori-pori tubuh Neng agar tak ada satu lubang kecilpun yang mampu ditembusi segala teluh atau santet buatan manusia. Saya harap Neng tenang dan memusatkan pikiran agar segala kotoran yang memasuki tubuh Neng larut bersama minyak ini," begitulah Mbah Blabar mulai melakukan tugasnya.
Dari arah belakang punggung Ayu Mbah Blabar menuangkan sedikit minyak itu ketangannya. Kemudian dengan didahului mulutnya berkomat-kamit tangan Mbah Blabar mulai mengoleskan minyaknya ke leher dan kuduk Ayu. Dia urut-urut layaknya tukang urut yang langsung membuat Ayu menggeliatkan leher dan kepalanya mengimbangi arah urutan tangan Mbah Blabar.
Nampak Ayu mulai menikmati enaknya diurut. Mungkin perjalanan dari Jakarta sepanjang hari ini memang membuat lelah tubuh Ayu, sehingga urutan tangan Mbah Dukun ini terasa nikmatnya.
"Kalau pijatan Mbah membuat sakit Neng boleh mengaduh atau merintih agar Mbah bisa mengurangi kekuatannya," pesan tambahan Mbah Blabar yang bertolak belakang dengan wanti-wantinya kepada Burhan agar tidak mengeluarkan gaduh yang akan membuat jin Soni marah.
Dari leher dan kuduk tangan dukun itu turun ke bahunya. Dengan tetap membiarkan tali kutang tetap ditempatnya tangan-tangannya yang berusaha menggapai bagian bahunya menyingkirkan sedikit demi sedikit kain putih penutup bahu dan punggungnya. Ayu masih mengepit kain itu untuk menutupi kutang dan dadanya.
Kini tangan Mbah Dukun dengan leluasa mengoleskan minyak zaitun itu ke bahu dan punggung Ayu. Dia menyusupkan olesan tangannya ke bawah tali kutang. Olesan itu merata dan turun hingga ke pinggulnya. Tangan Mbah Dukun nampak terampil mengurut ataupun mengelus bagian-bagian tubuh Ayu. Tak luput pula sisi kanan dan kiri hingga ketiak istri Burhan ini diolesinya dengan minyak dari Mesir ini. Nampak oleh Burhan bagaimana mata Mbah Blabar nampak sangat bergairah. Mata itu nampak hendak menelan punggung istrinya.
Kemudian secara berbisik Mbah Dukun minta supaya kain penutupnya dilepas saja. Dan tanpa ba bi bu Ayu mengikuti saja perintah Mbah Blabar. Dia juga ingin agar Burhan menyaksikan sendiri betapa dia patuh dengan perintah dukun yang dipercayainya ini. Diam-diam sisa kedongkolan pada suaminya masih membekas di hatinya.
Sementara itu dari balik asap dupa Burhan mengamatinya dengan melototkan matanya. Semua yang sedang berlangsung terjadi sangat dekat dan tepat di depan matanya. Dia ingin bertanya apakah Mbah Blabar akan menjamahi seluruh tubuh istrinya untuk memoleskan minyak itu? Namun dia ingat janjinya untuk tidak bereaksi apapun pada apa yang akan dilihat maupun didengarnya. Dia juga takut apabila membuat jin Soni marah.
"Inilah hak mutlak dan kenikmatan seorang dukun," demikian kata dalam hati Mbah Blabar.
Apapun yang dia maui gampang dipenuhi oleh pasiennya. Bahkan rata-rata mereka takut akan akibat buruknya macam Burhan yang kini menyaksikan istrinya dielusi Mbah Blabar langsung di depan matanya itu.
Tangan Mbah dukun mulai menjamah iga samping dan ketiak kanan kiri Ayu. Dan nampaknya Ayu mulai merasa merinding. Kecuali tukang pijat perempuan di kampungnya selama ini tak satupun lelaki pernah menjamah tubuhnya macam ini. Dia merasakan elusan tangan Mbah Blabar dengan cepat membuat hangat tubuhnya. Terkadang jari-jarinya bermain dengan menekan dan mengelus sehingga membuat saraf-saraf pekanya terangsang.
"Naikkan lengannya Neng, biar Mbah bisa mengolesi ketiak Neng," perintahnya yang langsung dipenuhi Ayu.
Terus terang rabaan tangan Mbah Blabar ini semakin menghanyutkan sanubarinya. Tangan-tangan yang mengelus ini betapa lembutnya. Dia tak acuh dengan kemungkinan kecemburuan suaminya. Toh ini semua gara-gara kemauan Burhan. Dan dia tak pernah minta pertimbanganku, demikian sikap Ayu.
"Ahh.. Mbah.. Terus elusi aku Mbaahh.." begitu jerit hatinya.
Tetap dari arah belakang punggung Ayu kini tangan Mbah Blabar meluncur ke wilayah dadanya. Jari-jari itu menggosok atau mengelus berputar tepat di bawah gundukkan payudaranya. Terus berputar dan berpilin jari-jari itu benar-benar membuat dada Ayu berdegup kencang.
Muka Ayu terasa memerah. Perasaan tak sabar menunggu tangan Mbah Blabar merambah buah dadanya terasa menggebu. Tanpa malu dia mendesah. Ada semacam hasrat yang mulai merambati saraf-sarafnya. Ayu terus mendesah atau terkadang merintih. Hasrat birahinya-lah yang telah membuat kehangatan tubuhnya. Bahkan sekarang mulai terasa kegerahan.
Mbah Blabar tahu bahwa suhu syahwat Ayu mulai panas dan menaik. Ini memang telah menjadi perhitungannya. Tangannya juga merasakan degup jantung pasiennya yang yang semakin keras memukul-mukul dadanya. Dan Mbah Blabar yakin pasiennya kini semakin menunggu jamahan tangannya terus bergerak. Dan memang kini saatnya tangannya memasuki wilayah yang sangat peka.
Dengan menambahi lumuran minyak zaitun di telapak tangannya dia mulai menyusupkan jari-jarinya ke bawah kutang untuk menyentuhi puting susu, tangan Mbah Blabar mulai mengoles-olesi gundukkan payudara Ayu.
Mengelus, menggosok, memilin secara bergantian dalam irama yang sangat sistematis dari tangan Mbah Blabar pada kedua payudaranya membuat hasrat birahi Ayu langsung terbakar. Kembali tanpa ragu kini dia melepaskan desahan dan rintihan nikmatnya. Posisi Mbah Blabar yang memeluki dari punggungnya juga menambah rangsangan birahinya.
Mau tak mau wajah Mbah Blabar semakin lekat di punggung Ayu. Hembusan hangat nafas Mbah Blabar pada kulit punggungnya sangat terasakan. Gairah syahwat Ayu langsung bagai kena sentuhan listrik ribuan watt. Sapuan nafas Mbah Blabar yang mengenai punggungnya itu menjadi paduan harmonis dengan elusan, gosokkan dan pilinan di buah dadanya.
"Aa.. A.. Mpuunn.. Mbaahh..' Ayu mendesah-desah dan merintih.
Jangan tanya betapa bingung Burhan menyaksikan bagaimana istrinya mendesah dan merintih macam ini. Dalam ruangan Bale Semadi yang sempit dan remang karena asap dupa ini terasa bernafas semakin sesak. Kebingungan Burhan ini tak boleh ditunjukkan. Dia ingat jin Soni yang pemarah. Namun perasaan bingung itu kini terasa menyimpang. Rasa khawatirnya bergeser.
Libido Burhan mulai terusik dan mengambil alih rasa bingung dan khawatir. Suara desah dan rintih istrinya telah mengubah bingung dan khawatirnya menjadi hasrat birahi. Dalam duduk bersila itu Burhan merasakan kemaluannya mulai mendesaki celananya. Acchh.. Macam apa pula ini? Apa yang terjadi pada diriku, demikian suara batin Burhan.
Dia melihat keringat istrinya mulai mengucur. Demikian pula Mbah Dukun. Ruangan sempit ini semakin panas oleh terbakarnya hasrat syahwat. Bergaya seakan kelelahan, tanpa sungkan dan ragu Mbah Blabar menyandarkan wajahnya ke punggung Ayu. Namun nampak mulutnya bekerja. Dia menyedoti keringat di punggung istrinya itu.
Yang lebih menambah bingung Burhan adalah saat menyaksikan istrinya Ayu menerima semuanya itu tanpa protes dan menghindar. Walaupun wajahnya terus menyeringai mengiringi desah dan rintihnya. Walaupun tubuhnya terus bergeliatan seakan menahan kepedihan seperti saat tukang urut kampung juga memijat dan mengerok tubuhnya saat masuk angin. Adakah hal itu disebabkan kepatuhannya pada dirinya yang suaminya?
"Ampun Mbahh.. Ampuunn.." demikian rintih pilu yang keluar dari mulut Ayu.
Dalam geliatnya Ayu mengeluh kepanasan dan tanpa diminta Mbah Blabar dia melepasi sendiri kutangnya sehingga kini tubuh bagian atasnya menjadi sepenuhnya telanjang. Dicampakannya kembali kutangnya ke lantai. Batin Mbah Blabar menyeringai girang. Akal bulusnya berjalan mulus.
"Sabar Neng.. Nanti juga Mbah kasih obatnya.." jawaban Mbah yang terasa teduh di telinga Ayu.
Selaku dewa penolong Mbah Blabar melepaskan lipatan kakinya dan menggeser duduknya lebih mepet ke tubuh Ayu. Burhan kaget menyaksikan sepintas celana kolor hitam Mbah Blabar nampak menggunung. Dia pastikan itu kemaluan Mbah Dukun yang sudah ngaceng. Aacchh..
"Sabar ya Neng.. Mbah lagi siap-siapkan obat untuk Neng," dengan tangannya yang terus meremasi buah dada Ayu dengan bibirnya yang tak lagi lepas dari pagutan di kuduk dan bahu istri Burhan itu kini juga nampak pantatnya maju mundur. Mbah Blabar mendorong-dorongkan selangkangannya lebih lengket ke bokong Ayu.
Ayu memang telah mulai terseret dalam ayunan birahinya. Dia telah sepenuhnya untuk menjalani syarat apapun yang diminta Mbah Blabar. Dia juga ingin menunjukkan pada Burhan bahwa dia berani menerima apa yang diminta Mbah Dukun.
"Ammpuunn.. Mbahh.. Saya nggak tahan lagi nihh.." sangat iba suara Ayu.
"Yaa.. Yaa.. Neng sabarr.." kini Mbah Blabar bangkit dari tikarnya.
Dia pindah ke depan Ayu. Tidak duduk namun ngangkang tepat di muka wajah Ayu. Sambil dia mencari posisi tangannya nampak membetulkan letak celana kolornya yang gombrang atau longgar bagian bawahnya Mbah Blabar merogoh dan mengeluarkan kontolnya.
"Neng.. Sekarang saatnya Neng mengambil obatnya. Lihat nih Neng.." dia sodorkan kemaluannya yang tegak kaku dan hitam berkilatan ke wajah Ayu. Ayu yang semula setengah menutup mata kini terbelalak. Dia tidak menduga bahwa Mbah Blabar akan berbuat ini padanya. Namun kekagetannya itu langsung berubah menjadi terpesona.
Ayu menyaksikan kemaluan lelaki yang sangat menggetarkan sanubarinya. Kemaluan macam itu belum pernah terbayangkan. Mencuat ngaceng dan gede, kepalanya mengkilat dengan lubang kencingnya yang berupa sobekkan menganga yang sangat menantang. Dan karena begitu dekat dengan wajahnya aroma kemaluan Mbah Blabar juga langsung menerpa hidungnya.
"Disini Neng.. Neng Neng ambil sendiri.. Pakai mulut Neng yaa.. Nanti juga obatnya muncrat keluaarr.." jawab Mbah Dukun dengan suaranya yang bergetar.
Disodorkannya kontolnya ke bibir mungil si Ayu.
"Ayoo.. Isep-isep.. Biar cepat muncrat.. Biar cepat selesai obatnyaa.." bujuk Mbah Blabar yang tersendat-sendat karena menahan gejolak syahwatnya.
Terus terang Burhan seakan disambar petir. Melihat apa yang dilakukan Mbah Blabar dan apa yang harus dilakukan istrinya sungguh diluar pikiran dia. Dia baru paham ucapan dukun ini. Bahwa obatnya ada dalam diri Mbah Dukun dan istrinya mesti mengambil obatnya sendiri dengan mulut atas dan mulut bawahnya. Jadi macam inilah yang disyaratkan Mbah Blabar serta yang sekarang mesti dilakukan oleh Ayu dengan cara mengisep kontolnya Mbah Dukun.
Namun yang memukul Burhan lebih dahsyat lagi adalah menyaksikan istrinya Ayu yang tanpa ragu meraih kemaluan Mbah Blabar yang ukurannya sangat gede dan panjang itu. Kenapa dia berlaku seperti itu di depan matanya. Adakah dia telah diguna-guna dukun ini? Dia sama sekali nggak tahu mesti berbuat apa. Dia nggak berani bereaksi khawatir dan takut akan kemarahan jin Soni.
Memang semula Ayu terkaget saat dihadapkan pada apa yang dimaksud Mbah Dukun, mesti mengisep-isep kontol Mbah Blabar untuk mengambil obat itu dengan mulutnya. Namun setelah menyaksikan, seakan dia tersihir, kontol Mbah Blabar ini sangat mempesona. Jantungnya jadi tergetar. Matanya terpaku tak mampu melepaskan pandangannya dari kemaluan yang gede dan indah itu.
Selama usia perkawinannya yang lebih 5 tahun Ayu tak pernah turun dan menciumi apalagi mengisep-isep kemaluan Burhan suaminya. Alasan utamanya adalah perasaan jijik. Namun sekarang tiba-tiba dia dihadapkan keharusan untuk mengisep kontol lelaki lain. Namun aroma kemaluan itu ternyata telah mengusik nurani Ayu. Kini dia begitu berhasrat untuk mencium atau menjilat-jilat kemaluan yang mempesona itu.
Tetapi dia merasa berada dipersimpangan. Adakah hal ini bisa dianggap pengkhianatan tanpa ampun di mata suaminya. Dia ingin pastikan hal itu dari Burhan suaminya yang kini terseok di pojok dinding kamar sempit ini. Dia menoleh ke arahnya. Matanya bertanya.
Akhirnya pikiran dan hati Burhan pasrah. Apa yang sedang terjadi tak bisa terhindarkan lagi. Dan apa yang tengah berlangsung akan terus berlangsung. Hal ini membuat keadaan Burhan kini jadi ikut terhanyut. Malahan dia kini ingin selekasnya menyaksikan bagaimana istrinya menerima nikmat syahwat dari Mbah Blabar. Dia ingin menyaksikan bagaimana kontol Mbah Blabar dalam kuluman istrinya. Ingin menyaksikan memek Ayu istrinya itu dia aduk-aduk dan ditembusi kontol Mbah Dukun ini.
Saat Ayu menengok ke arahnya, dia tak berani menatapnya. Namun dia berusaha untuk tidak menunjukkan sikap marah atau cemburu. Burhan berharap Ayu tahu dengan sendirinya untuk meneruskan apa yang memang dia harus teruskan. Beberapa detik berikutnya mata Burhan menyaksikan tangan Ayu menjamah kemudian menggengam batangan besar dan panjang milik Mbah Blabar. Kontol itu diarahkan ke bibirnya. Ayu membuka mulutnya. Dia mulai menjilat.
"Add.. Duuhh.. Neng.. Add.. Dduuhh.. Nengg.. Jangan kaget ya Neng.. Mungkin Mbah nanti akan berteriak atau merintihh.. Karena Mbah akan kesakitan saat obat-obat Neng keluar dari tubuh Mbahh.."
Edan. Mbah Blabar ini benar-benar edan. Tipuan-tipuannya begitu saja bisa masuk akal bagi para korbannya. Dengan lidah dan mulutnya yang sibuk menjilati dan menciumi batang kontol gede itu, Ayu mengangguk-angguk mendengar desah dan racau Mbah Blabar.
Tangan Mbah Dukun mulai meraih kepala dan rambut Ayu. Dia seakan membantu dengan cara menekan-nekan kepala Ayu untuk keluar masuk memompa kontolnya ke mulutnya. Mbah Dukun juga memaju mundurkan pantatnya. Nampak celana kolor gombrangnya melambai-lambai oleh gerakan Mbah Dukun.
Tak terlampau lama. Sekitar 5 menit Ayu mengulum, kontol Mbah Blabar semakin membesar dan mengeras. Kocokkan maju mundur bokong Mbah Blabar makin cepat. Remasan rambut kepala Ayu semakin pedih terasakan. Mbah Blabar menengadah ke langit-langit sambil matanya setengah tertutup. Saraf-sarafnya seakan dijalari sejuta semut merah. Kegatalan merambati saraf-saraf pekanya. Sperma Mbah Dukun melaju menuju puncak syahwat. Ayu merasakan apa yang sedang dan akan terjadi. Dia mempercepat pompaan mulutnya. Dan akhirnya..
"Telaann.. Nnee.. Neng.. Telann.. Telan.. Minum semuanya.. Itu obatnya nengg.."
Ayu gelagapan saat pejuh hangat dan kental muncrat dai kontol Mbah Blabar. Tanpa ragu dia telan seluruh cairan yang menumpahi rongga mulutnya itu. Ayu juga melenguh.. Gelagap dan meracau. Ayu merasakan kenikmatan tak terhingga saat sperma Mbah Blabar tumpah disertai jambakkan tangan yang pedih oleh Mbah Dukun pada kulit kepalanya.
Sementara di sudut dinding sana ternyata Burhan juga nampak langsung rubuh ke lantai. Dia melototi saat menyaksikan mulut istrinya yang penuh terjejali kontol Mbah Dukun. Hasrat seksualnya langsung menggelegak tanpa mampu menahannya. Dia cepat keluarkan kemaluannya dan melkuakn masturbasi. Bersamaan dengan muncratnya sperma Mbah Blabar di mulut Ayu, muncrat pula sperma Burhan mengotori lantai Bale Semadi. Dalam tergolek di lanati Burhan mengerang nikmat..
Keadaan ruang sempit itu sesaat hening. Yang masih bergerak hanyalah kepulan asap dupa. Yang kemudian terasa masuk ke pendengaran berikutnya adalah suara-suara kodok atau jengkerik di kebon yang berbatas dinding bambu Bale Semadi itu. Juga terdengar sekali dua geremang dan geseran kursi atau beradunya cangkir kopi di ruang tamu dimana pasien Mbah Blabar masih banyak yang menunggu.
Beberapa menit berlalu, Mbah Dukun nampak menggeliat bangkit dari tikar diikuti Ayu. Jelas keduanya masih dikuasai nafsu penasaran. Kenikmatan yang diteguknya beberapa menit yang lalu merupakan sarana perdana untuk kenikmatan pada menit-menit berikutnya. Kini Mbah Dukun memandang tajam ke Ayu,
"Sarat-sarat pengobatan Neng belum seluruhnya dipenuhi. Coba Neng rebahan telentang di tikar pandan ini.. Mbah harus membersihkan kotoran yang tertinggal di tubuh Neng"
Sesudah mengelap ceceran sperma lengket dari Mbah Dukun yang tertinggal di pipi, dagu dan sebagian lain tercecer di dadanya Ayu kembali mengikuti bimbingan Mbah Blabar. Situasi diri Ayu masih dalam keadaan hasrat syahwat tinggi yang menggelegak. Dia masih menanggung gejolak birahi yang harus dituntaskan. Dan kini dia telah telentang berbaring di tikar pandan itu. Nampak buah dadanya yang membusung nampak ranum dan getas. Puting susunya yang sebesar pucuk jari kelingking kemerahan menantang ke langit-langit Bale Semadi itu. Mbah Dukun tahu persis, ini adalah puting susu perempuan yang belum pernah menyusui.
Dengan tenaga dan staminanya yang seakan tak pernah kendor mata Mbah Dukun nampak meliar. Jakunnya naik turun. Dia siap mengenyoti payudara itu. Rasanya puting kemerahan itu akan membuat Ayu bergelinjangan saat kena kenyotan bibirnya nanti. Wajahnya merunduk mendekat ke dada Ayu.
"Sabar ya Neng.. Mbah biar bikin bersih dulu sebelum nanti Neng mendapatkan obat dari Mbah. Mbah akan sedot kotorannya"
Dan dijulurkannya lidahnya. Mbah Blabar mulai menyapu gundukkan payudara yang mulus bagai pualam china itu. Ayu menjerit kecil. Kenikmatan surgawai langsung menyergap sanubarinya. Tangannya mencengkeram tepian bale-bale menahan gereget dari hasratnya yang menggelegak. Sapuan lidah Mbah Dukun ini langsung mengobarkan nafsu birahinya. Tubuhnya menggeliat. Jeritannya memenuhi ruang sempit berasap dupa ini.
Burhan yang mengikuti apa yang berlangsung sejak tadi kembali terpukau. Nampaknya istrinya sedang meretas jalan birahinya kembali. Dia tahu jeritan macam itu adalah jeritan Ayu saat dilanda nikmat yang tak bertara. Burhan yakin bahwa sapuan lidah Mbah Blabar memang sangat akan membuat istrinya kelojotan. Jeritan istrinya serasa langsung membangunkan hasrat syahwatnya kembali. Kembali tangannya mengelusi kemaluannya.
Memang kontolnya ini tak sehebat kontol Mbah Blabar, namun Burhan ingat betapa istrinya juga kelojotan menganggung nikmat saat malam pertama perkawinannya dulu. Dielusinya kemaluannya sambil khayalnya terbang mengikuti matanya yang melotot mengawasi ulah Mbah Dukun bersama istrinya itu.
Rupanya Mbah Blabar tak hanya mencium, menjilat dan mengeyoti payudara Ayu. Kini wajahnya terlihat melata ke bawah. Perut dan puser Ayu menjadi sasaran rambahan ciuman Mbah Blabar.
Dan Ayu kini bukan lagi hanya meremasi tepian bale-bale tetapi sudah menjamah kepala Mbah Dukun dan meremasi rambutnya. Dan bukan itu saja, direnggutnya sarung penutup tubuh bawahnya berikut sekaligus celana dalamnya dan kembali dilemparkannya ke lantai.
Tepat di depan hidung suaminya Ayu kini benar-benar telanjang dalam dekapan Mbah Dukun tanpa secuil benangpun pada tubuhnya. Dan dengan desahan yang bertubi nampaknya tangannya itu mendorong agar rambahan bibir Mbah Blabar turun lagi menuju ke bukit dan lembah kemaluannya. Dia tekan kepala Mbah Dukun untuk menjilati jembutnya. Dia desakkan wajah Mbah Dukun agar menciumi dan menjilat-jilat vaginanya.
Diangkat-angkatnya pantatnya seakan hendak menjemput jilatan Mbah Blabar. Dia sorong-sorongkan kemaluannya dan tekan ke wajah Mbah Dukun ini. Ayu telah sepenuhnya dikuasai nafsu birahinya. Dia tak lagi pertimbangkan adanya Burhan suaminya. Kalau toh sesekali terlintas dia hanya kembalikan bahwa semua ini terjadi karena keinginan Burhan sendiri.
Tentu saja nafsu Ayu ini menjadi puncak kenikmatan syahwat Mbah Blabar. Di turuti dorongan tangannya untuk menjilati kemaluan istri Burhan ini. Dan saat bibirnya menyentuh bibir vagina Ayu tak ditunda lagi, Mbah Dukun langsung menyedot-sedot vagina Ayu. Dia rasakan becek yang deras membasahi gerbang memek perempuan ayu ini. Ditengah pedihnya jambakan rambut Ayu dengan sepenuh kerakusannya Mbah Blabar menjilati-jilat hingga kering cairan birahi Ayu.
"Ammpuunn.. Mbahh.. Enak bangeett.. Terusi ya Mbaahh..." rintih iba Ayu.
Dan kini Mbah Blabar kembali dengan perintahnya. Dia bangkit merangkaki tubuh Ayu. Naik hingga wajahnya berhadapan dengan wajah istri Burhan itu,
"Kini saatnya bibir bawahmu mengambil obat dari tubuhku. Aku akan memberikan bimbingan dan petunjuk"
Selepas ucapan itu Mbah Dukun meraih paha Ayu dan dengan pasti merenggangkannya. Dielusinya vagina Ayu. Dicelupkannya jari telunjuk serta jari tengahnya ke liang vagina itu kemudian ditariknya. Nampak lumuran getah birahi terbawa ke jari-jari itu. Mbah Dukun membawanya ke mulutnya untuk dikemot dan diisep-isepnya,
"Lihat, Neng Ayu sudah suci sekarang. Semua kotoran telah lepas dari tubuh Neng. Ayo.. Ambillah obat itu.." kata terakhir ini disertai gerakannya yang mendekatkan dan mendorong kontolnya ke liang vagina Ayu. Kontol itu pelan tetapi pasti dia tekan untuk menembusinya.
Ayu yang memang sudah sangat mendambakan nikmat syahwati tak ayal lagi. Dijemputnya kontol Mbah Blabar. Pantatnya menaik dan tangannya menepatkan arahnya. Kontol itu langsung blezz.. Tertelan masuk ke dalam memek ayu yang telah licin oleh cairan vaginanya yang membanjir. Kontol yang begitu gede dan panjang nampak menyusup pelan mengisi dinding-dinding peka vagina Ayu. Terdengar jerit kecil Ayu dan dengus liar Mbah Dukun. Kedua orang yang satu pelukan itu menemukan kenikmatannya masing-masing.
Sementara itu Burhan terus mengelusi kontolnya sendiri sambil khayalnya membubung tinggi. Dia merasakan betapa nikmat Ayu ditembusi kontol segede itu. Dan dia juga merasakan betapa Mbah Dukun kontolnya tercengkeram ketat oleh kemaluan istrinya. Burhan semakin mempercepat kocokkan kontolnya. Dia ingin meraih nikmat bersama istrinya yang sedang dientot Mbah Blabar.
Kini yang terlihat adalah Mbah Dukun mengayun-ayunkan bokongnya naik turun dan Ayu menggoyang-goyangkan pantatnya. Burhan menyaksikan betapa kontol gede Mbah Dukun ditelan lahap oleh vagina istrinya. Dia saksikan bibir vagina Ayu yang termonyong-monyong keluar masuk karena mesti menampung batangan besar yang menyarat di vaginanya.
Akhirnya Mbah Dukun meracau,
"Enak Neng.. Enaakk?? Enak mana sama punya suami Nengg..?? Enak manaa..??" racaunya itu nyata terdengar oleh kuping Burhan. Namun Burhan sendiri sudah abai. Dia telah menemukan identitasnya sendiri. Bagi Burhan adalah 'kenikmatanmu adalah kenikmatanku juga'.
Dan tiba-tiba Mbah Blabar membalikkan tubuhnya,
"Sekarang Neng.. Sekarangg..!! Neng yang harus mengambilnya sendiri. Sekarang nengg..!!"
Tanpa melepaskan kontolnya dari cengkeraman vagina Ayu dia angkat istri Burhan itu untuk menindih tubuhnya. Kemudian diajarkannya sesaat bagaimana Ayu mesti mengayun-ayunkan pantatnya agar vaginanya bisa menjemput sendiri obatnya dari lubang kontolnya.
Ayu memang cepat belajar. Apa yang diperintahkan Mbah Dukun langsung dia laksanakan. Dia kini berada diatas tubuh Mbah Blabar dengan vaginanya yang tetap mencengkeram kontol dukun itu. Dan rasa gatal pada dinding-dinding vaginanya yang hinggap demikian hebatnya mau tidak mau Ayu mesti mengayun untuk menggosokkan rasa gatal itu. Bahkan bukan hanya itu. Untuk menyalurkan semua hasrat birahinya yang berlimpah bibir ayu dengan cepat memaguti bibir Mbah Blabar. Keduanya benar-benar tenggelam dalam kobaran semangat syahwati.
Dan Burhan seakan diberikan penampakkan yang sama sekali belum pernah diketaui dan di alaminya. Dia kini menyaksikan bahwa lubang memek istrinya yang sempit itu ternyata mampu menampung batangan gede panjang milik Mbah Blabar. Setengahnya bertanya, kemana kontol itu ditelan.
Dan yang lebih mempesonakan birahi Burhan adalah saat kontol itu keluar masu dijemputi memek istrinya. Batangnya berkilatan oleh basah lendir birahi keduanya. Dan bibir vagina Ayu yang setiap dorong dan tarik memperlihatkan betapa sesaknya dengan pinggirannya setiap kali terbawa masuk dan keluar pula. Pemandangan itu membuat Burhan mendapatkan ejakulasinya lebih cepat. Sperma Burhan muncrat-muncrat dan kembali mengotori lantai Bale Semadi yang sempit itu.
Dan Mbah Blabar bersama Ayu terus meracau tentang nikmatnya kontol gede serta memek yang legit hingga puncak nikmat mereka mendekat. Saat Ayu didekati orgasmenya dia peluk erat punggung Mbah Blabar. Dia cengkeramkan kukunya hingga menembusi daging punggung itu. Dia mencakar sambil berteriak histeris,
"Mbbaahh.. Kontol Mbah enaakk buangeett.. Mbaahh.."
Tak ayal pula punggung Mbah Blabar langsung menanggung cakaran dan terluka. Goresan merah darah merembesi punggung dukun tampan itu. Namun sakitnya itu langsung terobati. Jepitan legit memek Ayu membuat Mbah Blabar memuncratkan kembali air maninya yang berlimpah. Ejakulasi yang kedua Mbah Blabar memberikan nikmat yang tak terperikan.
Pengobatan Mbah Blabar pada Ayu selesai tepat 2 jam sejak diawalinya pada jam 9 malam tadi. Kini, sesudah Ayu membersihkan tubuhnya dengan mandi air kembang yang disediakan asisten Mbah Dukun, di ruang kerjanya Mbah Blabar memberikan nasehat kepada pasangan suami istri itu,
"Aden dan Neng, jangan lupa nanti malam sepulang dari sini, Aden harus langsung tidur sebagaimana suami istri. Usahakan setidaknya selama 3 hari beturur-turut. Mudah-mudahan atas bantuan jin Soni dan leluhur Mbah, cucuku akan selekasnya diberi anak," begitulah pesan singkat Mbah Blabar.
Sebelum Burhan menanyakan Mbah Blabar sudah mendahului,
"Soal ongkos, sementara Aden dan Neng jangan pikirkan dulu. Nanti kalau berhasil boleh Aden dan Neng kembali kemari sebagai kaul akan keberhasilannya itu"
Burhan menjadi semakin kagum akan Mbah Dukun ini. Sudah menolong, tetapi nggak mau dibayar, begitu pikirnya.
Sementara pikiran Ayu, "Apakah cukup dengan sekali berobat, Mbah??". Namun itu pikiran yang tak terucapkan.
Sembilam bulan lebih sepuluh hari sesudah peristiwa itu Ayu melahirkan anak lelaki yang sangat tampan. Burhan merasa puas walaupun anaknya tidak begitu mirip dengannya. Sebagai ayah dia telah membuktikan bahwa mampu memperpanjang darah dan keturunannya.
Mertua Ayu juga langsung menyayangi Ayu dengan sepenuh hati. Sebagai menantu dia mendapatkan kemanjaan sebagaimana anaknya sendiri.
Adapun Ayu masih penasaran dan selalu terngiang akan pesan Mbah Blabar, "Nanti kalau berhasil boleh Aden dan Neng kembali kemari.."
Ayu ingin punya anak lagi. Dan yakin Mbah Blabar pasti mau menolongnya lagi.
Langganan:
Postingan (Atom)